Melepas penat, lebih dikenal dengan istilah refreshing adalah salah satu cara manusia untuk sejenak melupakan beban dan tanggung jawab aktivitas sehari-hari. Stress melanda, traveling menjadi pelariannya.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak tujuan wisata yang sangat menarik dikunjungi. Segala jenis wisata bisa dibilang ada semua di Jogja. Mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata ziarah, wisata boga, wisata belanja, wisata pertanian, wisata kelana/petualangan. Ada semua bukan?
Semua itu selalu memikat mendatangkan pengunjung wisatawan nusantara maupun mancanegara. Hampir di setiap pelosok Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi wisata. Salah satunya adalah Kabupaten Gunung Kidul. Wilayah yang terletak di sebelah timur pusat kota Jogja ini memiliki potensi wisata alam yang luar biasa. Rentang laut dan hamparan pegunungannya telah tersohor seiring kesadaran masyarakat akan potensi wisatanya dan kemudahan berbagi informasi lewat sosial media.
Siapa sangka Jogja juga memiliki pantai kuta, seperti di Bali. Pantai Sepanjang. Pantai yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul sering disebut dengan Pantai Kuta Zaman Dulu. Pantai yang memiliki garis pantai lebih panjang dibandingkan dengan pantai yang terdapat di kawasan Gunung Kidul lainnya. Pantai ini segaris dengan pantai Kukup, pantai Sundak dan pantai Baron. Hamparan pasir putih di tambah dengan masih belum cukup ramai pengunjung yang berwisata ke pantai ini menjadikannya alasan pantai ini disebut dengan Pantai Kuta Zaman Dulu.
Akses menuju pantai ini tidaklah sulit. Akses jalannya bisa dilalui oleh kendaran kecil (motor dan mobil) dan kendaraan besar (mini bus dan bus). Kita bisa menemukan beberapa rute menuju pantai tersebut dengan bantuan teknologi. Ada 3 rute ketika saya mencarinya di mesin pencari Google, rute yang dapat ditempuh dari pusat kota Jogja yaitu, melalui Jl. Nasional III (62.9 km), Jl. Pantai Selatan Jawa (59.9 km) dan Jl. Playen Dlingo dan Jl. Pantai Selatan Jawa (65.4 km).
Kami berangkat dari deler Sumber Baru Motor Kalasan pukul 09.00 WIB. Kami memilih rute perjalanan Jl. Raya Piyungan, Jl. Nasional III, Jl. Playen Paliyan, Jl. Raya Panggang Wonosari, Jl. Pantai Selatan Jawa dan Jl. Sepanjang. Rute yang kami pilih memiliki lalu lintas kendaraan yang cukup lengang, jalan berkelok dan naik turun khas jalan pegungungan, pemandangan indah tersuguh memanjakan mata dan tentu saja instagramable.
Selain refreshing, melalui traveling kita bisa memiliki pengetahuan yang luas dan juga kepribadian lebih matang. Saat traveling kita tidak hanya akan berkenalan dengan tempat-tempat baru namun juga berkomunikasi dengan orang-orang baru dengan segudang adat dan kebiasaan berbeda bahkan lintas generasi. Hal itu memang benar apa adanya dan saya alami ketika saya berwisata asik bersama Yamaha. 25 blogger dan vlogger, jumlah yang tidak sedikit dalam momen anti penat ini. Siapa yang akan menyianyiakan kesempatan tersebut?
Perhatian tak hanya diberikan kepada orang terkasih saja. Kesehatan juga butuh diperhatikan. Terlebih jika akan melakukan traveling. Jangan sampai kesehatan menjadi penghalang dan merusak perjalanan wisata. Perjalanan ke Pantai Sepanjang bukanlah perjalanan panjang seperti namanya. Kurang lebih satu setengah – dua jam saja waktu tempuh perjalanannya. Tapi saya tidak boleh menyepelekan waktu tempuh perjalanan itu, apalagi tanpa mempersiapkan kesehatan. Menempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor membutuhkan konsentrasi dan kondisi badan yang prima, terlebih jika kita membawa serta orang lain bersama kita. Apalagi orang terkasih yang kita bawa, tentu saja kita tidak mau orang terkasih tersebut ‘kenapa-napa’ bukan?
Perjalanan mengajarkan kesabaran. ‘Emang ini jalan nenek moyang loe?!’ Ungkapan kalimat tersebut mengingatkan saya bahwa jalan yang kami lalui adalah jalan umum. Meskipun voorijder dari pihak Kepolisian mengawal kami, bukan berarti kami sesuka hati menggunakan jalan seolah-olah kamilah pemilik jalannya. Etika berkendara dan safety riding harus kita junjung tinggi, hal itu menandakan bahwa kita adalah manusia yang beradab. Pernahkah Anda merasakan ketika Anda sudah berhati-hati saat berkendara tetapi tetap saja apes? Entah tiba-tiba disundul kendaraan lain dari belakang, entah tiba-tiba kendaraan di depan Anda berbelok sehingga kecelakaan tidak bisa dihindari, dan sebagainya. Belum lagi jika lalu lintas padat, terlebih macet. Di situ lah Anda dituntut berusaha tetap sabar. Sifat ini akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari untuk bersikap tenang dan sabar dalam kondisi apapun.
Sudah sampai ditempat tujuan, kemudian berpencar sendiri-sendiri? Hal yang tidak asik bagi saya. Kami pun ber-asik ria bersama, bermain bersama, yang dikemas dalam kegiatan outbond. Mau tidak mau kami menjadi kreatif, fleksibel, dan belajar bekerjasama. Kegiatan tersebut juga memberi kesempatan kepada kami untuk mengenal lebih dekat satu sama lain. Permainan sederhana tetapi bermakna mendalam, saya suka itu! Dengan alih-alih hadiah sebagai pemacu semangat dan menunjukkan siapa pemenang sesungguhnya.
Tak hanya sampai di situ. Perjalanan juga mengajarkan saya untuk bersimpati dan belajar mengatur uang. Banyak orang khilaf ketika mengunjungi tempat wisata. Egoisme menguasainya sehingga mereka lupa bahwa harus menjaga tempat wisata tersebut. Beberapa saat belakangan saya bertekad tidak menulis lagi tentang perjalanan/traveling, karena saya takut anugerah indah dari Tuhan tersebut dirusak oleh orang-orang tak bertanggung jawab dan tak beradab. Setiap kunjungan wisata saya selalu membawa pulang sampah yang saya buat, tak jarang sampah yang saya temui pun ikut saya bawa pulang atau saya pindahkan ke tempat di mana seharusnya dia berada. Saya tak mau nantinya anak cucu saya kecewa ketika mengunjungi tempat tersebut. Tak ada lagi keindahan, hanya ada keprihatinan.
Saya bukanlah orang yang memiliki gaya hidup konsumtif. Maka dari itu saya bisa jalan-jalan menikmati dan mengenal Indonesia, yang kelak akan saya ceritakan dan kenalkan kepada anak cucu saya. Memiliki target perjalanan membuat saya harus menyisihkan uang untuk mewujudkannya. Bisa dibayangkan jika perilaku konsumtif saya miliki? Bisa-bisa saya kurang piknik. Itulah mengapa traveling bisa menjadi ajang belajar mangatur uang.
Berwisata mengendarai sepeda motor adalah hal yang asik bagi saya. Selain lebih cepat sampai tujuan, mengendarai sepeda motor lebih fleksibel. Motor yang mengaspal bersama kami pun telah teruji dan terbukti ketangguhannya. Anda ingin mencobanya? Ingat, safety riding first!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H