Mahasiswa Indonesia kerap kali melakukan aksi demonstrasi di lingkungan kampus maupun jalanan. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya aksi demonstrasi mahasiswa ini di antaranya, beasiswa, kenaikan UKT, dan menyuarakan hak rakyat. Adanya ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang membuat mahasiswa sering melakukan demonstrasi.
Mahasiswa melakukan demonstrasi bukan semata-mata untuk unjuk diri tetapi mereka memiliki tujuan tertentu. Kekecewaan mahasiswa dalam suatu keputusan menjadi penyebab utama adanya demonstrasi.
Demonstrasi mahasiswa yang disebabkan oleh beasiswa biasanya terjadi karena adanya keterlambatan penyaluran dana kepada mahasiswa. Terlambatnya penyaluran dana dikarenakan pihak kampus terlambat memberikan data. Proses penyaluran dana dari pusat memiliki mekanisme sendiri sehingga harus menaati aturan-aturan atau langkah-langkah yang telah ditetapkan. Jika salah satu aturan atau langkah tidak dikerjakan maka proses penyaluran dana juga akan menjadi terlambat.
Demonstrasi mahasiswa yang disebabkan oleh kenaikan UKT juga sering terjadi karena adanya tambahan fasilitas dari pihak kampus. Fasilitas tambahan yang diberi oleh pihak kampus seperti penambahan komputer, wifi, ac, kantin, ruangan, dan lainnya. Hal ini yang membuat naiknya UKT dan memberatkan para mahasiswa yang kurang mampu, sehingga mereka harus meminjam uang dari bank dan membuat hutang baru. Bahkan ada mahasiswa yang tidak melanjutkan kuliahnya dikarenakan UKT yang terlalu tinggi.
Demonstrasi mahasiswa yang paling umum adalah menyuarakan hak rakyat. Penyebab yang paling umum adalah kenaikan BBM yang dimana semua dampaknya dirasakan oleh masyarakat sehingga timbul kekecewaan pada instansi pemerintahan.
Masyarakat mengganggap bahwasanya masyarakat belum bisa membenahi masalah ini karena BBM menjadi tanggung jawab bersama maka mereka meminta diturunkan agar memudahkan aktivitas pekerjaan. Mahasiswa membantu menyuarakan hak rakyat agar bisa sampai ke pihak terkait. Karena mereka sendiri pun juga merasakan dampaknya, apalagi status mereka juga sebagai rakyat. Yang ingin didengar dan membawa perubahan bagi masalah-masalah yang ada.
Dikutip dari laman m.cnnindonesia.com, menurut John T. Jost, Julia Becker, Danny Osborne, dan Vivienne Badaan, "Tindakan kolektif [demonstrasi] lebih mungkin terjadi ketika orang memiliki minat yang sama, merasa kehilangan, marah, dan percaya bahwa mereka bisa membuat perbedaan, dan mengidentifikasi dengan kelompok sosial yang relevan".
Mengutip 2knowmyself, laman medis tentang psikologi, penulis buku psikologi Farouk Radwan mengungkapkan bahwa protes dilakukan untuk mendapatkan kembali hak mereka dan menentang apapun yang mereka tidak suka dan memaksa para diktator untuk turun dari kursi kekuasaan mereka. Adanya empati didalam diri mahasiswa membuat mereka tergerak untuk membantu rakyat menyuarakan hak nya.
Seseorang mahasiswa yang diketahui bernama Khairul Fadli Manurung beberapa kali ikut dalam aksi demo. Ia adalah salah satu mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Ia duduk di semester 5. Ia mengikuti aksi demo terhitung 3-4 kali dan semuanya berkaitan tentang politik. Di antaranya omnibus law, pemilu serta demo di bawaslu. Ketertarikannya untuk mengikuti aksi demo ialah ingin merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat yang tertindas oleh ketidakadilan. Ia mengikuti aksi demo dalam naungan organisasi dan bergerak sendiri tetapi tidak ada perbedaan aksi demo di dalamnya.
Secara teori psikologi, seseorang akan menemukan kelompok yang sefrekuensi atau minat yang sama sehingga dia bebas mengekspresikan atau mengutarakan pendapatnya. Dengan melalui organisasi.
Misalnya, ada sebuah organisasi dan seseorang mencari info, bagaimana organisasi tersebut, ke mana arahnya dan apa tujuan dari organisasi tersebut. Lalu setelah mencari tau info, seseorang itu akan mencocokkan ke kualitas dirinya dengan tujuan organisasi tersebut, apabila cocok seseorang itu akan ikut bergabung dalam organisasi tersebut. Tujuan dari demonstrasi yang dilakukan akan cepat ditanggapi karena menjadi pusat perhatian.
Keuntungan dari adanya demonstrasi, seseorang bisa melatih kemampuannya berpikir dan bertindak, mengusut penyebab dan mencari tahu hal-hal mengenai permasalahan yang akan dia suarakan. Ini memudahkan mahasiswa berpikir dan memandang sudut masalah dari berbagai hal. Mahasiswa yang bisa berpikir lebih cerdas juga memiliki potensi membangun kemajuan dan mengevaluasi kesalahan dalam pembangunan.
Secara teori psikologi, seseorang yang melakukan aksi demonstrasi akan merasa wajib mengikuti tindakan kelompoknya. Seseorang akan mudah tersugesti untuk melakukan tindakan yang anarkis. Seseorang yang mudah tersugesti biasanya memiliki emosional yang tidak terkendali sehingga mudah di provokasi. Serta kekecewaan yang menyelimuti jiwa seseorang akan membuatnya kehilangan kendali.
Kerugian selanjutnya, seseorang akan mudah marah hingga melakukan perbuatan yang membahayakan orang lain. Mahasiswa yang ikut demonstrasi berpotensi melukai orang-orang yang ada di sekitar mereka. Karena biasanya mahasiswa membawa senjata, entah itu batu, kayu, gerigi besi yang bahkan bisa membunuh seseorang.
Kerugian lainnya tidak hanya seputar psikologi melainkan secara umum yang dimana akan merugikan orang lain misalnya, bangunan yang rusak, jalanan yang macet, dan korban jiwa. Dampak mirisnya rumah-rumah yang tidak ada masalah juga terkena amukan, kaca yang pecah, itu membuat kerugian bagi warga sekitar. Belum lagi jalanan yang dikuasai pendemo sehingga menimbulkan macat dan penutupan jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H