Telah lahir anak manusia
Di lorong suram
Suasana saraf tegang
Diiringi gemuruh ledakan rudal dan roket melayang di tanah datar
Negerinya bak neraka
Sungguh ngeri
Sampai keulu nadi
Diluar sana manusia bersaksi
dengan mata terbuka
Dua kubu saling menggebu
Ribuan pasukan diasah menjadi peluru
Bumi ini sudah tidak aman untuk diarungi
Media berambisi
Memihak menjadi sulut api
Lagi lagi invasi
Menerobos terjang
Kita pun ikut terbagi
Tertawa di layar datar
Disana korban jiwa terkapar
Ini komedi atau tragedi
Bebal dan tak mau mengalah
Hajar walaupun satu darah
Wanita tua berlari sempoyongan
Nyawanya pagi ini berteriak ketakutan
Sebuah rudal menerjang kota kelahirannya
Hancur lebur jadi puing puing kesengsaran
Tangis pecah ditengah kota
Anak cucu entah kemana
Baju loreng berkelana
Kepulan asap membara
Bukan lagi tentang mau makan apa hari ini?
Tapi, apakah besok aku masih hidup Tuhan!!
Pilu, setengah bumi akan karam
Teriak riuh warga sipil
Baik  Rusia maupun Ukraina
Kini mereka bertikai di negara yang merdeka
Apakah ini kebebasan?
Mimpi buruk ini sungguh nyata adanya
Serangan dimulai
Kepala berdarah
Kaki berlari tak tahu arah
Ego ini masih lupa sejarah
Rudal tak henti menerjang
Mulut tak bisa lagi berunding
Cukup hancurkan dinding kehidupan
Tak ada yang mau mengalah
Cukup cukup
Kuratapi kenyataan ini
Semoga pesan surga
Membelah pintu hati dan pikiran
Berdamailah wahai dua kubu
Kita semua hanya manusia yang
Diliputi penderitaan
Jadi jangan kau tambah abu pahit
Kehidupan untuk saudaramu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H