Mohon tunggu...
Johana Saleh
Johana Saleh Mohon Tunggu... Jurnalis - wArga Indonesia

anak yatim yang ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

AHY dan Gibran, Dua Sosok Ter-Hits Hari Ini

24 Juli 2020   15:23 Diperbarui: 24 Juli 2020   15:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneh saja rasanya bila muncul tulisan yang mengatakan Gibran maju pilkada Solo maka Demokrat terlihat menyedihkan. Hubungan dua frasa antara majunya Gibran di Pilkada Solo dan Demokrat terlihat menyedihkan tentu berkonotasi negative.

Sebagai orang yang awam politik, saya melihat ada oknum yang sengaja membuat panas suhu politik tanah air belakangan ini. Perspektif dasar yang ingin saya kemukakan di sini adanya kesengajaan pihak mengadu domba. Selain itu, ada kesengajaan ingin benturkan dua sosok putra Presiden ke 6 Republik Indonesia dengan  Presiden ke 8 Republik Indonesia.

Ya, dua sosok yang dimaksud Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gibran Rakabuming Raka. Dua sosok ini begitu ramai diperbincangkan publik. Mengingat, Gibran resmi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) untuk maju ke Pilkada Solo.

Setelah itu banyak bermunculan oknum masyarakat mengeluarkan pendapat masing-masing. Ada yang berpendapat AHY akan kalah figure dibanding Gibran bila dirinya menang merebut kursi orang nomor satu di Kota Surakarta itu.  

Biar saya ingatkan kembali untuk para pembaca. Sepengetahuan saya, sampai hari ini Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat belum memutuskan serta memberikan dukungan resmi untuk siapapun di Pemilu Wali Kota Solo mendatang.

Meski aspirasi daerah diperhatikan, tetapi PD memiliki proses uji kepatutan & kelayakan bagi semua kandidat yang hendak didukung. Siapapun dia. Mau anak pemulung, atau anak Presiden. Jika ingin didukung PD harus tetap melalui proses ini. Ini adalah pembelajaran tertib administrasi sekaligus tertib demokrasi yang diterapkan di PD. Itu poin pertamanya sebagai pembuka tulisan ini.

Bila kita lihat dukungan Partai Demokrat di Solo, bukanlah hanya gerbong kosong. Seperti yang dikatakan para pihak yang sangat benci sama partai berlambang mercy ini. Untuk diketahui saja, Demokrat Solo didukung oleh 9 ribu suara pada Pileg 2019.

Jumlah ini berpotensi naik seiring merosotnya dukungan publik kepada pemerintah yg dinilai gagal menangangi covid-19. Di lain sisi, dukungan PD meningkat sebagaimana disebut oleh survei Indikator, Partai yang dipimpin oleh AHY hari ini menempati posisi ke-4 besar. 

Sedangkan sosok figurnya dilihat dari elektabilitasnya AHY mengalahkan sosok Puan Maharani dan Khofifah Indar Parawansa.  Padahal AHY bukanlah pejabat daerah maupun pusat. Baik di lembaga eksekutif dan legislatif.

Yang paling mencengankan adalah, kenaikan dukungan PD (peringkat 4) dan masuknya AHY dalam bursa pemimpin masa depan (dukungan AHY di atas Puan Maharani dan Khofifah) mengindikasikan keberhasilan AHY memimpin Partai Demokrat.

Hal ini tidak terlepas dari konsistensi PD bersama rakyat dalam memutus penyebaran wabah virus corona lewat Gerakan Nasional Demokrat Lawan Corona dan Gerakan Nasional Partai Demokrat Peduli dan Berbagi.

Semua masyarakat pasti tahu, bila Partai Demokrat konsisten PD dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Buktinya, banyak RUU Prolegnas tahun 2020 ditentang hingga akhirnya dicabut dari prolegnas. Seperti  RUU HIP, Omnibus Law Cipta Kerja hingga Minerba. Bahkan organisasi MUI, Muhammadiyah dan NU menaruh harapan kepada PD. Dukungan ini tentu berimbas pula pada citra positif PD di daerah.

Poin yang sangat penting untuk diketahui oleh rakyat Indonesia. Apa itu? Soal AHY maju ke Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu.

AHY memang maju di Pilgub DKI Jakarta. Tapi ia maju setelah SBY bukan lagi presiden. Ia maju dalam suatu kompetisi yg keras. Bukan sebagai calon tunggal koalisi parpol. Kompetitornya merupakan tokoh-tokoh senior yang sudah dikenal publik. Bukan seperti yang sekarang jadi rivalitas Gibran di Pilkada Solo. Yang hanya tukang jahit dan pengurus RT.

Jadi, bila kita bicarakan proses pencapaian AHY dan Gibran tentu tak bakalan selesai satu halaman saja. Yang terpenting adalah, jangan sampai ada oknum masyarakat yang hendak membuat panas politik tanah air. Piplres sudah lama usai. Tak adalagi pendukung Jokowi dan Pendukung Prabowo. Mari kita buka mata lebar-lebar bahwa sebagai Negara yang menjujung tinggi demokrasi untuk siap menerima kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun