Mohon tunggu...
Dilla Lingga Walaseci
Dilla Lingga Walaseci Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

A pessimist.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial dan Manajemen Strategi Pembangunan Sosial

26 Maret 2023   07:47 Diperbarui: 31 Mei 2024   10:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita sering mendengar kata 'kemiskinan', tetapi sebenarnya apa definisi dari kemiskinan itu sendiri? Kemiskinan menurut United Nations Development program atau UNDP adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup. Sedangkan Friedman mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan. 

Lalu apa standar yang digunakan untuk mengukur kemiskinan? World Bank menggunakan basis perhitungan Purchasing Power Parities (PPP) yang mana konsep ini dipergunakan untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dengan tingkat harga atau biaya hidup yang berbeda. Konsep PPP ini dapat menyesuaikan angka PDB yang berada di setiap negara.   Berdasarkan laporannya, World Bank menetapkan garis kemiskinan ekstrem di angka US$ 2,15 per kapita per hari. Sedangkan standar untuk lower middle income class berada di angka US$3,65 per kapita per hari.

Sedangkan BPS mengartikan Garis Kemiskinan (GK) mencerminkan nilai pengeluaran minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan, baik kebutuhan makanan ataupun kebutuhan non-makanan. GK terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan makanan yang disetarakan dengan 2,100/kkl per kapita per hari. Sedangkan GKNM merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan non-makanan berupa perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Garis Kemiskinan di Indonesia pada September 2022 tercatat sebesar Rp. 535.574 per kapita per bulan. Dengan distribusi GGKM sebesar Rp. 397.125 (74,15%) dan GKNM sebesar Rp138.422 (25,85%).

Sosiologi memandang kemiskinan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kemiskinan Absolut. Tipe kemiskinan ini diidentifikasi dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan primer. Orang yang mengalami kemiskinan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan utamanya seperti mendapat makanan dan tempat tinggal yang memadai. Menurut Ginanjar, kemiskinan absolut adalah kondisi kemiskinan yang terburuk, dimana diukur dari tingkat kemampuan keluarga.

2. Kemiskinan Relatif. Merupakan kondisi miskin dikarenakan pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Orang yang mengalami kemiskinan relatif bisa saja sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan primernya, tetapi kita harus melihat lingkungannya. Jika lingkungannya terdapat banyak orang yang lebih mampu atau bahkan mapan, maka orang yang memiliki sumber daya dibawahnya bisa dikatakan miskin relatif.

3. Kemiskinan Struktural.  Ialah suatu kondisi dimana masyarakat mengalami kemiskinan yang disebabkan karena struktur sosial masyarakat yang tidak membuat mereka dapat memanfaatkan sumber daya. Orang yang mengalami kemiskinan ini terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk keluar dari kemiskinan struktural ini. 

4. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan kultural mengacu pada mentalitas dan budaya dari individu. Menurut Lewis, terdapat pola perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh orang miskin sebagai suatu cara yang untuk menjalankan hidup yang serba kekurangan. Cara hidup ini kemudian menjadi acuan bagi terbentuknya kebudayaan kemiskinan yang mereka alami. Cara hidup ini mendorong terbentuknya sikap pasrah, menerima nasib.

5. Kemiskinan Natural. Kemiskinan ini disebabkan oleh rendahnya Sumber Daya Alam (SDA). Karena SDA rendah, maka tingkat produktivitas penduduknya pun rendah.

Kemiskinan adalah sebuah masalah sosial yang krusial karena akan menjadi bibit dari masalah sosial lainnya. Sebut saja tindakan kriminalitas seperti mencuri, salah satu hal yang menjadi alasan seseorang mencuri adalah karena ia tidak dapat mendapatkan apa yang ia ingin atau butuhkan dikarenakan kurangnya sumberdaya yang ia miliki. Lalu masalah lainnya adalah stunting. Stunting ialah keadaan kurangnya gizi secara kronis yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting ini disebabkan karena saat seorang wanita yang sedang, ia tidak mengkonsumsi nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janinnya. Tidak dapatnya seseorang untuk memenuhi kebutuhan janinnya ini disebabkan karena ia tidak dapat mengakses makanan yang menyediakan nutrisi yang dibutuhkan karena tidak memiliki sumberdaya untuk mendapatkannya. 

Cara untuk memberantas kemiskinan adalah dengan pembangunan sosial. Pembangunan sosial ialah bagian dari pembangunan yang bertujuan untuk memajukan kehidupan manusia. Proses pembangunan sosial sangatlah dinamis beriringan dengan perubahan zaman. Dikarenakan zaman selalu berubah, kebutuhan, aktivitas tiap individu juga berbeda satu sama lain. Dalam konteks manajemen dan strategi dalam pembangunan sosial setidaknya terdapat beberapa cara, yaitu:

1. Individu (Social Development by Individual). Individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat.

2. Pembangunan sosial berbasis komunitas. kelompok masyarakat secara bersama-sama berusaha mengembangkan komunitas lokalnya. Pendekatan ini biasa dikenal dengan communitarian approach.

3. Pembangunan sosial melalui pemerintah. Pembangunan sosial yang berbasis pada pemerintah ini termanifestasikan lewat kebijakan-kebijakan sosial yang diturunkan dalam bentuk produk dan kegiatan. 

Untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, semua pendekatan ini perlu terus dilakukan. Bisa juga dengan mengkombinasikan semua pendekatan. Ketika pemerintah melakukan pembangunan sosial guna menekan angka kemiskinan, maka peran-peran dari sektor individu, masyarakat, swasta harus ditumbuhkan dan berperan aktif sehingga tidak terjadi dominasi pemerintah dalam kegiatannya.

Dalam pembangunan sosial kita tidak bisa menyamakan suatu masyarakt dengan masyarakat lainnya. Ini dikarenakan tiap-tiap masyarakt memiliki nilai dan norma berbeda-beda, permasalahannya pun juga berbeda-beda. Maka harus menyesuaikan dengan keadaan tiap-tiap masyarakat. Kemiskinan sebagai masalah merupakan permasalahan yang teramat kompleks. Maka dari itu, semua pihak dari individu, pemerintah, maupun swasta harus bersinergi dengan visi dan misi yang sama dalam usaha untuk menekan atau memberantas angka kemiskinan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun