Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menabung di Bank Syariah ala Mahasiswa

27 Oktober 2017   02:12 Diperbarui: 27 Oktober 2017   03:46 3469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbankan syariah (dok.pri)

Logo biru ai-bi merupakan penanda identitas industri perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai utama sistem perbankan syariah yang modern, transparan, berkeadilan, seimbang dan beretika yang selalu menggedepankan nilai-nilai kebersamaan dan kemitraan.


Saya memilih bank syariah
Saya memilih Bank Syariah Mandiri dengan membuka rekening tabungan simpatik. Tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah (akad titipan). Prinsip akad titipan ada dua: amanah dan dhamanah. Untuk tabungan wadiah, bersifat dhamanah yakni pihak yang dititipi (bank) bertanggungjawab atas keutuhan harta titipan, sehingga bank boleh memanfaatkan harta tersebut. Tabungan saya dapat saya ambil setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati (tarik tunai melalui teller bank di jam kerja bank, tarik tunai melalui ATM, dsb).

Tabungan simpatik (dok.pri)
Tabungan simpatik (dok.pri)
Sederhananya begini: Saya membuka/menabung di bank syariah Rp 1.000.000,-. Uang tersebut akan digunakan oleh bank syariah sebagai usaha (usaha apapun, asal halal). Dari usaha yang dilakukan oleh bank syariah, ada keuntungan. Saya juga mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut, hal ini karena prinsip bagi hasil sistem perbankan syariah. Keuntungan tersebut masuk ke rekening saya, rekening saya bertambah. 

Misal keuntungan bagi hasil: Rp 1.000.1000,- Ketika saya melakukan transaksi di bank syariah, entah itu menarik uang ataupun menabung. Keuntungan (Rp 1.000,-) yang saya dapatkan tadi diambil oleh bank sebagai 'administrasi', di dalam BSM tabungan simpatik disebut 'Biaya ATM' (meskipun tak memiliki ATM). Tetapi, tabungan saya Rp 1.000.000,- tetap. Intinya, uang tabungan saya di bank syariah tetap bernilai Rp 1.000.000,- (dengan catatan: saya tidak melakukan transaksi perbankan). Apa kabar jika uang Rp 1.000.000,- saya, saya tabung di bank konvensional?

Untuk menghemat, saya memilih tidak menggunakan kartu ATM. Karena penggunaan kartu ATM dikenakan biaya perawatan setiap bulannya, besar kisarannya pun telah ditentukan. Meskipun saya dapat membayar biaya perawatan kartu ATM tersebut dengan keuntungan bagi hasil tabungan saya. Namun, siapa yang dapat menjamin? Tabungan saya sewaktu-waktu dapat bertambah dan berkurang, tergantung kondisi keuangan saya. Bank syariah: solusi perbankan yang amanah, menguntungkan dan transparan. Saya pun tetap bisa bang bing bung tanpa harus takut saldo menjadi telur.


Salam,


Dimas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun