Mohon tunggu...
AK Pometia
AK Pometia Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan Sederhana yang berpikir kompleks. Cinta Hasil Pikir dan Pelangi Kreativitas pada Guratan Pena.

A Wife ~ Mother of 2 Teenagers and a Blogger https://www.akpometia.com/ {akpometia@gmail.com}

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UNBK, HOTS, dan Rangking PISA, Salah Kaprah Penerapannya di Indonesia

26 Maret 2019   09:30 Diperbarui: 27 Maret 2019   14:22 3255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        HOTS - High Order Thinking Skills adalah Rangkaian, sekali lagi Rangkaian Pembelajaran secara Utuh dan Terintegrasi dari mulai Usia Dini sampai dengan jenjang pendidikan lanjut yang dalam setiap tahapan metode pembelajarannya bertujuan untuk merangsang pola pikir tingkat tinggi siswa sehingga output yang dihasilkan adalah siswa dengan kemampuan analitikal tinggi, berpikir kritis dan berorientasi pada pemecahan masalah serta cakap mengevaluasi suatu keadaan atau kejadian, skills yang pastinya  berguna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta bermanfaat untuk masuk kedalam level kehidupan selanjutnya. Ada tingkatan-tingkatan pembelajaran dasar yang harus dilalui sebelum siswa bisa mencapai taraf berpikir tersebut.

        Rangkaian pembelajaran tersebut tentunya melibatkan sistem pendidikan secara menyeluruh mulai dari Negara - Kebijakan di Bidang Pendidikan; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan - Kurikulum yang mengakomodir tujuan pendidikan jangka panjang Indonesia; buku-buku yang menunjang metode pembelajaran tipe HOTS, Guru sebagai sumber daya manusia utama yang harus terlebih dulu menjiwai hakekat Taksonomi Bloom; Perangkat Pendidikan, mulai dari prasarana dan sarana sekolah, misal gedung sekolah yang memadai, mencakup didalamnya perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap; laboratorium penunjang belajar, jumlah murid ideal perkelas, dengan maksimum jumlah siswa perkelas sekitar 20-an murid, lay out murid dalam kelas ketika proses pembelajaran terjadi pun menjadi bagian terpenting, dan lain sebagainya.

        Sedangkan rendahnya rangking PISA Indonesia yang menjadi dasar argumen Kemdikbud untuk mengadopsi soal-soal ujian nasional berbasis HOTS sama sekali tidak berdasar. Hasil Penilaian dari PISA bertujuan untuk menyediakan bukti-bukti sistematik serta memetakan kekuatan pendidikan di tiga mata pelajaran utama yaitu Literasi, Matematika dan Science diantara negara-negara anggota, sehingga pembuat kebijakan bisa menggunakannya sebagai dasar dalam mengambil kebijakan-kebijakan pendidikan di negaranya masing-masing, kebijakan yang seharusnya bermuara pada kesiapan siswa untuk masuk kedalam abad millenial.

Rendahnya peringkat suatu negara menjadi parameter utama adanya sistem pembelajaran holistik yang harus dibenahi BUKAN soal-soal ujian yang harus mengadopsi sistem HOTS secara paksa, serta mengimplikasikan rendahnya minat siswa terhadap profesi sebagai peneliti dan periset ilmu pengetahuan.

        Jika yang dilakukan semata-mata hanya untuk mengejar peringkat tanpa peduli pada potensi kecerdasan anak-anak Indonesia dan enggan memikirkan bagaimana anak-anak Indonesia siap memasuki abad millenial, maka memang solusi tercepatnya menurut Kemdikbud adalah mengubah soal ujian. 

Dan itu yang dilakukan Indonesia, (berusaha) mengejar peringkat, tanpa tahu esensi apa yang dikejar. Ketika Ujian Nasional Berbasis Komputer dipertahankan dan soal-soal UNBK dibuat sedemikian rupa untuk mengakomodir HOTS, tanpa paham apa itu HOTS, sudah bisa dipastikan High Order Thinking Skills hanya diatas kertas ujian dan sebatas gembar-gembor Euforia Berpikir Tinggi namun tidak betul-betul mencetak pelajar yang berkemampuan High Order Thinking Skills.

Padahal yang seharusnya dirubah adalah sudut pandang, sudut pandang yang tepat untuk serius dan betul-betul merumuskan CETAK BIRU Pendidikan Indonesia Terbaik untuk 20 tahun kedepan, sehingga siapapun menteri pendidikannya akan meneruskan estafet pembangunan berdasarkan cetak biru tersebut.           

         Seandainya mau lebih jeli melihat, maka hasil tes PISA 2015 lalu mengindikasikan satu hal, Indonesia tengah "Berjuang." Tanpa adanya siswa yang memiliki kecakapan memadai ketika meninggalkan pendidikan dasar dan menengah, maka universitas-universitas di Indonesia sudah bisa dipastikan tidak mempunyai kapasitas memadai untuk mengembangkan dan mempertahankan program-program penelitian mereka serta tidak akan mampu bersaing di kancah internasional.

Sektor-sektor swasta pun akan kesulitan untuk bisa berkompetisi secara internasional dalam hal penemuan teknologi dan pengetahuan, secara global Indonesia akan mengalami kesulitan dalam transisi perubahan ekonomi, akan sulit mengubah perekonomian Indonesia menjadi ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Rendahnya penemu dan periset pengetahuan disuatu negara mengindikasikan rendahnya data hasil riset dan penelitian yang tersedia sebagai dasar pengambilan keputusan/kebijakan strategis suatu negara dan kualitas keputusan yang dibuat oleh para pemangku kebijakan.

Ketika Cetak Biru Terbaik dibuat, Mudah untuk Membangun Rumah, Gedung, Kantor atau  apapun yang kita inginkan, karena seluruh hal teknis dan mendasar serta bentuk akhir bangunan sudah tertuang dalam cetak biru tersebut, pun Indah dan kokohnya bangunan sudah Tergambar di depan mata. Sehingga ketika  sang kontraktor berganti, tidak akan menemui kesulitan berarti untuk mewujudkan bangunan yang diimpikan.

Sebaliknya, membuat Bangunan Sangat Sederhana tanpa ada Cetak Biru sebagai pedoman, pekerja bangunan, mandor dan pemilik akan luar biasa sulit mewujudkan Bangunan sederhana itu, apalagi membayangkan hasil akhirnya, yang pasti terjadi adalah kekurangan atau bahkan kelebihan material, pekerja yang bekerja dengan asal jadi dan pemilik bangunan yang meratapi kualitas bangunan, bentuk dan keindahan yang jauh dari harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun