Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Awalnya Kata "Hello" atau Halo Digunakan sebagai Sapaan saat Menelepon

29 Agustus 2024   04:36 Diperbarui: 29 Agustus 2024   04:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Halo?" ucap seseorang pertama kali saat memulai pembicaraan di telepon.

Tanpa sadar ucapan "Halo" atau "Hello" selalu diucapkan hampir semua orang di muka bumi ini, sadar nggak sih?

Lantas pernahkah terpikir, siapa yang pertama kali mengucapkan kata "Hello" atau Halo tadi sehingga menjadi sedemikian bermasyarakat?

Apa pula alasan penggunaan kata "Hello" atau Halo itu dikemukakan? Meski sapaan tersebut di kalangan umat Muslim sering diganti dengan ucapan salam "Assalamu'alaikum."

Iseng banget ya, sampai masalah seperti ini saja dibahas? Tapi jujur, hal ini sempat membuat saya penasaran dan ingin mengetahui alasannya.

Dan ternyata sesuatu yang remeh serta dianggap iseng belaka itu memiliki nilai sejarah, terutama di dalam peradaban manusia, yang di mulai pertama kali di kawasan Eropa.

Nah lho, kok bisa?

Begini, setelah melakukan penelusuran dari berbagai sumber, akhirnya ditemukanlah alasan penggunakan kedua kata tersebut hingga pada akhirnya menjadi budaya di seluruh dunia.

Meskipun penggunaan kata-kata tersebut sangat bisa berbeda-beda di beberapa negara.  Sebut saja "Moshi-Moshi" di Jepang, "Wei" di China, dan "Yeoboseyo" di Korea.

Dikutip dari Best Life, seperti yang kemudian ditulis oleh kompas.com, hal yang tercatat dalam sejarah pertama kalinya dari kata tersebut  membawa kita kembali ke tahun 1800-an.

Waktu itu, ternyata kata "hello" banyak digunakan sebagai ekspresi kejutan, bukan sapaan. Untuk saling nyapa, orang-orang sejak abad pertengahan hingga masa Shakespeare menggunakan kata "hail".

Kata "hail" sendiri dinilai membawa nada dan kesan yang agak baik hati, karena terkait dengan kata-kata seperti "health" dan "whole". 

Akhirnya diketahui kemudian bahwa meluasnya penggunaan "hello" sebagai sapaan adalah berkat Thomas Alva Edison, sang penemu lampu pijar.

Setelah ditemukannya telepon oleh Alexander Graham Bell pada akhir 1800-an, orang membutuhkan cara untuk menjawab perangkat baru.

Edison menggunakan caranya sendiri untuk memberikan salam pembuka saat berbicara di telepon, hal itu seperti yang pernah ditulis oleh Edison dalam sebuah surat kepada temannya. 

The New York Times menjelaskan bahwa Edison pernah menulis surat yang penuh semangat kepada temannya bernama Thomas BA David, Presiden Pittsburgh's Central District and Printing Telegraph Co, pada 15 Agustus 1877

"David, menurut saya, kita tidak perlu bel panggilan, karena 'Hello!' dapat didengar sejauh 3-6 meter. Bagaimana menurutmu? Edison," demikian bunyi surat itu.

Dari kisah awal tersebut, menurut Edison penelepon hanya cukup berteriak, "Halo!" kepada orang di ujung lainnya.  

Sementara Graham Bell tidak menyukai ide Edison sedikit pun. karena ia lebih suka menggunakan kata "ahoy" yang berasal dari kata sapaan Belanda "hoi". 

Namun, ketika sentral telepon pertama yang dilengkapi oleh Edison dipasang di seluruh Amerika Serikat, pengoperasian manual menyertakan dua opsi sapaan "hello" dan "what is wanted".

Karena opsi kedua terlalu panjang, kata "hello" pun lebih banyak disukai dan menjadi sapaan umum pada 1880-an.

Dan sejak itulah kata "hello" atau Halo digunakan sebagai sapaan pembuka resmi hingga kini bagi mereka yang mengadakan pembicaraan telepon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun