Civil War Art Poster (sumber: cinemags.id)
[Warning! Spoiler Alert!]
Semi Avengers, mungkin itulah kesan awal ketika melihat judul film, Captain America: Civil War. Bagaimana tidak, hampir semua tokoh yang biasanya nampang di Avengers hadir kembali dalam sekuel kedua Captain America, kecuali Thor, Hulk, dan Nick Fury.
Lain dari itu, Captain America Civil War merupakan film dengan konsep cerita yang mampu membuat penonton berpikir tentang konfik apa yang sebenarnya terjadi, mengapa konflik tersebut bisa terjadi, dan siapa yang membuat konflik tersebut terjadi.
Dan di sinilah hebatnya. Duet sutradara bersaudara, Anthony dan Joe Russo, mampu menjawab segala pertanyaan yang ada di dalam pikiran penonton tersebut dengan apik dan jelas.
Cerita diawali dengan aksi para Avengers yang sedang menjalankan misi menangkap Brock Rumlow/Crossbone (Frank Grillo) dan pasukannya di Lagos, Nigeria. Avengers menang, namun aksi mereka menimbulkan puluhan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Akibat kejadian tersebut, pihak pemerintah dan PBB menaruh perhatian lebih terhadap aksi-aksi para Avengers. Mereka menilai kehadiran Avengers perlu dipertimbangkan kembali setelah melihat banyaknya korban jiwa berjatuhan tiap kali para pahlawan super ini beraksi. New York, Washington, Sokovia, dan Lagos menjadi saksi bisu “keganasan” kelompok bentukan S.H.I.E.L.D tersebut.
Kemudian dibuatlah Perjanjian Sokovia yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan dalam internal Avengers. Tony Stark/Iron Man (Robert Downey Jr), Vision (Paul Bettany), Rhodey/War Machine (Don Cheadle), dan Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johannson) setuju dengan perjanjian yang diprakarsai oleh PBB tersebut.
Lain halnya dengan Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Sam Wilson/Falcon (Anthony Mackie), dan Wanda Maximoff/Scarlett Witch (Elizabeth Olsen) yang menolak menandatangani perjanjian tersebut. Mereka khawatir gerak-geriknya akan dibatasi oleh pihak pemerintah.
Lanjut, level konflik semakin meningkat kala Raja Wakanda, T’Chaka, tewas dalam ledakan saat agenda pertemuan PBB berlangsung di Wienna, Austria. Diduga, Bucky/Winter Soldier (Sebastian Stan) menjadi dalang di balik ledakan tersebut. T’Challa (Cadewick Boseman), anak dari T’Chaka, kemudian menjelma menjadi Black Panther untuk memburu Winter Soldier demi membalas kematian ayahnya.
Konflik dalam film Captain America: Civil War dibangun secara bertahap. Seperti yang dibicarakan di awal, penonton diajak berpikir dan menyatukan rangkaian puzzle dari tiap adegan dalam film.
Contohnya, pada awal film, diceritakan kisah Winter Soldier kala masih menjadi prajurit khusus Hydra. Pada saat itu, penonton hanya diberi tahu bahwa ia sedang menjalankan misi yang diberikan oleh Hydra. Setelahnya, cerita berganti. Namun, adegan tadi memancing penonton untuk mencari keterkaitannya di akhir film.
Winter Soldier pada akhirnya layak disebut sebagai pemeran pendukung terbaik dalam film ini. Yap, Bucky-lah yang membuat konflik antara Captain America dan Iron Man tidak hanya berkutat pada perbedaan prinsip semata. Bagi yang sudah menonton, tentu tahu dengan sendirinya betapa besar pengaruh Bucky terhadap penyelesaian konflik dalam film tersebut.
Pada faktanya, tiap tokoh dalam film Captain America: Civil War memiliki pengaruh yang cukup jelas terkait keterlibatan mereka dalam setiap konflik. Penonton akan tahu dengan jelas alasan mengapa Black Widow yang sejatinya merupakan teman dekat Captain America ternyata malah berpihak pada Iron Man.
Selain itu, sekalipun film ini memuat banyak tokoh, keseimbangan peran antar tokoh mampu dijaga dengan baik. Alhasil, semua tokoh memiliki daya tarik, meskipun beberapa di antaranya hanya berstatus sebagai pemeran pendukung.
Baron Zemo (Daniel Bruhl) misalnya. Meski hanya beberapa kali muncul, ia mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai tokoh antagonis yang memanfaatkan konflik di antara para Avengers. Segala latar belakang dan tujuan perannya mampu digambarkan dengan baik dan tidak membingungkan penonton.
Tak ada gading yang tak retak. Pun begitu dengan film ini. Pemaksaan terhadap kehadiran tokoh menjadi kekurangan bagi film yang rilis 27 April lalu. Dua tokoh, Spider-Man dan Ant-Man adalah buktinya.
Dalam film, terlihat bahwa sosok Peter Parker yang masih belia dan belum berpengalaman tampak dipaksakan untuk hadir dan bertempur melawan Captain America dkk. Sementara untuk Ant-Man, tak begitu dijelaskan usaha dari para tokoh lain dalam membujuk Scott Lang untuk bergabung dengan tim Captain America.
Hal ini berbeda dengan Black Panther yang sedari awal telah memiliki tujuan untuk bergabung dengan Tim Iron Man, padahal ia merupakan tokoh baru yang belum ada di film-film Marvel sebelumnya. Clint Barton/Hawk Eye (Jeremy Renner) pun demikian. Segala alasannya untuk terlibat dalam pertarungan antar para Avengers telah diceritakan secara tersirat pada film sebelumnya.
Beruntung bagi Spider-Man dan Ant-Man. Keduanya menampilkan performa akting yang memuaskan dan tentunya beberapa kali mampu mengundang gelak tawa dari para penonton.
Well, secara keseluruhan Captain America: Civil War menawarkan konsep cerita yang padat, konflik yang semakin berkembang, dan penokohan yang kian mendalam ketimbang film Marvel Universe lainnya. Itu semua mampu dieksekusi dengan ciamik tanpa menyisihkan nuansa cerah nan humoris ala film-film Marvel pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H