Mohon tunggu...
Dimas Catur Prima Nugroho
Dimas Catur Prima Nugroho Mohon Tunggu... -

Enterprenuer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Profesi dan Motivasi

24 November 2017   13:34 Diperbarui: 24 November 2017   14:33 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

dari motivasi yang agak bergeser itulah yang mempengaruhi kualitas tenaga medis kita. tidak heran, banyak antar dokter spesialis itu bukannya saling mendukung dan berdiskusi, tetapi malah saling menjatuhkan dan memberikan kesan kurang baik di depan pasien. 

saya tahu dan sangat paham sekali, untuk menjadi dokter spesialis itu sangat membutuhkan energi yang sangat besar. tidak mudah, bahkan harus banyak mengorbankan waktu yg seharusnya untuk keluarga.

tetapi, bukan berarti saat sudah menjadi spesialis harus saling menjatuhkan sesamanya. 

"aduh, bapak gak usah dengan dokter A, dia kurang bagus, bapak hanya diberikan vitamin, sedangkan bapak butuh obat bla... bla... bla...." 

pernyataan-pernyataan seperti itu sering saya dengar saat kita sebagai pasien yg berharap awalnya dengan semangat bercerita dengan harapan dokter-dokter ini saling berkolaborasi dan menjalin komunikasi. tetapi yang ada malah saling membuat citra rekan sejawatnya kurang baik dimata pasien. 

"kemaren opname di rumah sakit mana pak?" 

dokter bertanya saat kita ceritakan bahwa baru selese opname. 

"gak usah disitu lah pak, disitu dokternya muda-muda, pengalamannya masih kurang, kalo alasannya dekat dengan rumah, itu masalah klasik pak" 

saya pernah dapat jawaban seperti itu, saat ceritakan kalo bapak saya selesai opname. 

kadang saya heran, bukan kah saya mau berobat dimana, dan dengan dokter siapa itu adalah hak saya? bahasa kurang baiknya: toh yang bayar tagihannya saya, kenapa anda yang repot? 

sikap-sikap seperti itu yang seharusnya dikurangi oleh dokter di negara ini. sikap yang bukannya saling membantu, malah cendrung seperti rebutan pasien. mungkin ada yang gak percaya kalo ada suatuharu saya pernah sedang berdiskusi dengan sorang dokter spesialis saraf: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun