Mohon tunggu...
Dimas AzizPratama
Dimas AzizPratama Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Mahasiswa semester muda

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Merintis Bisnis Kopi sebagai Edukasi

22 September 2019   09:38 Diperbarui: 22 September 2019   09:55 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kedai budaya ngopi sebelum pindah
kedai budaya ngopi sebelum pindah

Kedai budaya ngopi 1(sebelum pindah ke garasi dan Gedung ansor)/Dokpri

Lika liku dalam mendiririkan kedai sudah banyak dirasakan oleh wisnu. Dengan harga yang relatif murah dan untung yang tak terlalu besar dia masih harus memikirkan tuntutan kualitas rasa yang harus dimunculkan. Tapi tak ada kata menyerah dalam benaknya. 

"Budaya Ngopi adalah rumah dan pengunjung adalah penghuninya, yang berarti mereka adalah saudara saya",jelasnya. Budaya Ngopi Bareng sudah berpindah tempat selama 1,5 tahun ini, tempat yang pertama di sebuah kios kecil di depan SMP Negeri 3 Gombong, karena dirasa kurang luas dan kurang nyaman, akhirnya Wisnu memutuskan untuk memindah Budaya Ngopi miliknya ke  sebuah garasi milik keluarganya. 

Tak lama bertahan digarasi  akhirnya Wisnu memindahkan kembali kedai miliknya ke gedung milik pemuda ansor gombong, yang menurutnya lebih luas dan nyaman untuk sekadar ngopi dan berbincang.

Pada awal mendirikian kedai banyak orang yang mengkritik tujuannya, namun tak pernah dihiraukan olehnya. "Tujuan saya baik kok, saya mau mengenalkan kopi lokal hasil petani Indonesia ke masyarakat yang hingga saat ini masih terhipnotis oleh kopi sachet",jelasnya. 

Namun itu tidak mudah, karena ia juga harus menghidupi keluarganya. Namun kritikan itulah yang membuatnya memiliki semangat untuk membuktikan yang lebih tinggi. Walaupun belum sesuai tujuannya Wisnu tidak menyerah, karena dibalik itu masih banyak teman yang mendukungnya untuk terus mengembangkan bisnisnya tersebut.

Perjalanan panjang akhirnya membuahkan hasil. Mulai banyak anak-anak muda yang mulai cinta dengan kopi petani. Dari segi rupiah, omset perbulan dari hasil kedainya mulai meningkat hingga 4-5 juta/bulan dari yang tadinya tak pasti. 

Bukan hanya itu kini Budaya Ngopi telah meluncurkan brand kaos dan tote bag. "Pelan-pelan tapi pasti Budaya Ngopi akan menjadi besar, bukan hanya karena tangan saya tapi juga tangan saudara-saudara saya yang mau mendukung saya dan memiliki satu tujuan yang sama",jelasnya. 

Sepertinya Budaya Ngopi ini mengadopsi prinsip dari bibit, ia akan selalu berkembang hingga berbunga, berbuah dan bisa menjadi tumpuan harapan masyarakat banyak perihal edukasi kopi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun