Sejatinya sesuatu hal yang sudah dilakukan dengan kemampuan terbaik, itu ibarat kita telah meninggalkan kepingan puzzle di tempat yang benar, hanya belum nampak dengan mata sebuah hasil yang bagus. Kita perlu melakukan hal-hal baik lainnya lagi untuk mengumpulkan kepingan lainnya, untuk membentuk suatu kesatuan yang besar.
Apakah bentuk puzzle akan sesuai dengan harapan kita? Tidak. Yang lebih tahu seperti apa bentuk puzzle yang terbaik bagi kita hanya Tuhan. Kita hanya perlu melakukan hal terbaik agar bisa menyusun kepingan-kepingan itu. Apakah hanya faktor penentu sebuah puzzle yang baik hanya usaha terbaik kita saja? Tunggu dulu. Banyak sekali variabel-variabel yang berkaitan dengan itu. Apa saja?
Di sana terdapat kasih sayang Tuhan kepada kita. Di sana terdapat peran serta orang lain dalam kehidupan sehari-hari kita. Di sana terdapat doa dan usaha dari orang tua kita. Juga usaha dan doa yang bisa jadi telah dipanjatkan oleh kakek nenek kita, dan jauh ke atas lagi. Selama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun.
Terdengar berlebihan? Silahkan berpendapat demikian. Namun aku beri contoh sederhana. Mari kita sebut tokoh-tokoh yang familiar di sekitar kita. Ada Bapak Gusdur, Ibu Megawati, Bapak Prabowo, Bapak Jokowi, kemudian sederet tokoh dan orang-orang besar lain. Jangan dikaitkan dengan politik, aku mohon. Pembahasan kali ini jangan sampai melenceng.
Apa mereka terlahir dari orang-orang yang biasa saja? Jelas tidak. Mereka adalah pewaris kehebatan pendahulu mereka. Bisa karena itu adalah warisan berupa ilmu, cara berpikir, kecerdasan, harta, dan banyak hal lainnya. Kita menyebut 'kemewahan' itu sebagai privilege.
Tulisan mengenai privilege sudah banyak beredar, silahkan temukan artikel mengenai hal tersebut. Akan sangat panjang jika ikut disertakan dalam tulisan ini. Ataukah perlu aku membuat tulisan khusus tentang privilege tersebut? Bagikan pendapatnya di kolom komentar ya!
***
Tidak perlu gusar dan kacau jika sudah mengerjakan hal terbaik hari ini, namun tidak nampak hasilnya dan bisa jadi dianggap gagal. Yakinlah, apa yang kita kerjakan hari ini, kita sedang bermain puzzle. Bisa jadi yang menurut kita gagal itu, adalah sebuah kepingan puzzle yang akan melengkapi susunan puzzle kehidupan anak, cucu, dan keturunan kita kelak. Tugas manusia itu hanya melakukan yang terbaik.
 Apabila kita sudah di ujung usaha dan ikhtiar terbaik, setelahnya kita hanya pasrah dalam doa dan rasa syukur. Selanjutnya, biarkan Tuhan mengerjakan bagianNya. Tuhan yang paling mengerti apa yang tepat dan terbaik untuk umatNya.
***
Kami bermimpi hidup tinggal di Kanada, tetapi lebih Tuhan menghendaki kami berjuang di Belanda. Mungkin karena susunan puzzle yang kami bentuk tidak sesuai. Yang paling cocok dan lebih tepat adalah kepingan yang dibentuk oleh kekuatan-kekuatan di luar kuasa kami.