1. Tidur yang cukup  Â
Semakin banyak pembelajaran yang Anda alami di siang hari, semakin besar kemungkinan Anda akan memimpikannya  saat Anda tidur di malam hari. Tidur, yang dikenal dengan istilah rapid eye Movement (REM), dapat menjadi waktu konsolidasi pembelajaran (Markowitz dan Jensen, 2003).  Â
Periode tidur REM menyumbang sekitar 25 persen dari total waktu tidur malam. Periode tidur ini sangat penting untuk daya ingat. Penilaian ini didukung oleh fakta bahwa bagian korteks tampak sangat aktif selama tidur REM (rapid eye motion). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola aktivitas otak tikus, pada tahap tidur REM sesuai dengan pola aktivitas otak mereka selama pembelajaran  siang hari. Bagian hipokampus otak  (struktur bulan sabit di bawah lobus temporal dalam sistem limbik  yang bertanggung jawab mengumpulkan informasi untuk pembelajaran dan memori permanen) mempelajari kembali pembelajaran yang dikirim oleh korteks. Waktu relaksasi di sepertiga terakhir tidur dapat menjadi pembeda antara daya ingat yang lemah dan daya ingat yang kuat.  Â
2. Buat Interval pembelajaran  Â
Menurut Eric Jensen, otak tidak dirancang untuk belajar terus menerus. Waktu pemrosesan diperlukan untuk menciptakan koneksi saraf yang diperlukan untuk memfasilitasi integrasi dan penarikan kembali informasi. Itulah sebabnya pembelajaran yang dilakukan secara berkala atau seiring waktu adalah yang paling berhasil. Â Istirahat dapat dilakukan setelah 10 hingga 50 menit belajar. Namun pada dasarnya tergantung pada kompleksitas materi dan usia siswa.
3. Jadikan itu penting Â
Saya pernah melihat iklan kompetisi penelitian di  televisi swasta. Nomor telepon kpanitia terlampir. Karena saya sangat menginginkan dan membutuhkan  nomor telepon itu, saya berusaha mencarinya dan menelepon bagian Humas TV Swasta untuk menanyakannya. Ini hanyalah sebuah contoh bagaimana  informasi  dapat terpelihara dengan baik jika dianggap penting.Â
Jika Anda diperkenalkan dengan seseorang yang sangat Anda sukai, Anda mungkin tidak akan menanyakan namanya berulang kali. Saya yakin Anda akan selalu mengingat nama orang tersebut, meski Anda hanya mengucapkannya sekali saja. Oleh karena itu, semakin penting suatu informasi bagi Anda, semakin besar kemungkinan Anda akan mengingatnya. Â
Mungkin Anda termasuk orang yang selalu lupa dengan tugas kuliahnya, namun hampir tidak pernah melupakan klasemen tim sepak bola kesayangannya saat ini. Saya mempunyai mahasiswa yang selalu lupa menulis skripsinya. Meski demikian, ia tak pernah melupakan  jadwal pertandingan sepak bola Serie A Italia. Bahkan,  satu per satu ia teringat nama-nama pesepakbola Italia yang bermain di Liga Serie A Italia. Bisa juga seorang dosen lupa nama-nama mahasiswa yang dibimbingnya, namun tidak pernah lupa  gaji bulanannya.  Â
4. Gunakanlah Â
Saat otak menyerap informasi baru, koneksi antar sel tercipta. Hubungan ini diperkuat setiap kali informasi tersebut digunakan. Karen Markowitz dan Eric Jensen merekomendasikan berlatih mempelajari informasi baru  10 menit setelah mempelajarinya untuk pertama kali. Kemudian ulangi lagi setelah 48 jam 7 hari. Pengulangan kali ini, Insya Allah menjamin terbentuknya koneksi yang kuat dalam jaringan otak.  Â
Semakin banyak peluang untuk memproses informasi baru,  semakin baik. Suatu saat setelah  membaca tentang tokoh  bernama Fuad Sizkin, Anda bisa menggunakan namanya. Nama ini bisa Anda gunakan dalam percakapan, yaitu  menjadikan pendapatnya sebagai acuan saat menyebut namanya, atau  menggunakannya sebagai artikel pertama.
Biasanya Anda suka lupa nama orang yang Anda ajak bicara, padahal Anda baru saja mengobrol, padahal anda baru saja berjabat tangan: "Senang bertemu dengan Anda, Pak Somawinata. Apakah Pak Somawinata  punya anak? Somawinata itu nama Sunda yang unik ya?"  Â
5. Simpan dalam wadah keras Â
 Jangan berpikir bahwa otak adalah satu-satunya pusat ingatan dan sumber ingatan. Karena ada  alternatif tempat kita menggantungkan ingatan. Teks kecil, komputer, dokumen, dan objek lainnya merupakan tempat penyimpanan informasi alternatif. Jika Anda mendapat ide untuk bahan skripsi, sangat aman untuk menuliskannya baik dalam  catatan kecil atau menaruhnya di komputer lalu menyimpannya. Â
Wadah keras (Hard case) di atas adalah "mesin kopi"; yang  membantu menyimpan informasi. Pernahkah Anda  pusing mendapatkan nomor telepon hanya karena Anda sangat membutuhkannya tetapi tidak menuliskannya? Itu sebabnya Anda perlu mempelajari cara menggunakan alat bantu memori. Imam Ali bin Thalib pernah berkata: "Ikat ilmu dengan menuliskannya."  Â
6. Bentuklah kebiasaan  Â
Pernahkah Anda kesulitan menemukan kunci mobil karena lupa menyimpannya? Bagaimana ini bisa terjadi? Karena Anda tidak pernah membentuk suatu kebiasaan. Dengan asumsi Anda masuk ke dalam rumah dan kemudian meletakkan kunci mobil di tempat yang sama di dekat pintu, Anda tidak akan mengalami banyak  masalah dengan kunci mobil. Â
Ada hal-hal yang bisa menjadi "perang" antara pria dan wanita. Tahukah kamu apa itu? Kaus kaki! Kaus kaki bisa disimpan di mana saja. Saat hendak berangkat, Anda dengan panik mencari kaus kaki. Sedangkan istri Anda tidak keberatan menyimpannya di tempat khusus. Akibatnya timbul perselisihan. Itu sebabnya pembentukan kebiasaan itu penting.Â
Membentuk kebiasaan merupakan salah satu bentuk strategi pengurangan beban memori. Anda dapat mengasosiasikan pembentukan suatu kebiasaan dengan informasi yang ingin Anda ingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H