Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satir Bukan Kenthir Apalagi Nyinyir, Lantas?

3 September 2024   16:36 Diperbarui: 3 September 2024   17:20 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Dr. Phillip Irving Mitchell yang dikutip dari laman Dallas Baptist University, Satir memiliki ciri dan karakteristik yang jelas serta berbeda dengan sarkasme.

Dan inilah ciri serta karakteristik Satir menurut Mitchell:

  • Inti dari satir adalah reformasi etika. Satir menyerang lembaga atau individu yang dianggap korup oleh satiris.
  • Ia berfungsi membuat kejahatan menjadi sesuatu yang menggelikan dan/atau tercela dan dengan demikian mendatangkan tekanan sosial bagi mereka yang masih melakukan kesalahan.
  • Ia berupaya melakukan reformasi dalam perilaku publik, meningkatkan standar audiensnya, atau setidaknya menjadi peringatan bagi budaya yang korup.
  • Satir sering kali tersirat dan mengasumsikan pembaca dapat menangkap petunjuk moralnya. Satir bukanlah khotbah.
  • Satir secara umum menyerang tipe orang, tepatnya orang bodoh, orang kasar, orang pezina, orang sombong, ketimbang orang tertentu (sosok orangnya).
  • Jika memang menyerang beberapa orang berdasarkan nama, alih-alih berharap untuk mereformasi orang-orang tersebut, ia berupaya untuk memperingatkan publik agar tidak menyetujui mereka.
  • Satir bersifat jenaka, ironis, dan sering kali dilebih-lebihkan. Satir menggunakan hal-hal ekstrem untuk menyadarkan pembacanya akan bahaya etika dan spiritualnya.
  • Kadang-kadang jika penulis satir berada dalam bahaya karena serangannya, ambiguitas, sindiran, dan pernyataan yang meremehkan dapat digunakan untuk membantu melindungi penulisnya.

Jenis-jenis Satir:

  • Horatian  (dinamai menurut Horace): Bentuk satir yang lembut dan simpatik, di mana subjeknya diolok-olok dengan sedikit humor yang menarik. Bentuk satir ini cenderung meminta orang untuk menertawakan diri mereka sendiri dan juga para pelakunya. 
  • Juvenalian  (dinamai berdasarkan Juvenal): Bentuk satir yang lebih kasar dan pahit, di mana subjeknya menjadi sasaran penghinaan dan kutukan. Bentuk satir ini lebih menghakimi, meminta penonton untuk menanggapi dengan kemarahan terhadap peristiwa yang digambarkannya. 
  • Menippean  (dinamai Menippus): Satir yang kacau dan sering kali tak berbentuk yang menyindir struktur dunia serta pokok bahasannya. Satir ini cenderung mencampur genre, meniadakan kategori, dan sengaja mengejek segalanya. Sasaran pastinya sering kali sulit ditemukan karena tampaknya menyerang segalanya, sering kali mencakup keasyikan dengan disfungsi seksual dan cairan tubuh. 

Mikhail Bakhtin berpendapat bahwa sindiran semacam itu pada dasarnya bersifat dialogis. Hal ini menunjukkan bahwa ada suara-suara yang bersaing dalam teks yang menawarkan dialog atas posisi dan nilai-nilai teks tersebut. 

Teks semacam itu memiliki semacam "kelebihan pengarang" di mana suara-suara dalam sebuah karya dapat mengalahkan segala kemungkinan intensionalitas pengarang. 

Alih-alih relativisme lengkap (di mana tidak ada makna akhir yang dapat diputuskan) atau sistem final (di mana hanya satu makna yang dapat diturunkan), Bakhtin berpendapat untuk negosiasi berkelanjutan antara suara-suara yang tidak akan pernah dapat ditutup secara tuntas.

 Jujur, pertama kali dibilang memiliki gaya bahasa satir, saya sempat heran, meski memang bermaksud menulis satir, tapi baru setelahnya saya mempelajari betul tentang gaya penulisan satir tersebut.

Dan ternyata Satir kini telah menjadi sebuah "jalan ninja" bagi saya, habisnya asyik sih...***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun