Mohon tunggu...
Dimas Bryanputra C
Dimas Bryanputra C Mohon Tunggu... Freelancer - EKONOMI WILAYAH; PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN; PERENCANAAN PERTANIAN INDUSTRIAL

Planologi UNEJ 2018

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Essay Critical Review Jurnal Perencanaan Pertanian Industrial

21 Juni 2020   15:25 Diperbarui: 21 Juni 2020   15:22 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini, sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor basis yang memegang peranan penting di Indonesia, terutama dalam menunjang sektor perekonomian di Indonesia. Maka dari hal tersebut, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara agraris dengan wilayah atau lahan pertanian yang dimiliki proporsinya lebih besar disbanding pemanfaatan lahan lainnya. 

Pengembangan kawasan pertanian tidak hanya sampai disitu saja, pengembangan kawasan pertanian yang menjadi concern pemerintah pun kini sudah menginjak ke era yang baru, yaitu era pertanian industrial, dimana diharapkan kedepannya kawasan pertanian mampu terintegrasi dengan kawasan industri sebagai lokasi pengolahan hasil produksi kawasan pertanian tersebut. 

Dengan begitu, diharapkan kedepannya produk hasil pertanian yang ada di wilayah Indonesia memiliki mutu yang tinggi serta mampu menunjang sektor pertanian menjadi salah satu sektor basis di tiap wilayah di Indonesia, dengan ditunjang kondisi alam, SDM, dan lain sebagainya.

Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang merupakan dua wilayah yang secara administratif masuk ke wilayah Provinsi Jawa Barat, dengan menyandang status sebagai kawasan penyangga beberapa kawasan besar yang ada di sekitarnya. Terlepas dari itu, kawasan Karawang dan Subang dengan menyandang status kawasan penyangga menjadikan kedua kawasan tersebut memiliki konsep pengembangan kawasan yaitu kawasan berbasis pada agribisnis atau lebih menunjang pada sistem kawasan pertanian. 

Bahkan, beberapa tahun belakangan, kedua kawasan tersebut menyandang status baru dalam pengembangan wilayah, yakni menjadi kawasan percontohan yaitu Kawasan Lumbung Padi Nasional, dimana hal tersebut menandakan bahwa Karawang dan Subang memiiliki tingkat dan jumlah produksi yang lebih tinggi dibandingkan kawasan lain yang memiliki konsep pengembangan kawasan yang sama.

Berangkat dari hal tersebut, maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan kembali beberapa faktor produksi dan meningkatkan nilai tambah dari jumlah produksi hasil pertanian yang dihasilkan di wilayah Karawang dan Subang, meliputi hasil produksi pertanian, dimana diharapkan kedepannya mampu menjadi sektor penunjang bagi perekonomian masyarakat di wilayah tersebut, khususnya menunjang perekonomian bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani sebagai pelaku usaha utama dalam proses pertanian yang berlangsung di kedua kawasan tersebut. 

Salah satu contoh pengembangan yang akan dilakukan oleh pemerintah adalah pengembangan kawasan pertanian industrial dengan konsep pengembangan tingkat kolektivitas usaha tani yang ada di wilayah Karawang dan Subang. Hal tersebut tentunya membutuhkan beberapa permodalan atau bahan awal untuk melaksanakannya.

Beberapa bahan tersebut diantaranya yaitu bagaimana kondisi sosial yang ada di kedua wilayah tersebut dalam rangka nantinya mampu menunjang pelaksanaan pengembangan kawasan industri yang ada di wilayah Karawang dan Subang. 

Selanjutnya, bagaimana perkembangan efektivitas dan perkembangan kolektivitas usaha tani yang dimiliki oleh kedua wilayah dalam menunjang perwujudan sistem usaha tani yang dilakukan secara kolektif. Kemudian bagaimana dukungan sosial dari masyarakat yang ada di kedua wilayah tersebut dalam menunjang perwujudan usaha tani yang direncanakan akan dilakukan secara kolektif di tiap kelompok petani yang ada di wilayah Karawang dan Subang.

Pembahasan dalam review jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kesiapan dari kedua wilayah studi dalam menyikapi rencana pemerintah dalam mengembangkan kawasan pertanian industrial yang ada di wilayah Karawang dan Subang, sehingga nantinya diketahui juga seberapa besar tingkat kelanjutan atau keberlanjutan dari sistem pertanian industrial yang dilakukan di wilayah Karawang dan Subang jika ditinjau dari kondisi sosial masyarakat dan kolektivitas usaha tani yang berkembang di kedua wilayah tersebut.

Berikut pembahasan yang terkait dengan critical review jurnal masalah kolektivitas usaha tani di wilayah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang.

Kondisi Sosial Masyarakat 

Ditinjau dari kondisi sosial masyarakatnya, di wilayah Karawang dan Subang memiliki karakteristik yang hampir sama. Ditinjau dari aspek partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial yang ada, masyarakat di wilayah Karawang lebih berminat atau memiliki tingkat antusiasme yang tinggi terhadap kegiatan sosial yang ada di masyarakat itu sendiri. 

Misalnya pembangunan sarana dan prasarana yang ada di wilayah masyarakat Karawang, contohnya seperti pembangunan sarana dan prasarana yang terkait, dengan ketentuan bahwa di lingkungan masyarakat Karawang tingkat partisipasi masyarakatnya diikat oleh adanya tradisi atau budaya yang berlaku di wilayahnya sendiri. 

Untuk partisipasi di kegiatan perekonomian, justru terjadi sebaliknya. Dimana partisipasi masyarakat justru jarang terjadi di kegiatan perekonomian, dimana hanya terbatas pada kegiatan perekonomian yang terkait dengan mata pencaharian mereka, yakni petani atau hal yang berhubungan dengan kawasan pertanian. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor SDM, tingkat kesibukan masyarakat, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, dikawasan Subang sendiri karakteristik sosial masyarakatnya ditinjau dari segi partisipasi masyarakatnya hampir sama dengan masyarakat yang ada di wilayah Karawang. Hanya saja, terdapat perbedaan, dimana perbedaannya terletak di kegiatan ekonomi, dimana di lingkup masyarakat di wilayah Subang bahwa di kegiatan ekonominya tingkat partisipasi masyarakatnya lebih besar jika ada atau terdapat imbalan yang nantinya diberikan. 

Selain itu, tingkat partisipasi masyarakat Subang dalam kegiatan ekonomi akan jauh lebih tinggi jika kegiatan tersebut memiliki unsur kebudayaan yang telah lama berkembang di lingkup masyarakat Subang sendiri.

Selanjutnya, ditinjau dari segi kerjasama dan keterbukaan masyarakat, kedua wilayah memiliki karakteristik masyarakat yang sama. Dimana dari segi kerjasama mereka memiliki prinsip gotong royong yang kuat dalam menjalankan segala sesuatu hal, akan tetapi hanya terbatas pada kegiatan pertanian yang terkait di wilayah pertanian kedua wilayah studi kasus. 

Kemudian, ditinjau dari keterbukaan sifat masyarakat, masyarakat di kedua wilayah studi keterbukaannya hanya terbatas pada pembahasan mengenai perkembangan sektor pertanian di wilayah mereka sendiri. Bahkan di wilayah Karawang sendiri, rasa komitmen yang diciptakan lambat laun mulai menurun. 

Hal tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi sosial yang ada di wilayah tersebut. Lain halnya dengan wilayah Subang yang memiliki keterikatan kegiatan serta pasrtisipasi masyarakat dalam hal gotong royong dan keterbukaan. Dimana mereka terikat dalam sebuah hubungan kebudayaan serta mampu menerapkannya, walaupun kembali hanya terbatas pada kegiatan pertanian saja.

Kemudian, ditinjau dari segi rasa saling peduli, masyarakat yang ada di wilayah Karawang bisa dibilang lebih condong kepada masyarakat dengan rasa sosialisme yang masih kurang, dimana rasa saling peduli di lingkup wilayah masyarakat Karawang hanya sebatas pada permaslahaan yang terjadi pada kegiatan pertanian serta biasanya yang terjadi pada masyarakat yang masih memiliki ikatan saudara. 

Lain halnya dengan masyarakat di wilayah Subang, dimana memiliki rasa saling peduli terhadap masyarakat yang bermata pencaharian yang sama yang masih tinggi. Hal tersebut juga ditunjang dengan adanya budaya yang mengikat di wilayah Subang sendiri. 

Di wilayah Subang pu  jika terjadi beberapa konflik atau perseteruan antar petani biasanya akan selesai dengan sendirinya dengan cara musyawarah dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan masyarakat di wilayah Karawang, dimana jika terjadi gesekan antar petani penyelesaiannya selalu berjalan lambat.

Selanjutnya, ditinjau dari segi kepercayaan, masyarakat di kedua wilayah studi lebih banyak serta memiliki rasa percaya yang tinggi kepada masyarakat lain yang masih memiliki hubungan saudara. Selain itu, biasanya rasa kepercayaan ini diterapkan pada beberapa kegiatan masyarakat yang ada, khususnya dari kegiatan pertanian. 

Akan tetapi, perbedaannya adalah di lingkup masyarakat Karawang mereka lebih trauma akan kegiatan perekonomian, jika kegiatan tersebut dilakukan dengan pihak luar. Selain itu, di wilayah Subang dan juga Karawang, kepercayaan dari segi finansial biasanya terjadi kepada masyarakat yang ada di dalam wilayah itu saja.

Kondisi Kolektivitas Usaha Tani 

Terdapat tiga sub pembahasan dalam pembahasan kondisi kolektivitas usaha tani yang ada di wilayah Karawang dan Subang, dimana terbagi atas pembahasan sektor produksi, sektor pengolahan, dan sektor kegiatan pendukung atau penunjang. Dimana pada intinya sebagian besar sistem pertanian yang ada di kedua wilayah studi dirasa masih kurang mendukung dalam perwujudan sistem pertanian industrial yang berbasis pada kolektivitas usaha tani.

Ditinjau dari kolektivitas produksi, hasil produksi pertanian di wilayah Karawang dengan wilayah Subang memiliki beberapa karakteristik yang sama. Beberapa diantaranya yaitu masih kurangnya tingkat partisipasi dan kerjasama dalam hal peningkatan pelayanan dari faktor produksi pertanian yang ada di kedua wilayah studi. 

Selain itu, masih terbatasnya kegiatan yang dilakukan secara kolektif yang dilakukan oleh masyarakat di kedua wilayah studi, bahkan kegiatan yang dilakukan secara kolektif hanya sebatas kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal dasar pertanian. 

Bahkan, untuk bidang perencanaan dan pemecahan masalah dalam hal pertanian saja masyarakat di kedua wilayah studi masih memiliki tingkat individualisme yang tinggi, sehingga tidak terciptanya kolektivitas usaha tani yang mumpuni untuk menunjang program pemerintah yang telah dicanangkan sebelumnya.

Sama halnya dengan kolektivitas produksi, dari segi kolektivitas pengolahan saja masyarakat dari kedua wilayah studi masih kurang maksimal pelaksanaannya. Diakui oleh masyarakat tersebut bahwa terdapat beberapa faktor pemicu kurang terlaksananya kolektivitas kegiatan pengolahan hasil pertanian di kedua wilayah studi antara lain yaitu, faktor penunjang teknologi yang masih terbatas dalam pengetahuan masyarakat, kemudian masih kurangnya pola pikir dari masyarakat yang menuju ke arah teknologi yang lebih baik. Lalu dari faktor SDM nya sendiri dari kedua wilayah studi yang dianggap masih kurang, teurtama dari segi pola pikir dari usia, serta beberapa faktor penghambat lainnya.

Kemudian, yang terakhir, yaitu dari segi kolektivitas penunjang, termasuk didalamnya yaitu segi faktor pemasaran, dimana dari segi kolektivitas penunjang, dikedua wilayah studi masih kurangnya lembaga yang menunjang dalam kegiatan sektor pertanian masyarakat yang memiliki skala besar. Selain itu, kurang berperannya lembaga pertanian yang berwenang dalam pemberian informasi mengenai hal pemasaran dan harga produk dan hasil pengolahan pertanian di kedua wilayah studi. 

Hal tersebut membuat harga yang didapat oleh petani sering kali tidak menguntungkan petani di kedua wilayah studi tersebut. Selanjutnya, dari segi kolektivitas penunjang kegiatan pertanian, beberapa faktor justru menjadi penghambat terlaksanya kolektivitas di segi penunjang kegiatan pertanian di kedua wilayah studi. Salah satu faktornya yaitu kurangnya rasa kepercayaan yang ada di masyarakat terhadap lembaga yang terkait dalam hal pemasaran serta penunjang sarana dan prasarana kegiatan pertanian lainnya.

Kesimpulan yang didapat antara lain yaitu 

masih belum mampu untuk melaksanakan konsep perwujudan pengembangan kawasan pertanian industrial yang berbasis pada kolektivitas sistem usaha tani yang hendaknya akan dicanangkan oleh pemerintah setempat. Adapun faktor yang mempengaruhi ketidaksiapan dari kedua wilayah tersebut untuk dijadikan sebagai kawasan percontohan pengembangan kawasan pertanian industrial, diantaranya yaitu masih kurang terjalinnya hubungan antar masyarakt, khususnya masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, dalam rangka mewujudkan kolektivitas usaha tani yang diharapkan mampu menunjang pengembangan kawasan pertanian industrial di kedua wilayah studi. 

Kemudian dari segi kolektivitas produksi, pengolahan, hingga pemasaran dan kegiatan penunjang lainnya, masih sangat terbatas perwujudannya. Dimana sektor tersebut masih mengalami hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor SDM, faktor teknologi, serta faktor kemauan dan keinginan masyarakatnya itu sendiri dalam mewujudkan program pemerintah yaitu kawasan pertanian industrial yang berbasis pada kolektivitas usaha tani di wilayah Karawang dan Subang.

Berikut beberapa saran dan rekomendasi yang bisa diberikan terkait solusi pemecahan masalah terkait kurangnya persiapan kolektivitas usaha tani yang terjadi di wilayah Kab. Karawang dan Kab. Subang.

  • Optimalisasi lembaga pemasaran, contohnya Koperasi Desa, yang dapat memberikan jaminan harga yang stabil pada petani, sehingga petani terhindar dari permainan harga oleh tengkulak dan calo;
  • Pemberlakuan sistem monitoring secara kontinu dan berkelanjutan dari pihak pemerintah daerah setempat, terutama yang berkaitan dengan bantuan produksi pertanian di kedua wilayah studi, serta;
  • Mengaktifkan kembali berbagai kader-kader pertanian di wilayah desa di kedua wilayah studi, sebagai perwakilan dari pemerintah di wilayah desa kawasan studi, yang sifatnya bukan hanya berperan sebagai tenaga penyuluh, tetapi juga berperan dalam inisiator pembawa perubahan di kalangan petani di kedua wilayah studi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun