Mohon tunggu...
Fadilla Nuril
Fadilla Nuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobby saya menulis, baik itu cerpen ataupun novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa yang Merekah

28 Mei 2024   21:31 Diperbarui: 28 Mei 2024   21:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tokoh:
1. Mia - Seorang koki muda yang penuh semangat dan memiliki restoran kecil di pinggiran kota.
2. Eva - Seorang kritikus makanan yang terkenal dengan lidah kritisnya dan tulisan-tulisannya yang tajam.

Cerita
Pukul 10 malam di kota kecil yang sibuk, Mia masih terlihat sibuk di dapur restorannya, "Rasa Hati". Dengan keringat menetes di dahinya, dia terus mencicipi hidangan-hidangan baru yang akan dia sajikan esok hari. Tiba-tiba, pintu terbuka, dan Eva memasuki restoran dengan langkah percaya diri.

Mia: (Mengangkat kepalanya dari meja kerja) Eva! Apa yang membawamu ke sini malam-malam seperti ini?

Eva: (Menatap sekeliling restoran dengan tatapan kritis) Saya mendengar tentang restoran baru ini dan saya ingin melihat apakah benar sebagus yang orang katakan.

Mia: (Menyambut Eva dengan senyum ramah) Tentu saja, silakan duduk. Ada yang bisa saya sajikan untukmu?

Eva: Saya ingin mencoba hidangan andalanmu. Saya mendengar kabar bahwa Anda memiliki bakat yang luar biasa dalam memadukan rasa.

Mia: (Bangga) Terima kasih atas pujianmu. Saya akan segera menyajikannya untukmu.

(Mia kembali ke dapur sambil membawa pesanan Eva. Dia menyajikan hidangan dengan penuh perhatian, menempatkannya di depan Eva dengan harapan yang tinggi.)

Eva: (Mencicipi hidangan dengan ekspresi serius) Hmm, ini menarik.

Mia: (Tertegun) Apa yang Anda maksud dengan 'menarik'?

Eva: Rasanya unik, tapi ada sesuatu yang kurang. Saya tidak merasakan kohesi antara bahan-bahan yang digunakan.

Mia: (Sedikit kecewa) Saya memahami. Saya akan mencatat masukanmu untuk perbaikan di masa mendatang.

Eva: (Melihat ke sekeliling restoran) Restoran ini memiliki potensi besar, Mia. Tapi Anda harus ingat, pelanggan Anda membutuhkan lebih dari sekadar rasa yang baik. Mereka ingin merasakan cerita di setiap suapan.

Mia: (Merasa terinspirasi) Terima kasih atas masukannya, Eva. Saya akan berusaha lebih keras lagi untuk membawa pengalaman yang berbeda kepada pelanggan saya.

(Eva mengangguk puas, meninggalkan Mia untuk merenungkan kata-katanya. Sejak hari itu, Mia mulai meneliti lebih dalam tentang sejarah dan cerita di balik setiap hidangan yang dia sajikan.)

Bulan berlalu, dan restoran Mia mulai mendapatkan reputasi yang lebih baik. Setiap hidangan tidak hanya enak secara rasa, tetapi juga memiliki kisah yang membuat pelanggan terpesona.

Suatu malam, Eva kembali ke "Rasa Hati" untuk mencoba hidangan-hidangan terbaru. Kali ini, senyum terukir di wajahnya saat dia menikmati setiap suapan.

Eva: (Setelah selesai makan) Mia, Anda benar-benar telah mengubah paradigma tentang apa artinya sebuah restoran. Hidangan-hidangan ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang perjalanan dan emosi.

Mia: (Berterima kasih) Terima kasih, Eva. Anda telah menjadi sumber inspirasi bagi saya untuk menjadi lebih baik.

(Dua wanita itu tersenyum satu sama lain, menikmati momen mereka di restoran yang penuh dengan cinta akan makanan dan pengalaman.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun