Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berliterasi Sambil Berekreasi Bersama Sahabat Literasi

26 September 2017   07:53 Diperbarui: 26 September 2017   09:21 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pun masih duduk sambil terus mengamati. Beberapa teman Sahabat Literasi pun mendapatkan perlakuan yang sama dari beberapa pengunjung. Penolakan tersebut wajar saja terjadi. Satu, ini adalah tempat rekreasi, tempat di mana biasanya banyak yang menjual produk dengan penawaran yang menggiurkan. Kedua, teman-teman Sahabat Literasi menggunakan seragam. Kesimpulannya, ketika mereka menawarkan buku tersebut kepada pengunjung, stigma tentang saleslah yang muncul pertama kali di benak para pengunjung.

Namun, tekad dan usaha teman-teman Sahabat Literasi tak kunjung surut. Mereka tetap menawarkan dengan memberikan penjelasan lebih.

Memberikan penjelasan lebih kepada pengunjung (dok.pri)
Memberikan penjelasan lebih kepada pengunjung (dok.pri)
"Saya tidak jualan ibu, buku ini gratis. Silakan jika ibu berminat", terang seorang teman Sahabat Literasi. Langkah si ibu pun terhenti seketika setelah mendengarkan penjelasan tersebut.

Ibu itu kemudian menerima buku tersebut dan membolak-balikkannya. Bingung, penuh tanya masih tersirat di raut muka si ibu. "Benar mbak gratis?", tanya si ibu memastikan.

"Benar bu, gratis. Saya hanya minta ibu membacanya, tapi jangan di jual ya bu", terang teman Sahabat Literasi.

"Oke deh mbak, makasih ya", jawab setuju si ibu. "Benar ini mbak gratis? Nanti mbak gak dapat apa-apa dong", tanya ragu si ibu ketika akan melanjutkan langkahnya.

"Benar bu, saya tidak berjualan di sini. Kami membagikan buku secara gratis. Harapan kami, ibu membaca buku itu dan mendapat ilmu dari bacaan tersebut. Semoga bermanfaat bu", jelas tegas teman Sahabat Literasi.

"Terima kasih banyak ya", si ibu mengucapkan sambil menaikkan sedikit buku yang dipegangnya, langkah kakinya pun kini mantap ketika meninggalkan lokasi tersebut.

"Masyarakat ini ada-ada saja ya. Saat ditawari, dikiranya membeli, tidak mau. Tahunya gratis, mau, tapi ragu. Terus maunya apa coba?", gumamku dalam hati.

Pak Dwi menjelaskan buku yang ia tawarkan (dok.pri)
Pak Dwi menjelaskan buku yang ia tawarkan (dok.pri)
Kebetulan buku cetak yang kami bawa sebagian besar segmennya adalah anak-anak. Sasaran anak-anak pun menjadi tujuan pertama. Selain anak-anak "mudah" menerima tawaran, apalagi buku bacaannya menarik dengan aneka gambar bewarna, hal tersebut juga menjadi strategi. Setelah anak-anaknya "kena", maka orang tuanya yang menjadi sasaran selanjutnya. Strategi tersebut terbilang jitu.

Lucu ketika mendapatkan jawaban: "Saya membaca lewat gawai". Jawaban tersebut didapat dari seorang ibu-ibu yang berkunjung bersama putri remajanya. Aku pun tadinya hanya penasaran saja, dan meminta kepada seorang teman Sahabat Literasi untuk menawarkan kepada selain anak-anak. Ternyata jawaban tersebut muncul dari mulut ibu tersebut. Entah menolak secara halus atau ingin terlihat keren. Hal tersebut sah-sah saja, tidak usah diperdebatkan. Hak masing-masing individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun