Mohon tunggu...
Dilla Hardina
Dilla Hardina Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Kelilingilah dirimu dengan orang-orang yang pantas mendapatkan keajaibanmu🌻

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Penting! Pustakawan Harus Punya Kemampuan Negosiasi dan Melobi Atasan

27 Juli 2020   22:12 Diperbarui: 27 Juli 2020   22:19 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gerhanapublishing.net

SemuaPegawai tentu ingin mendapat perhatian dari atasannya. Maksud dari perhatian di sini adalah hal-hal yang mampu menunjang karir dari si pegawai, baik itu sarana dan prasarana maupun dananya. Bukan hanya penampilan dan daya tarik yang dapat membuat hati atasan luluh, tetapi kecerdasan, kreativitas dan kemampuan negoisasi juga di perlukan untuk menarik hati sang atasan.

Kecerdasan itu beragam jenisnya. Ada kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual. Lalu kreativitas diperlukan dalam berorganisasi untuk menciptakan gagasan-gagasan atau ide-ide cemerlang untuk kemajuan dari institusi atau perusahaan itu sendiri. Dan yang terakhir adalah kemampuan bernegosiasi.

Seorang pegawai penting untuk memiliki retorika yang  baik agar mampu menjelaskan apa saja hal yang dibutuhkan kepada atasannya. Hal-hal tersebut tentu bersangkutan dengan kepentingan perusahaan dan dapat menguntungkan perusahaan.

Misal, seorang pegawai divisi teknologi memerlukan suatu teknologi baru yang berguna untuk mencegah peretasan atau hilangnya suatu data perusahaan. Tentu teknologi tersebut bukan sesuatu yang memiliki harga murah.

Lantas, apakah atasan atau bos akan langsung menyetujui permintaan karyawan tersebut? Jawabannya tidak semudah itu. Meski alat tersebut sangat berguna bagi keamanan data perusahaan, atasan akan melihat serta mempertimbangkan bagaimana kinerja dari karyawan tersebut selama bekerja di perusahaan serta kontribusi apa saja yang telah disumbangkan untuk perusahaan.

Jika karyawan tidak memiliki nilai-nilai yang menjadi pertimbangan atasan tersebut, maka kecil kemungkinan atasan akan mengabulkan permintaan-permintaan kita. Sebaliknya, jika kita banyak berkontribusi untuk kemajuan perusahaan, juga rekam jejak karir kita bagus, maka tak tanggung-tanggung, atasan akan mengabulkan semua permintaan kita.

Begitu juga menjadi seorang pustakawan. Jangan hanya mengeluh bila seorang atasan tidak mudah memberikan apa yang kamu mau. Misal, kamu membutuhkan alat scanner untuk perpustakaanmu karena sekarang sudah jamannya teknologi, serta hampir semua perpustakaan yang kamu tahu sudah menerapkan alat tersebut.

Maka kamu juga menginginkan alat tersebut berada di perpustakaan tempatmu bekerja. Akan tetapi, tidak semudah itu seorang atasan akan menyetujui permintaan karyawannya.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, atasan tidak akan semudah itu memberikan apa yang karyawannya mau. Bahwa atasan akan selalu melihat rekam jejak dan kontribusi kita pada perpustakaan.

Bila kita tidak lincah menyelenggarakan suatu acara, seminar atau workshop misalnya, kita tidak menulis, kita tidak ambil peran apapun dalam urusan permasyarakatan, maka perhatian atasan kepada kita akan teralihkan dengan karyawan atau divisi lain yang memiliki kontribusi nyata.

Sebagai pustakawan jangan hanya menunggu bantuan atau uluran tangan dari atasan saja tanpa melakukan kontribusi apapun, ibaratnya hanya menunggu bintang  jatuh. Sesuatu yang sangat jarang terjadi, meski pada waktu yang tepat akan terjadi. Tetapi kita tidak tahu kapan hal itu terjadi bukan? Intinya jangan hanya menunggu.

Kita sebagai seorang pustakawan harus mampu menunjukkan eksistensi kita di mata masyarakat luas, tentu saja agar profesi kita tidak lagi dipandang sebelah mata dan di anggap sama derajatnya dengan profesi-profesi hebat lainnya.

Saya pikir, bukan hanya profesi pustakawan saja yang harus berjuang menaikkan derajatnya dimata masyarakat. Hampir semua profesi tentu perlu melakukan action tambahan atau bisa dibilang kekuatan maksimal untuk menaikkan pamor, baik dari segi status sosial maupun ekonominya.

Seorang pelukis harus over take action untuk dapat membuat suatu lukisan yang dikagumi banyak orang. Belum cukup sampai disitu, untuk dapat memperlihatkan karya pada dunia luar bukan hal yang mudah. Juga, tidak semua orang paham akan makna dari suatu seni lukis.

Berada di puncak karir untuk seniman bukan hal yang mudah. Sebab, tentu banyak hal yang perlu dikorbankan baik dari segi waktu, tenaga, pikiran bahkan materi. 

Namun, jika seorang pelukis mampu menyentuh hati setiap orang yang melihat karyanya, tentu ini bisa menjadi ladang emas untuk sang pelukis. Bahkan sebuah karya bisa dihargai jutaan bahkan ratusan juta.

Ada lagi kasus, di mana seorang content creator di sebuah kanal dapat mendapatkan jutaan dolar setiap harinya. Membuat kanal memang mudah, tapi untuk dapat membangunnya hingga dapat memiliki banyak pengikut dan juga penonton, itu adalah hal yang tidak mudah. Tentunya butuh perjuangan di atas rata-rata orang biasa.

Ada lagi, seorang yang bekerja di divisi marketing. Untuk bisa mendapat bonus, orang tersebut perlu bekerja dua kali lebih keras. Dan apabila mendapat bonus, tentu hal itu sangatlah menggiurkan.

Dari semua contoh tersebut, bisa disimpulkan, jika kita menginginkan suatu hasil yang maksimal, maka dalam mencapai hasil tersebut harus diimbangi dengan usaha yang maksimal pula. Bahkan kita harus rela untuk mengorbankan sesuatu. Entah itu waktu, tenaga, pikiran dan lainnya.

Karena jika kita tidak mau mengorbankan apapun, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Itulah makna dari perjuangan yang sesungguhnya. Dengan berjuang meraih sesuatu yang kita inginkan, maka kita akan merasa benar-benar hidup. Sebab makna dari hidup itu sendiri adalah perjuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun