d. Empati untuk Kondisi Hidup Orang Lain (Empathy for Another's Life Condition)
Tahap ini berkembang pada usia lebih tua, biasanya selama masa kanak-kanak akhir dan remaja. Individu mulai menunjukkan empati tidak hanya terhadap perasaan sementara orang lain tetapi juga terhadap kondisi hidup dan situasi mereka. Mereka mulai menyadari bahwa penderitaan orang lain dapat berasal dari situasi hidup yang kompleks dan berkelanjutan, seperti kemiskinan atau diskriminasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati
Hoffman juga mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan intensitas empati pada individu:
a. Faktor Biologis
Empati memiliki komponen biologis, seperti respons fisiologis terhadap emosi orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa area tertentu di otak, seperti amigdala dan korteks prefrontal, berperan dalam pemrosesan empati.
b. Pengalaman Pribadi
Pengalaman hidup individu, termasuk pengalaman dengan distress atau penderitaan, dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk merasakan empati. Orang yang pernah mengalami penderitaan cenderung lebih sensitif terhadap emosi orang lain.
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial, termasuk keluarga, teman, dan budaya, memainkan peran penting dalam perkembangan empati. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan cenderung lebih mudah mengembangkan empati.
d. Pengaruh Media