Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta XIII: Pesta Akulturasi Budaya Cerminan Jogja Tetap Istimewa

16 Februari 2018   18:43 Diperbarui: 16 Februari 2018   18:47 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Cap Go Meh (Wikipedia)

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta bermula dari gagasan seorang dosen Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada pada sekitar pertengahan tahun 2005, bernama Murdiyati Gardjito. Beliau mempunyai gagasan untuk membuat buku resep masakan khas Tionghoa. Gayung bersambut, gagasannya terdengar hingga ke telinga Sri Sultan Hamengkubuwono X yang notabene adalah seorang Raja sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gagasan tersebut mengerucut hingga menjadi Pekan Budaya Tionghoa perdana. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta pertama kali digelar pada tahun 2006. Pada waktu itu hanya menyuguhkan rumah budaya dengan menampilkan berbagai macam suguhan kuliner di rumah tersebut. Hingga kini, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta meluas pada pertunjukkan budaya nusantara.

Untuk menegaskan inklusivitas Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, maka diangkatlah tema "Harmoni Budaya Nusantara" pada PBTY ke-13 kali ini. PBTY bukan hanya milik para keturunan Tionghoa, melainkan untuk semua masyarakat Indonesia. Tak hanya menampilkan produk budaya Tionghoa dan produk budaya akulturasinya. Ragam budaya nusantara juga akan disuguhkan di PBTY ke-13. Dan sesuai dengan permintaan Gubernur DIY pada PBTY XI yang dikutip dari kompas.com,

"Mengingat banyak peminat kegiatan tahunan ini, akan lebih baik jika waktu pelaksanaan diperpanjang menjadi tujuh hari sehingga setiap peserta bisa tampil maksimal," kata Sri Sultan HB X saat membuka PBTY XI di Yogyakarta, Kamis (18/2/2016).

Maka, sejak tahun 2017 PBTY diselenggarakan selama tujuh hari, begitu pula dengan PBTY ke-13 yang akan datang.


Lalu, apa saja yang dapat dijumpai di PBTY ke-13 yang akan datang?

Kuliner

Ada yang tahu Lontong Cap Go Meh? Sudah pernah makan kuliner akulturasi satu ini? Lontong Cap Go Meh Adalah masakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia, tepatnya masakan Jawa. Hidangan yang terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur, abon sapi, pindang, bubuk koya, sambal dan kerupuk. Makanan yang biasanya disantap oleh keluarga Tionghoa pada saat perayaan Cap Go Meh tersebut dapat dinikmati oleh siapa pun yang ingin mencicipinya.

Lontong Cap Go Meh (Wikipedia)
Lontong Cap Go Meh (Wikipedia)
Akulturasi kuliner terjadi dua arah. Dari pengaruh masakan Tionghoa, kita mengenal mie goreng, lumpia, bakso dan siomay. Sedangkan dari pengaruh masakan Jawa, salah satunya adalah Lontong Cap Go Meh. Konon, ketika perayaan Imlek, saat Cap Go Meh, kaum peranakan jawa mengganti hidangan yuanxiao---tepung beras yang dibentuk bulat-bulat menyerupai bola---diganti dengan lontong, yang disertai berbagai hidangan tradisional Jawa lainnya yang kaya rasa.

Lontong Cap Go Meh dipercaya melambangkan asimilasi atau semangat pembauran antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk pribumu di Jawa. Dipercaya pula bahwa hidangan tersebut mengandung perlambang keberuntungan. Misal, lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang memiliki tekstur encer. Anggapan tradisional Tionghoa yang mengkaitkan bubur sebagai makanan orang miskin atau sakit, karena itulah ada tabu yang melarang menyajikan dan memekan bubur ketika Imlek dan Cap Go Meh karena dianggap ciong atau membawa sial.

Bentuk lontong yang panjang menggambarkan umur yang panjang. Telur melambangkang keberuntungan, sementara kuah santan yang dibubuhi kunyit bewarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan.

Tak hanya Lontong Cap Go Meh saja, masih banyak kuliner lainnya, pokoknya maknyus---begitu kata pak Bondan. Jangan khawatir akan kandungan babi di dalam kuliner yang dijajakan di PBTY. Setiap stand kuliner akan diberi tanda khusus yang memberikan informasi kepada konsumen bahwa kuliner tersebut mengandung babi atau halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun