Agama lahir di dunia ini sebagai bagian integral dari dinamika semesta. Ia mengajarkan hubungan manusia dengan semua makhluk serta hubungannya dengan diri sendiri. Agama mengajarkan kedamaian dan cinta, baik ke dalam diri maupun kepada semua makhlukÂ
Ia membuat hidup manusia menjadi seimbang dan menuntun manusia mengarah pada keteraturan. Namun di dalam perkembangan dan pengimplementasian nilai agama, agama kerap kali disalahgunakan untuk mengejar ambisi dan kepentingan sempit pemeluknya. Ajarannya ditafsirkan secara serampangan, sehingga menciptakan kesesatan berpikir dan kesalahpahaman.
Agama pun digunakan sebagai pembenaran-pembenaran yang tak dapat dipertanggungjawabkan. Sudah banyak nyawa yang menjadi korban akibat berbagai macam perang yang mengatasnamakan agama yang seharusnya menjadi sebuah sistem religius yang membawa perdamaian malah membawa chaos dan perpecahan.Â
Masyarakat yang mulai muak dengan eksklusivisme agama pun berusaha melepaskan diri dari segala hal yang berbau religius. Oleh sebab itu, muncullah praktik sekularisasi, di mana masyarakat berusaha memisahkan antara agama dan kehidupan sosial masyarakat.
Perkembangan pemikiran pada Abad Pencerahan yang menekankan pada rasionalitas dan empirisme turut menjadi faktor utama bagaimana masyarakat ingin lepas dari kekangan institusi religius, dan beralih kepada sebuah pemikiran baru. Masyarakat menganggap agama tak lagi diperlukan karena gagal menjadi problem solver atas segala macam permasalahan dan penderitaan manusia. Perlahan, agama pun mulai ditinggalkan.
Namun demikian, setelah digempur oleh para pemikir ateis sepanjang sejarah, dan ditinggalkan oleh ilmu pengetahuan modern yang terus berkembang, agama ternyata tetap bertahan di abad ke-21 ini . Agama terus berperan penting di dalam berbagai permasalahan kehidupan manusia saat ini secara luas, tidak hanya dalam lingkup suatu negara, tetapi juga di seluruh dunia. Berbagai isu-isu penting masyarakat, baik tentang hak asasi dan martabat manusia, tetapi juga isu-isu iklim dan ekologis terinspirasi dari nilai-nilai agama.
Kompleksitas Agama.
Di zaman yang semakin kompleks ini, pemahaman agama yang mendalam jelas dibutuhkan. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, kata "agama" memiliki makna yang kompleks dan beragam. Di dalamnya, terkandung pemahaman konsep serta cara hidup berdasarkan nilai-nilai tertentu. Setidaknya, seperti yang dijelaskan oleh Reza AA Wattimena, ada tiga elemen dasar agama yaitu aktivitas bersama di situs keagamaan tertentu, pengetahuan tentang ajaran tertentu, dan hal mendasar dalam beragama yakni: ajaran, ritual, dan perilaku hidup yang didasari nilai-nilai tertentu .
Setiap kebudayaan masyarakat tentunya dipengaruhi oleh peran agama. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah totalitas cara berpikir dan pola perilaku suatu masyarakat berdasarkan nilai-nilai kehidupan tertentu. Budaya juga memiliki berbagai bentuk ekspresi dari seni hingga filsafat dan sains.Â
Dalam banyak konteks, agama diasosiasikan dengan budaya hingga keduanya tidak bisa lagi dipisahkan. Contohnya kebudayaan Jepang yang tidak lepas dari pengaruh agama Shinto. Semua ini menunjukkan bahwa budaya dan agama memiliki hubungan saling mempengaruhi yang sangat kuat. Setiap agama didasarkan pada seperangkat ajaran dan nilai-nilai tertentu yang disebarkan di berbagai tempat dan pada akhirnya bersinggungan dengan nilai-nilai budaya lokal .Â
Proses itu kemudian menciptakan bentuk agama baru yang memiliki ciri khas tersendiri. Dalam bentuk yang unik ini, agama memberikan pandangan dunia serta keadaan pikiran untuk memahami berbagai bentuk pengalaman manusia. Proses ini mungkin memiliki beberapa perbedaan dengan agama seperti yang diyakini asalnya.Â