Ilmu sejarah menurut B.R. O'G Anderson dari Cornell University ialah ilmu yang memiliki kedudukan dalam penelitian suatu masyarakat, meskipun kita tahu bahwa Anderson sendiri adalah seorang ahli ilmu politik yang memiliki kecenderungan meneliti sejarah (Anthony Reid, 2014).
Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680/Anthony Reid:Penerjemah: Mochtar Pabotingi; Kata Pengantar: Onghokham-Ed.1 Cet.3-Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014, xxxiv+322 hlm.;24 cm
Judul Asli: Southeast Asian in the Age of Commerce 1450-1680 Volume One: The Lands Below the Winds. Copyright 1988 by Yale University. Published by Yale University Press, New Haven and London Diterjemahkan pertama kali oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Menurut Anthony Reid, Asia Tenggara disamakan dengan dunia Mediteranian yakni sebuah kawasan geografis yang sangat terpisah dari kawasan sekitarnya yaitu India, Asia Timur, dan Pasifik. Walaupun begitu, Asia Tenggara adalah daerah peradaban kuno di dunia Barat. Sedangkan, Asia Tenggara adalah gudang sejarah tempat menyimpan arsip-arsip sejarah. Menurut Anthony Reid Asia Tenggara adalah pinggiran dari peradaban besar seperti India, Cina dan Jepang.
Meskipun demikian, dari keseluruhan sejarah Asia, maka sejarah Asia Tenggaralah yang dinilai paling sedikit mendapat perhatian. Onghokham menuliskan bahwa sejarah di Asia Tenggara paling miskin penelitian sejarahnya. Tetapi Indonesia merupakan negara yang masih beruntung karena negara itu masih memiliki penelitian karya-karya sejarah yang hampir mendekati "klasifikasi fisik".
Namun di Indonesia, ilmu sejarah dan sejarawan dianaktirikan. Tetapi hal ini berbanding terbalik, negarawan, politisi dan juga cendekiawan menggunakan legitimasi kekuasaan dengan mengaitkan bahwa ia "masih dari keturunan" orang yang berjasa bagi kemakmuran masa lalu Indonesia. Sehingga tak mengherankan jika penelitian ilmu sejarah masih kebanyakan dilakukan oleh para peneliti asing yang "sengaja atau tidak sengaja" tinggal di Indonesia pada masa kolonial.
Dalam karya ini Anthony Reid menggunakan metode "total history approach" atau pendekatan sejarah total. Metode pendekatan ini meliputi semua aspek yang tidak hanya pada aspek poliyi saja. Bahkan dalam karya ini, aspek politik sengaja sedikit diabaikan. Perhatian yang dicurahkan dalam penelitian Anthony Rewid ialah geografi, demografi, pakaian, pesta rakyat dan kerajaan, perumahan, material culture, makanan, seks, kedudukan wanita versus laki-laki, dan lainnya yang sejenis.
Dalam buku ini terdapat lima bab utama yakni; Pendahuluan: Tanah di Bawah Angin, Kesejahteraan Fisik, Kebudayaan Material, Pengaturan Masyarakat, Pesta Keramaian dan Dunia Hiburan.
BAB I PENDAHULUAN: TANAH DIBAWAH ANGIN
Dalam bab ini Anthony Reid melukiskan mengenai kondisi geografis dan sosial masyarakat Asia Tenggara. Pada permulaan awal kalimat ia menjelaskan tentang sejarah awal pembentukan paparan sunda dan paparan sahul yang secara geografisnya terpisah dari Benua Asia. Dalam pandangan Anthony Reid, air dan hutan adalah unsur-unsur yang mendominasi wilayah ini.Â
Sebagian besar wilayah Asia Tenggara adalah air yang menguasai keseluruhan wilayah ini. Hutan merupakan unsur yang menjadi penggerak iklim. Wilayah ini merupakan kawasan belahan didunia yang paling beruntung dengan suhu udara yang hampir mirip sepanjang tahun.
 Hasil hutan yang ada di daerah ini menjadi sekarang menjadi lahan industri serta peningkatan penduduk yang berlipat dua puluh kali belum mampu mengubah hutan tropis ini. Akan tetapi, pemanfaatan yang tak berhenti itu menyebabkan keluarnya binatang-binatang yang kehilangan tempat tinggal dari hutan sehingga mengancam keselamatan warga.
Keragaman bahasa, kebudayaan dan agama begitu membaur di Asia Tenggara. Kenyataan ini ditambah dengan keterbukaan historis pada perniagaan samudera dengan dunia luar. Sehingga tak mengherankan jikalau penduduk di Asia Tenggara memiliki bahasa dari leluhur yang sama yakni dari bahasa proto-Austronesia sekitar lima ribu tahun yang lalu. Walaupun demikian, masih ada yang menunjukkan kesamaan sifat dari Asia Tenggara. Anthony Reid menuliskan adanya penyesuaian dengan lingkungan fisik yang seragam, serta hubungan perdagangan yang tinggi di kawasan Maphilindo ini.
BAB II
Kondisi Kesejahteraan Fisik Masyarakat Asia Tenggara
Anthony Reid menjelaskan dengan gamblang bahwa Jawa, Siam, Birma dan Vietnam, ketiga-tiganya memiliki tradisi yang bisa dikatakan sama yakni tradisi penghitungan jumlah anggota rumah tangga dalam konsentris kerajaan untuk keperluan pendataan perpajakan dan pengerahan tenaga kerja (rodi, romusha) sehingga dapat dihitung tiap tahun. Sayangnya, penghitungan ini tidak sampai ketangan para peneliti, bahkan sangat sedikit yang sampai ke peneliti/sarjana modern sekaliber lulusan mancanegara yang tersohor.Â
Meskipun itu, diawal abad 18 hingga awal abad 19, terjadi penurunan penduduk yang begitu tajam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya peperangan perebutan tahta kerajaan yang diadu domba oleh Belanda sebelum adanya Perjanjian Giyanti tahun 1755.Â
Namun keadaan ini berbalik ketika memasuki abad ke-19 atau ke-20, karena berdirinya pemerintahan kolonial yang semakin berbenah maka pertumbuhan penduduk begitu terasa pesat. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan adanya kesehatan yang membaik karena berkat obat kesehatan modern Eropa yang menjamur Asia Tenggara ketika itu.
Beras merupakan bahan makanan dan hasil bumi paling mencolok di Asia Tenggara. Bahan-bahan utama lainnya seperti talas, ubi, sagu, dan sejenis gandum telah ada sebelum padi. Tetapi setelah kedatangan bangsa Barat, padi menjadi tanaman sekaligus makanan yang paling diminati di Asia Tenggara. Pada abad ke-16, cara menanam padi berpindah-pindah pada lereng yang rendah, kemudian menyebar benih ditanah yang genang, dan menanamnya lagi disawah. Â Peralatan pertanian yang digunakan pada masa itu terbilang sangat sederhana.
BAB III
Kebudayaan Material
Penduduk Asia Tenggara tidak menggunakan kekayaan serta waktu mereka untuk membuat rumah. Sehingga tak begitu mengherankan jikalau mereka membuat rumah dari bahan bangunan yang mudah diperoleh dan digunakan. Hal ini berimbas kepada bahan bangunan yang mudah lapuk dimakan usia.Â
Ciri yang khas rumah yang ada diwilayah Asia Tenggara yakni atap curam yang sengaja dibuat untuk menahan hujan lebat, pengangkatan rumah diatas tiang kayu diperlukan pertama sebagai perlindungan terhadap bahaya banjir yang sewaktu-waktu menghantam. Yang unik lagi ialah, adanya tangga untuk menaiki rumah.
Perabotan rumah tangga sama sederhananya dengan bangunan rumah itu sendiri. Karena orang-orang makan dilantai (tanah), maka kursi dan meja tidak dikenal. Mereka baru mengenal barang-barang itu setelah kedatangan kalangan elite China dan Eropa. Mengutip dari Anthony Reid yang ia mengutipnya dari Chou Ta-kuan (1297:31) mencatat bahwa meja rendah baru sja di perkenalkan di Kamboja, dan orang Belanda disambut oleh beberapa kursi di Maluku pada tahun 1599 (Tweese Boeck 1601: 61).Â
Sendok-garpu juga dirasa tidak perlu, dan daun pisang sebagai penghantar dari piring (keadaan ini masih etrlihat dibeberapa desa terutama di Pulau Jawa). Peralatan utarna yang diperlukan di rumah biasa ialah periuk dari tanah liat, tempat tampung dari barnbu clan keramik, serta tempat sirih dari kuningan, teko, dan baki.
BAB IV
Pengaturan Masyarakat
Pada kelompok-kelompok ini, keturunan (biasanya) dihitung secara bilateral menurut strata sosial bapak atau ibu mereka. Cara lainnya dalam menghitung ialah barang siapa yang memiliki pengikut yang banyak maka dengan sendiri ditafsirkan untuk dapat memerintah (ketua adat).Â
Namun yang menentukan adalah ikatan vertikal antara dua orang. Tuan itulah yang menyediakan perlindungan dan adakalanya tergantung kepada mata pencahariaannya. Ada sahaya lelaki dan perempuan yang didapatkan sebagai warisan, ada yang sebagai pelengkap jabatan, ada yang sebagai hadiah perkawinan, clan yang lainnya dari tawanan perang atau orang yang mencari perlindungan dari musuh. Namun perbudakan umumnya bermula karena utang.Â
Pada suatu titik yang ekstrem, ketidakmampuan membayar utang yang besar atau denda pengadilan, bisa membuat orang menjadi sahaya.
Dalam perdagangan yang panjang ini terdapat perubahan-perubahan yang pesat, tatkala senjata api dialihfungsikan di peperangan dan hubungan kekuasaan di Eropa mulai memberikan dampak yang sama di Asia Tenggara.Â
Tetapi faktor sosial dan faktor lingkungan tetaplah menjadi isu yang menjadi alasan utama dalam memengaruhi adanya peperangan yang berlangsung lama, walaupun teknolgi telah berubah. Bahkan seringkali persoalan menyangkut status yang menyebabkan pertempuran, tapi sasaran yang menjadi arena pertempuran ialah berebut pengikut bukan faktor wilayahnya. Tujuan perang ialah untuk meningkatkan jumlah tenaga manusia, bukan untuk membuang-buangnya untuk pertumpahan darah.
BAB V
Pesta Keramaian dan Dunia Hiburan
Dalam bab terakhir ini, Anthony Reid melukiskan tentang masyarakat Asia Tenggara yang memiliki banyak waktu untuk luang dan menumpahkan kegiatan luang dimalam hari dengan bernyanyi, berpesta, bermain dan saling menghibur. Tetapi, konsep waktu senggang sebagai waktu bebas, yang diperdebatkan dengan kewajiban sehari-harinya untuk bekerja keras dari siang ke sore, sebuah kebiasaan produk dari masyarakat modern.
Menurut Geertz, banyak dari kehidupan budaya yang penuh dengan kegembiraan dikawasan ini dengan pengaturan yang ketat oleh negarasebagai upaya mengukuhakn statusnya sebagai pusat teladan. Dalam beberapa kronik-kronik kerajaan dikisahkan tentang kehidupan sosial, bukan karena minat yang tinggi pada hiburan sehari-hari, tatpi karena perlombaan, teater, music, dan tarian merupakan pameran kekuatan dan kemegahan penguasa.
Walaupun terdapat kelemahan-kelemahan dalam karya Anthony Reid ini, namun kelemahan inilah yang menjadi keberanian dan keberhasilan dari Anthony Reid dalam menulis karya yang harus kagumi. Bahan-bahan yang sedikit, daerah yang menerima arus perdaban dunia dengan dipengaruhi dunia asing, menjadikan objek penelitian lanjutan dari F. Braudel.
Kekaguman terhadap Anthony Reid dalam keberaniannya untuk mendekati sejarah dengan modelnya, lebih terlihat jika kita membaca karya F. braudel tentang Sejarah Kapitalisme dan Peradaban Material (3 Jilid). Asia Tenggara disitu sangat sedikit disebut, mengingat bahan-bahan memang tidak banyak. (Onghokham, 2014: xv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H