Dengan buruknya literasi "normal" tapi bangsa ini menjadi sedemikian barbarnya di dalam menuliskan perasaan serta pikirannya di media sosial. Sebenarnya, mungkin, tinggal diarahkan saja agar memahami literasi yang sebenarnya seperti apa.
Menulis sebagai aktivitas pencatatan resmi ataupun sekadar dokumentasi kejadian pun masih sangat minim. Penulisan data-data dan sejarah bangsa ini boleh dibilang kacau!
Dilansir dari ANTARA, sebanyak 472 benda budaya Indonesia dikembalikan pemerintah Belanda pada acara penyerahan di Museum Nasional Etnologi di Leiden, Belanda pada Senin (10/7/2023).
Lihat, Belanda tanpa kita sadar telah membuat sebuah pencatatan terhadap sekian banyaknya artefak milik kita yang disimpan oleh mereka di Leiden. Bahkan konon, jika mau belajar tentang budaya kita, di sana sangatlah lengkap datanya. Miris..
Kesadaran kolektif tentang menulis perlu lebih ditingkatkan lagi di kalangan akademis, terutama di tingkat pendidikan dasar.
Entahlah, apakah sistem pendidikan yang bergonta-ganti dari pemerintah lebih menitikberatkan pada permasalahan ini atau tidak. Jika melihat dari buruknya literasi dan sistem pendataan di berbagai bidang, rasanya sih masih sangat jauh dari harapan.
Maka kanal-kanal informasi seperti kompasiana, blog, media sosial, sebenarnya bisa menjadi sarana perubahan agar bangsa ini lebih "melek" literasi dan mulai dapat menulis tentang banyak hal mengenai negeri ini.
Itu pula yang tengah saya lakukan sejak lama, mau ada uangnya atau tidak, saya selalu berusaha menulis, entah hanya sekadar menulis yang pada akhirnya menjadi dokumen di laptop, maupun menulis di kanal-kanal yang tadi sudah disebutkan.
Bagaimana dengan anda? Yuk ah, mulai menulis...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H