Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita di Seberang Jalan

28 September 2019   10:27 Diperbarui: 28 September 2019   11:05 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Saya akan menikah dengan tidak sembarang wanita, wanita zaman sekarang sangat mudah didekati laki-laki sampai harga diri dan kemaluannya dia serahkan demi memenuhi kepuasaan bersama Lelaki. Banyak Hal Saya ketahui daripada kalian. Tidak sengaja saya mengikutidiantara kalian. Pada suatu malam di Kos seberang Saya Melihat kamu Karim dengan pacarmu dalam satu kamar.

 Apa yang tidak kalian lakukan di dalam ruangan seperti itu, bapak menatap teman-teman bapak dengan mata tajam dan suara penuh keberanian, langsung teman-teman bapak terdiam dan malu dengan dirinya sendiri" ucap bapak dengan tertawa mengenang Masa lalunya


"Wah bapak keren" jawabku


"Sebenarya pembahasan Kita sekarang ini anggap sebuah pelajaran, bapak sudah mengangap kalian disini Sebagai anak-anak bapak, jadi jangan pernah menjadi budak cinta, ketika umur masih muda giatlah belajar, balas jasa orang tua dan  akhirnya baru menikah" itulah dialog  panjang terkahir Saya dengan Lelaki tersebut

Setelah pertemuan Dua Hari kemaren, Hari selanjutnya Saya bertemu dengan Lelaki tersebut. Kulihat Lelaki itu berjalan kaki penuh semangat ke persimpangan menuju rumah. 

Tidak sengaja Saya mengejarnya " Pak, darimana Pak?" Sapaku dengan nada riang
Dia berhenti Dan menoleh kearahku " oh, kamu ..namamu Adira kan" seperti memastikan namaku


"Iya Pak, Dira, bapak darimana, sepertinya dari perjalanan jauh" kataku
"Ini, siap jemput baju Sarah di  asrama jalan atas" dia pun membuka isi tas tersebut Dan melihatkan ya padaku
"Jadi Sarah sudah di asrama ya Pak, terus itu baju apa Pak?" Penasaranku.
"Ini baju Kotor Sarah, tiap minggu dijemput, karena di asrama tidak Ada mesin cuci" sahutnya dengan semangat.  Wajah yang selalu menggambarkan kebahagian dari dalam dirinya.


Karena keasikan berbicara kami pun sampai di tujuan.
"Wah, tidak terasa Pak Kita sampai , kalau gitu Saya pamit Pak" tanganku kulambaikan dan kubuka pintu Kos
Lelaki parubaya tersebut juga melambaikan tangan Dibalik pagar besi berwarna hitam miliknya.


***
Baru bangun tidur langsung kulihat Layar hp,  setelah melihat jam, Saya pun memastikan Hari apa sekarang. Maklumlah akhir-akhir ini Saya sibuk pulang kampung dan mengurus persiapan wisuda di tahun ini. Setelah dibuka hp " angka pun bewarna merah petanda waktu libur, jadi Saya bisa beristirahat di Kos seharian" dialogku dalam hati.

Seperti biasanya, ketika semua orang dalam Kos masih tidur. Saya sudah bereaksi untuk menyapu semua ruangan Kos dan cuci piring sekaligus. Berhubung Kos Saya kecil jadi tidak butuh waktu lama untuk bersih-bersih.

Kulihat cahaya matahari pagi menembus Kain penutup jendela Kos. Saya pun tertarik untuk duduk di luar menikmati cahaya tersebut. Sinar yang menembus ke pori-pori kulitku memberikan sensasi hangat pada tubuhku yang tadi kedinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun