Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berawal dari Gemar Nglathak Hingga Memiliki Warung Nglathak

23 Januari 2017   07:01 Diperbarui: 23 Januari 2017   08:05 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nglathak, nyate kambing ala Jogja (sumber: dokumentasi pribadi)

Apalagi yang spesial? Masih banyak.

Bahan baku yang ada di kedai ini semuanya berasal dari lokal. Kambingnya berasal dari peternak kambing yang ada di daerah Bantul. Untuk membakar sate klathaknya, ia memakai briket arang yang berasal dari bathok kelapa. Selain untuk membantu mengurangi limbah bathok kelapa, penggunaan briket arang menghasilkan panas yang lebih dan irit dalam penggunaannya. Tungku pembakarannya pun kekinian. Teknologi hybrid ia terapkan. Para penjajak sate biasanya menggunakan minyak dan kertas untuk penyalaan arangnya, Mas To’ menggunakaan gas sebagai penyalaan awal briket arang. Nasinya, berasal dari beras organik yang di beli dari petani di daerah Magelang. Susu sebagai bahan dasar yoghurt ia dapatkan dari peternak sapi perah yang berada di daerah Cangkringan. Bunga Telang kering ia dapatkan dari temannya sesama alumni IPB di daerah Kediri.

Bahan baku lokal tak selamanya kalah dengan bahan baku import. Selain dapat bersaing dengan bahan baku import, bahan baku lokal kualitasnya lebih bagus. Dari segi harga? Harga itu relatif. Seperti kalimat berikut: ‘Ada rupa, ada harga’. Kalimat tersebut berarti, kualitas bagus pasti juga memiliki harga yang sebanding.

Berawal dari kegemaran, dibumbui dengan tekad yang kuat serta ketekunan, rupanya tak ada yang tak mungkin. Hal itu telah dibuktikan oleh sosok inspiratif bernama Muhammad Subroto, pemilik Warung Nglathak. Ia tak bisa hingga seperti saat ini tanpa melalui fasa yang bernama proses. Itu semua adalah hasil dari buah ia menikmati sebuah proses. Hingga kini pun ia masih berproses. Proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Cintailah pekerjaanmu, maka pekerjaanmu juga akan mencintaimu.

Kota pelajar, 22 Januari 2017

Salam pamol,

Dimas Anggoro Saputro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun