Mohon tunggu...
Dimas Andi Shadewo
Dimas Andi Shadewo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Sastra Indonesia UI. Pendiri, pemilik, pengelola, dan editor http://dimasallstar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pekan Menggembirakan Bagi Sepakbola Indonesia

14 Mei 2016   21:32 Diperbarui: 14 Mei 2016   21:35 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekan ini bisa disebut sebagai pekan yang menggembirakan bagi seluruh masyarakat sepakbola Indonesia. Mengapa? Seperti yang sudah banyak diberitakan, salah satu olahraga terpopuler di tanah air, sepakbola, memperoleh kemerdekaannya kembali setelah berada di titik nadirnya lebih dari setahun terakhir.

Kita masih ingat ketika 17 April 2015 lalu, Kemenpora mengeluarkan SK pembekuan PSSI selaku induk organisasi sepakbola nasional. FIFA kemudian menilai apa yang terjadi di Indonesia merupakan bentuk intervensi dari pihak ketiga, dalam hal ini adalah pemerintah melalui Kemenpora. Lantas, FIFA pun menjatuhkan sanksi pembekuan juga terhadap Indonesia, sehingga hak untuk bertanding di level internasional sudah pasti hilang.

Lebih dari setahun berselang, tepatnya 10 Mei 2016, Menpora mencabut SK pembekuan terhadap PSSI. Sepakbola Indonesia bisa kembali merdeka. Selang dua hari kemudian, FIFA mengakui kedaulatan PSSI dengan mencabut hukuman pembekuan terhadap Indonesia. Benar-benar pekan yang menggembirakan bukan?

Makna menggembirakan jelas sangat dirasakan oleh para pemain, pengurus klub, hingga suporter pasca dicabutnya SK pembekuan PSSI.

Sudah lebih dari setahun sebagian pesepakbola tanah air menganggur dan terpaksa kerja sambilan. Sudah lebih dari setahun kegiatan operasional sebagian besar klub Indonesia terbengkalai. Sudah lebih dari setahun ribuan suporter di bumi pertiwi kehilangan hak menonton klub kesayangannya.

Semua terjadi akibat dampak terbesar dari pembekuan PSSI, yakni terhentinya kompetisi reguler yang sejatinya berjalan rutin tiap musim. Memang, ada beberapa turnamen berskala nasional yang digelar sebagai pengganti kompetisi reguler. Namun, hal itu seakan hanyalah obat penenang di tengah konflik sepakbola nasional. Masih banyak pelaku sepakbola Indonesia yang tidak merasakan dampak serta manfaat turnamen tersebut.

Maka, berbahagialah mereka. Sepakbola Indonesia telah merdeka dan bebas, meski masih banyak catatan serta tantangan berat menanti di hadapan.

Lalu, apakah PSSI dan Kemenpora turut bergembira di pekan ini?

Mereka pun tentu layak bergembira. Wajarlah, dua kubu—PSSI dan Kemenpora—ini sudah sekian lama bertentangan. Keduanya merupakan dalang di balik perang sipil di bidang sepakbola dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir. Ketika mereka bersatu, siapa coba yang tak senang?

Nah, apakah kegembiran bagi sepakbola Indonesia akan terus bertahan?

Tergantung. Pencabutan hukuman dari Kemenpora dan FIFA yang ditujukan pada PSSI sudah sepatutnya disyukuri. Namun, ini semua baru sekadar momentum saja. Pada dasarnya masalah dalam dunia sepakbola tanah air masih banyak. Reformasi sepakbola Indonesia harus dilakukan.

PR paling mendesak adalah merapikan kembali organisasi PSSI yang kita ketahui telah disusupi oknum mafia sepakbola dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ketua umumnya saja saat ini berstatus buron.

Jelas apabila wacana Kongres Luar Biasa (KLB) terus digalakan oleh anggota PSSI itu sendiri. PSSI sudah seharusnya diisi oleh orang yang benar-benar berdedikasi untuk kemajuan sepakbola nasional dan tidak terikat oleh berbagai kepentingan pribadi atau golongan.

Pihak pemerintah melalui Kemenpora juga harus pengertian terhadap PSSI. Mereka perlu mengawasi kinerja PSSI. Beri masukan dipersilakan, tapi tidak ada tempat untuk intervensi, seperti yang telah terjadi sebelum-sebelumnya.

Berikutnya, baik PSSI dan Kemenpora—bekerja sama dengan pihak kepolisian—harus terus mengupayakan pemberantasan mafia-mafia sepakbola di Indonesia hingga ke akarnya. Oknum-oknum yang terlibat dalam pengaturan skor, penyelewengan kekuasaan, maupun tersandung kasus kriminal lainnya harus disingkirkan.

Selanjutnya, yang paling urgen adalah roda kompetisi reguler wajib kembali berputar. Okelah turnamen Indonesia Soccer Competition (ISC) tahun ini mesti berjalan hingga usai. Namun, seiring dengan itu, rancangan kompetisi domestik yang terstruktur dan profesional harus segera dibuat untuk menyongsong musim mendatang.

Pastinya, perlu pengawasan yang ketat pula dalam menjaring klub-klub peserta kompetisi reguler nanti. Operator kompetisi harus tegas tak pandang bulu terhadap klub-klub yang dinilai tidak memenuhi standar minimal dalam keikutsertaan kompetisi. Hal itu agar masalah-masalah pelik nan klasik, seperti keterlambatan gaji dan dualisme kepemimpinan klub tidak terjadi lagi.

Kompetisi level usia muda pun juga harus kembali diselenggarakan. Kita tahu, selama masa pembekuan, pembinaan pemain muda Indonesia praktis terbengkalai. Rantai regenerasi pemain kita nyaris terputus akibat konflik sepakbola dalam negeri.

Maka dari itu, kompetisi bagi para pemain muda sudah sepantasnya digelar secara rutin seperti halnya kompetisi level senior. Operator kompetisi pun mesti memikirkan matang-matang terkait format kompetisi ini, termasuk siapa saja yang nanti menjadi pesertanya. Pengawasan yang ketat juga harus berlaku untuk kompetisi level junior. Kita tentu tak ingin melihat kasus seperti pemalsuan usia dan kecurangan lainnya terjadi lagi.

Berangkat kompetisi reguler, baik level senior maupun kelompok usia muda, diharapkan kerangka timnas Indonesia yang telah vakum dari dunia internasional selama lebih dari setahun dapat dibentuk kembali.

Terakhir, yang tak kalah pentingnya, pembinaan terhadap suporter di Indonesia harus benar-benar dilakukan secara menyeluruh. Peran PSSI serta kesadaran suporter itu sendiri akan sangat menentukan.

Ingat, sepakbola kita baru saja terbebas dari masa hukuman. Sudah seharusnya seluruh suporter di Indonesia dapat bersikap dewasa. Jangan sampai nama baik sepakbola Indonesia tercoreng lagi dengan berbagai tindakan anarkis dan pelanggaran terhadap peraturan lainnya yang dilakukan oleh oknum suporter nasional.

Apabila semua penjelasan di atas tadi dapat dilaksanakan secara konsisten, niscaya kegembiraan yang dirasakan masyarakat sepakbola Indonesia tak hanya berlangsung pada pekan ini saja, namun kegembiran tersebut dapat berlangsung hingga waktu-waktu seterusnya.

Artikel ini turut dimuat di blog milik penulis. Klik di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun