Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Telek

17 September 2024   14:13 Diperbarui: 17 September 2024   14:18 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lek!"

Gara-gara teriakan cempreng itu, seketika kaki kiri Kardi menginjak kotoran ayam yang dengan manisnya berada di pinggir jalan dan tepat berada di jalur langkah kakinya.

Perasaan paling merasa benar dan menyalahkan si kotoran harus menjadi prioritas utamanya, demi menghilangkan rasa malu serta kesal. Tokh, dia hanya kotoran  yang tak akan mungkin bisa melawan apalagi mendebatnya.

"Lak lek lak le wae...Ndasmu mambu!" maki Kardi dongkol di dalam hatinya.

Dengan wajah menahan kesal, Kardi menoleh ke arah datangnya suara, keponakan yang biasa dipanggilnya Ucrit tampak memanggil.

"Opo to Crit?" ucapnya masih dongkol.

"Jangan lupa pesan Mama," Si Ucrit menjawab dengan teriakan santai dari kejauhan.

"Iya. Aku memang sudah tua, tapi nggak pikun!" umpatnya kesal.

"Ingat, darah tinggimu, Lek. Jangan misuh-misuh gitu ah. Masih pagi," ledek Ucrit.

Dan setelah berkata begitu, dengan cueknya, Ucrit masuk ke gang rumahnya tanpa merasa berdosa dan tak mau peduli dengan nasib Pamannya yang menderita akibat menginjak kotoran ayam di pagi hari.

Dengan bersungut-sungut, Kardi berjalan ke pinggir, mencari sesuatu untuk membersihkan kotoran ayam yang melekat di sandal jepit dan sedikit mengenai telapak kakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun