Seperti hal yang "sering" dilakukan komunitas Kompasianer Jogja (KJOG) mengajak untuk mencicip makanan.
Lagi-lagi makan! Seperti kata iklan minuman botol di tv: mau ngapain aja, pasti makan. Agenda makan atau kuliner menjadi salah satu ajakan menggiurkan yang sulit ditolak. "Rejeki jangan ditolak", begitu nasehat orang tua.#OOT
Sebelum berlanjut, perlu diketahui bersama. Bahwasanya komunitas yang "katanya" komunitas doyan makan atau pun komunitas tukang review makanan itu suatu hal yang kurang tepat.
Jadi, lewat agenda kuliner tersebut KJOG menstimulan anggotanya untuk tetap giat menulis di Kompasiana. Produknya berupa ulasan kuliner tersebut. Ajakan makan suatu yang menggiurkan bukan menurut kalian?
Ngerumpi berfaedah sebelum makan
Ramadan terasa kurang greget jika tanpa bukber. KJOG pun akhirnya menggelar agenda bukber. Makan lagi ya? Tentu! Sungguh beruntung saya lahir dan tinggal di Indonesia dengan segala kekayaannya! Termasuk kekayaan kuliner yang harus dicicipi demi kejayaan nusantara!-hehe
Berlokasi di sebuah pusat perbelanjaan baru di sebelah utara kota Jogja. Tepatnya di Sleman City Hall. Kami berkumpul di Depot Jawa Timur. Dari nama tempatnya sudah ketebak ya? Yap! Yang akan kami icip adalah menu makanan Jawa Timur.
Namanya juga bukber, sabar menanti waktu berbuka tiba. Sayang, di radio hanya bisa request lagu, tidak bisa request azan maghrib lebih awal.
Kumpul, tak sekadar untuk makan. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Moment menunggu buka puasa tiba digunakan untuk #ngabubuTalk. Suatu rumpian berfaedah saat ngabuburit.
Rumpian kala itu membahas salah satu platform sosmed populer, Instagram. Ngerumpi berfaedah saat itu dibintangi oleh salah satu pengelola akun publik instagram besar di Jogja yaitu @fyijogja. Monyoku, panggilan akrab laki-laki muda dengan spirit berbagi yang luar biasa.
Platform sosmed berbagi foto itu ternyata memiliki fungsi lain selain untuk memasarkan konten tulisan atau blog. Instagram memiliki fasilitas caption dengan jumlah karakter hingga 2.200 karakter. Hingga muncullah tren nge-blog di instagram atau instablogging. Tak sampai di situ, masih banyak optimasi yang bisa kita lakukan untuk instagram.
Semua kembali ke pribadi masing-masing dan pengalaman masing-masing. Learning by doing menjadi cara ampuh untuk optimasi instagram.Â
Explore tools dan fasilitas yang disediakan oleh platform tersebut. Tak usah galau dengan jumlah follower. Niatkan berbagi dan berbuat baik untuk sesama. Dan buat konten berkualitas. Follower akan berdatangan sendiri.
"Aku ingin bermanfaat untuk orang lain kak. Salah satu caranya dengan berbagi informasi lewat akun publik @fyijogja", terang Monyoku saat ditanya apa alasannya memiliki dan mengelola akun publik di instagram.
Icip menu Jawa Timur
Konsentrasi kami pun mulai buyar ketika detik-detik berbuka puasa segera tiba. Hal tersebut ditandai dengan hilir mudik pramusaji menyiapkan menu santap berbuka puasa untuk kami.
Waktu berbuka puasa tiba! Segera kami beralih mengerubungi meja yang penuh dengan aneka sajian menu makanan: es sirup, es buah, kolak, soto lamongan, sayur lodeh, ayam kremes, tempe mendoan, aneka sambal, kerupuk dan tentunya nasi.
Setelah membatalkan puasa dengan es buah, saya menghampiri soto lamongan. Penasaran dengan cita rasanya. Katanya sih enak. Suiran ayam, telur rebus, suun rebus, irisan kol dan tomat, menjadi isian dalam soto lamongan. Ada juga yang menambahkan uritan, isian ati/ampela, ceker ayam, dll.
Soto Lamongan sajian dari Depot Jawa Timur sungguh endess! Rasanya gurih, ditambah dengan bumbu koya khas soto lamongan yang membuatnya semakin 'akh'! Apalagi porsinya mengenyangkan, tak perlu tambah nasi kalo saya.
Menu selanjutnya adalah sayur lodeh. Biasanya saya mendapati sayur lodeh dengan rasa 'berat', sayur lodeh di Depot Jawa Timur ternyata berbeda, rasanya 'ringan' dan gurih. Sayang, rada asin menurut lidah saya.
Tak hanya soto lamongan dan sayur lodeh. Depot Jawa Timur menyediakan aneka menu masakan Jawa Timur lainnya. Seperti rawon dan rujak cingur. Depot Jawa Timur untuk sementara waktu bisa dijumpai di Lantai 2 unit Semar Foodcourt Sleman City Hall.
Perut sudah terisi. Perbincangan pun berlanjut semakin seru. Satu hal yang ingin saya utarakan. Instagram memang bisa di monetize. Tapi apalah artinya kita jika tak bermanfaat bagi sesama? Bagaikan soto lamongan tanpa taburan bumbu koya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H