Mohon tunggu...
Dimas Chairu Ramadhan
Dimas Chairu Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Suka bermain Basket dan Futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Agama

7 November 2024   22:33 Diperbarui: 7 November 2024   22:49 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tugas artikel ini untuk memenuhi UTS  mata kuliah Studi Islam yang diampu oleh Bapak Muhammad Firdaus L.c,MA,Ph,d

Dimas Chairu Ramadhan (PMI 1A)

NIM:12405051020004

      Bapak  Pendidikan  Nasional  Indonesia  Ki  Hajar  Dewantara  menjelaskan bahwa  arti  Pendidikan; "Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan menuntun segala  kekuatan  kodrat  yang  ada  pada  anak-anak  itu,  agar  merekasebagai  manusia  dan  sebagai  anggota masyarakat  dapatlah  mencapai  keselamatan  dan  kebahagiian  setinggi-tingginya". Pendidikan merupakan adalah sebuah proses humanime yang selanjutnya dikenal dengan istilah memanusiakan manusia. Oleh karena itu  kita  seharusnya  bias  menghormati  hak  asasi  setiap  manusia. Unntuk  itu    pendidikan tidak  saja    membentuk  insan  yang  berbeda  dengan  sosok  lainnya  yang  dapat  beraktifitas  menyantap    dan meneguk,   berpakaian   serta   memiliki   rumah   untuk   tinggal   hidup,   ihwal   inilah   disebut   dengan   istilah memanusiakan manusia (Ab Marisyah1, Firman2, 2019).

     Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian umat Muslim, baik dari segi spiritual, moral, maupun sosial. Sebagai salah satu komponen integral dalam sistem pendidikan di Indonesia, PAI bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam serta membimbing individu untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Pendidikan Agama Islam tidak hanya terbatas pada pengajaran tentang Al-Qur'an, hadis, fiqih, dan akhlak, tetapi juga mencakup pembentukan pribadi yang taat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

      Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan aspek penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. PAI tidak hanya mencakup pengajaran materi keagamaan Islam, tetapi juga bertujuan  untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik pada siswa. Tarbiyah, Ta'lim dan Ta'dib adalah tiga kata yang cukup familiar kita baca atau dengar  untuk  kemudian oleh  para  ahli dikaitkan  dengan  konsep  pendidikan dalam Islam. Ketiga kata tersebut terdapat dalam Alquran dan telah menjadi inspirasi bagi lahirnya konsep pendidikan dalam Islam (Nata, 2016). Konsep Tarbiyah    adalah    proses    pengajaran    yang    mampu    menumbuhkan    dan mengembangkan peserta didik, yang mencakup Afektif (sikap dan perasaan), Kognitif (pengetahuan) dan Psikomotorik (keterampilan). Konsep Ta'lim adalah proses pengajaran yang lebih mengarah pada aspek kognitif (pengetahuan). Konsep Ta'dib adalah suatu pendidikan yang lebih mengarah pada aspek Afektif (sikap dan perasaan)

Tujuan Pendidikan Agama Islam

     Pendidikan agama Islam memiliki beberapa tujuan penting yang berkaitan dengan pembentukan pribadi Muslim yang paripurna. Beberapa tujuan utama pendidikan agama Islam antara lain:

  • Menanamkan Aqidah yang Benar: Salah satu tujuan utama pendidikan agama Islam adalah menanamkan keyakinan yang benar mengenai Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam. Hal ini sangat penting agar generasi Muslim tidak hanya mengetahui ajaran agama, tetapi juga memahami dan meyakini keabsahannya.
  • Pembentukan Akhlak Mulia: Islam mengajarkan pentingnya akhlak atau moral yang baik. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk karakter dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti jujur, sabar, rendah hati, dan peduli terhadap sesama.
  • Pemahaman tentang Syariah: Pendidikan agama Islam juga bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum syariah, seperti ibadah (shalat, puasa, zakat, haji) dan muamalah (hubungan antar sesama manusia), serta etika sosial dalam Islam.
  • Mengamalkan Islam dalam Kehidupan Sehari-hari: Pendidikan agama Islam tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga pada praktik. Generasi Muslim diharapkan dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam urusan pribadi maupun sosial.

Berkaitan dengan tujuan PAI di sekolah, Darajat (1993) mengemukakan beberapa tujuan sebagai berikut. Kesatu, menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap siswa yang positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan sebagai esensi takwa, taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Kedua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik siswa terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mereka sadar akan iman dan ilmu dan pengembangannya untuk mencapai keridlaan Allah Swt. Ketiga, menumbuhkan dan membina siswa dalam memahami agama secara benar dan dengannya pula diamalkan menjadi keterampilan beragama dalam berbagai dimensi kehidupan.

Ahmad Tafsir mengemukakan tiga tujuan PAI, yakn: (1) terwujudnya insan kamil, sebagai wakil-wakl Tuhan di muka bumi, (2) terciptanya insan kaffah, yang memiliki tiga dimensi, religius, budaya, dan ilmiah, dan (3) terwujudnya penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, pewaris para nabi, dan memberikan bekal yang memadai untuk menjalankan fungsi tersebut. (Tafsir, 2017)

Metode Pendidikan Agama Islam

      Metode pendidikan agama Islam merupakan cara atau pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai dan ajaran agama Islam kepada peserta didik. Pendidikan agama Islam tidak hanya mencakup teori, tetapi juga berupaya membentuk karakter dan perilaku peserta didik agar sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, metode yang digunakan harus dapat mendorong pemahaman yang mendalam tentang agama, serta memungkinkan peserta didik untuk mengamalkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa metode pendidikan agama Islam yang umum digunakan:

Metode Ceramah (Lecturing)

     Metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan dalam pendidikan agama Islam, baik di pesantren, madrasah, maupun sekolah. Dalam metode ini, seorang guru atau ustadz memberikan penjelasan tentang materi agama kepada siswa atau jamaah. Ceramah biasanya disertai dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an, Hadis, dan kitab-kitab klasik untuk menjelaskan topik yang dibahas.

           Kelebihan:

  • Memudahkan penyampaian materi kepada banyak orang dalam waktu yang terbatas.
  • Memberikan pengetahuan agama yang luas dan mendalam.

           Kekurangan:

  • Peserta didik pasif, lebih banyak mendengarkan tanpa ada interaksi langsung.
  • Bisa membosankan jika tidak disertai dengan metode pendukung lainnya

Metode Diskusi

     Metode diskusi adalah pendekatan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa itu sendiri. Dalam metode ini, guru akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau topik untuk dibahas, dan siswa diberikan kesempatan untuk berbicara, menyampaikan pendapat, serta bertanya. Diskusi ini dapat dilakukan dalam kelompok kecil atau dalam forum kelas besar.

           Kelebihan:

  • Meningkatkan pemahaman peserta didik karena mereka diberi kesempatan untuk berinteraksi dan berpikir kritis.
  • Membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan.

           Kekurangan:

  • Mungkin ada beberapa siswa yang tidak aktif berpartisipasi dalam diskusi.
  • Membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode ceramah.

Metode Demonstrasi

     Metode demonstrasi mengutamakan praktik langsung di mana guru memperagakan cara-cara atau prosedur tertentu, seperti tata cara shalat, membaca Al-Qur'an, atau melakukan ibadah lainnya. Peserta didik kemudian diminta untuk mempraktikkan apa yang telah didemonstrasikan.

           Kelebihan:

  • Memungkinkan siswa untuk belajar langsung dengan pengalaman.
  • Lebih efektif untuk pengajaran praktik ibadah atau tata cara tertentu.

           Kekurangan:

  • Membutuhkan waktu yang lebih lama karena setiap langkah perlu diperagakan secara detail.
  • Beberapa keterampilan mungkin memerlukan fasilitas atau tempat khusus untuk dilakukan.

Metode Tanya Jawab (Question and Answer)

     Metode tanya jawab adalah metode yang menekankan pada interaksi dua arah antara guru dan siswa. Dalam metode ini, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menguji pemahaman mereka, atau siswa dapat bertanya tentang hal-hal yang mereka belum mengerti.

          Kelebihan:

  • Membantu mengukur pemahaman siswa secara langsung.
  • Dapat memperdalam pemahaman melalui klarifikasi dan penjelasan tambahan.

          Kekurangan:

  • Tidak semua siswa merasa nyaman atau memiliki keberanian untuk bertanya.
  • Hanya efektif jika jumlah peserta didik tidak terlalu banyak.

Metode Kooperatif (Cooperative Learning)

     Metode kooperatif melibatkan kerja kelompok antara siswa untuk saling membantu memahami materi agama Islam. Dalam metode ini, siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang diberikan. Pendekatan ini sering kali dilakukan dalam bentuk proyek kelompok atau diskusi kelompok.

          Kelebihan:

  • Mengembangkan keterampilan sosial dan kerja sama antar siswa.
  • Membantu peserta didik belajar lebih aktif dan mandiri.

         Kekurangan:

  • Terkadang ada siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam kelompok.
  • Membutuhkan pengaturan yang baik agar pembagian tugas adil dan efektif.

Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

     Dalam metode ini, siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang relevan dengan ajaran Islam, dan mereka diminta untuk mencari solusi atau pemahaman dari masalah tersebut. Ini dapat berupa situasi kehidupan nyata yang berkaitan dengan hukum Islam atau etika dalam kehidupan sehari-hari.

          Kelebihan:

  • Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis.
  • Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan untuk memecahkan masalah.

          Kekurangan:

  • Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi.
  • Guru harus memiliki keterampilan dalam memfasilitasi diskusi dan refleksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun