Anak-anak diajarkan memasak pizza, mulai dari persiapan, rolling, memberi topping hingga memasaknya dalam tungku. Kegiatan tersebut di dampingi oleh para profesional, sehingga para orang tua tidak perlu kuatir.
Orang tua bisa lebih tenang bercengkrama dengan teman, sahabat bahkan kerabat. Tanpa harus mengkuatirkan "si kecil" rewel di tengah-tengah perbincangan asik. Si kecil pun mendapatkan pengalaman dan pembelajaran baru tentang memasak pizza. Harapannya, si kecil akan paham bahwa memasak itu membutuhkan waktu dan harus sabar menunggu. Biasanya si kecil rewel ketika diajak makan di resto karena makanan tak kunjung tersaji di atas meja dan dia bosan jika harus menunggu.
Harga Terjangkau
Pertanyaan besar muncul ketika mengetahui, bahwa hampir seluruh bahan baku diimpor dari luar negeri. Saya pun menanyakan langsung kepada Matthias dan Nana, kenapa harganya bisa "murah". Ya, walaupun pada awalnya ketika memasuki Nanamia Pizzeria "ketakutan" akan harga menghantui, hal tersebut tak saya pungkiri. Saya yang notabene adalah penjaja sego angkringan terbayang-bayang "horror" dengan harga di dalam sebuah resto adalah hal yang wajar bukan?
Jelas angkringan dan resto bukanlah hal yang patut dibandingkan, akan lucu jika itu tetap dilakukan. Ketika harga menu di Nanamia Pizzeria, ambil saja contoh pizza, dibandingkan dengan harga pizza di resto lain, pizza di Nanamia Pizzeria itu murah. Murah, tak lantas membuatnya "murahan". Bagi Matthias dan Nana, kualitas itu penting!
Misi otentik dan memperkenalkan budaya serta makanan Italia lah yang menjadi alasan keduanya menjual dengan harga murah. Mereka ingin semua orang bisa merasakan makanan Italia dengan rasa dan kualitas yang baik.
Berjualan atau berbisnis tak melulu tujuannya meraup untung. Jiwa perlu dilibatkan di dalamnya, agar bisnis tetap berjalan, kebahagiaan pun didapatkan.
Ciao!
Dimas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H