Kata "hail" sendiri dinilai membawa nada dan kesan yang agak baik hati, karena terkait dengan kata-kata seperti "health" dan "whole".Â
Akhirnya diketahui kemudian bahwa meluasnya penggunaan "hello" sebagai sapaan adalah berkat Thomas Alva Edison, sang penemu lampu pijar.
Setelah ditemukannya telepon oleh Alexander Graham Bell pada akhir 1800-an, orang membutuhkan cara untuk menjawab perangkat baru.
Edison menggunakan caranya sendiri untuk memberikan salam pembuka saat berbicara di telepon, hal itu seperti yang pernah ditulis oleh Edison dalam sebuah surat kepada temannya.Â
The New York Times menjelaskan bahwa Edison pernah menulis surat yang penuh semangat kepada temannya bernama Thomas BA David, Presiden Pittsburgh's Central District and Printing Telegraph Co, pada 15 Agustus 1877
"David, menurut saya, kita tidak perlu bel panggilan, karena 'Hello!' dapat didengar sejauh 3-6 meter. Bagaimana menurutmu? Edison," demikian bunyi surat itu.
Dari kisah awal tersebut, menurut Edison penelepon hanya cukup berteriak, "Halo!" kepada orang di ujung lainnya. Â
Sementara Graham Bell tidak menyukai ide Edison sedikit pun. karena ia lebih suka menggunakan kata "ahoy" yang berasal dari kata sapaan Belanda "hoi".Â
Namun, ketika sentral telepon pertama yang dilengkapi oleh Edison dipasang di seluruh Amerika Serikat, pengoperasian manual menyertakan dua opsi sapaan "hello" dan "what is wanted".
Karena opsi kedua terlalu panjang, kata "hello" pun lebih banyak disukai dan menjadi sapaan umum pada 1880-an.
Dan sejak itulah kata "hello" atau Halo digunakan sebagai sapaan pembuka resmi hingga kini bagi mereka yang mengadakan pembicaraan telepon.