Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemberontakan Mahasiswa Indonesia Masa Reformasi

2 Mei 2019   20:45 Diperbarui: 2 Mei 2019   20:47 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Takut 66, Takut 98"

Mahasiswa takut pada Dosen

Dosen takut pada Dekan

Dekan takut pada Rektor

Rektor takut pada Mentri

Mentri Takut pada Presiden

Presiden Takut pada Mahasiswa

(Taufik Ismail, 1998)

            Puisi Takut 66 Takut 98 karya Taufik Ismail ditulis ketika masa reformasi dan banyak mahasiswa yang turun ke jalan. Kata-katanya sederhana tapi bermakna dalam dan lebih. Takut berarti merasa gentar (ngeri) dalam mengahadapi sesutu yang dianggapnya sebagai bencana.Mahasiswa takut dosen.Memang mahasiswa takut pada dosen apalagi soal nilai dan daftar hadir. Kadang ada juga mahasiswa yang tidak peduli dengan penjelasan dosen, yang penting dia hadir terus dalam perkuliahan itu.

            Puisi ini juga menggambarkan jabatan, dimana semakin tinggi jabatan seseorang maka orang itu akan tunduk dan takut. Urutannya mahasiswa, dosen, dekan, rektor, menteri dan terakhir presiden. Tapi di akhir puisi ditulis Presiden takut pada Mahasiswa. Kenapa bisa begitu? Karena mahasiswa memiliki sesuatu yang lebih, jabatan yang lebih. Kenapa Mahasiswa? Karena mereka lebih dari seorang siswa yang kewajibannya hanya belajar dan belajar. Mahasiswa harus melakukan tindakan. Aksi dari Mahasiswa-lah yang ditunggu. Bukan lagi dipancing tapi harus memancing. Saatnya melakukan suatu pengabdian kepada msyarakat, melakukan perubahan dan memberikan energi-energi positif kepada rekan-rekan yang lain. Begitulah alasan Taufik menciptakan puisiTakut 66 Takut 98.

Pada hari Senin tanggal 22 April 2019, Mahasiswa Jurusan Seni Teater dari Kampus ISI Padang Panjang, Yeni Wahyuni, dalam acara "Karnaval Seni" Mahasiswa ISI Padang Panjang angkatan '16 yang bertemakan "Surat Kabar", membawakan sebuah pertunjukan teater ekperimental dari puisi TaufikTakut 66 Takut 98. Yeni yang sebagai sutradara tertarik dengan puisi tersebut, karena makna dan kandungan yang di dalam puisi tersebut juga membahas persoalan yang terjadi pada saat sekarang di lingkungan kampus dan masyarakat. Pertunjukan yang berjudul 66/99 dan berdurasi 30 menit membawa penonton yang menyaksikan malam itu hanyut dalam suasana pemberontakan masa reformasi

Dalam segi garapan seorang Yeni berhasil membawa kegemparan mahasiswa kampus ISI Padang Panjang. Garapan yang juga menggunakan proyektor sebagai artistik pertunjukan tidak menutup aksi para aktor. Meskipun pertunjukan yang diadakanout door, tetapi penonton berbondong untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Aksi aktor yang menggambarkan seorang pejabat dan juga mahasiswa kurang mendukung dengan kostum dan properti yang digunakan. Mereka meggunakan kostum dan properti seadanya. Proses yang dilakukan tidak dalam jangka waktu yang panjang, hal inilah yang membuat pertunjukan tersebut belum tergarap maksimal walaupun terbilang sukses. Penulis bahkan penonton bisa menyadari keliaran Yeni sebagai sutradara masih banyak yang belum tertuang dalam garapannya tersebut. Yang berbeda dalam garapan dengan puisi Taufik ini, Yeni ingin menggabungkan ide Wiji Thukul, yaitu "Untuk apa banyak membaca buku tapi mulut kau bungkam melulu".Maksudnya di sini adalah sutradara ingin mempertunjukan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki banyak aksi dan tindakan yang positif dengan argumen-argumen yang membangun selagi menjadi seorang mahasiswa.

Aksi para aktor yang memerankan karya tersebut kurang menunjukan kebrontakan masyarakat dan mahasiswa secara verbal dan dialog. Intonasi yang digunakan aktor juga terkesan datar tanpa ada permainan dalam tiap-tiap kata. Contohnya seperti saat marah, tidak melulu harus digunakan dengan dialog yang meledak-ledak. Bisa saja dengan mimik wajah, business acting aktor dengan mengepalkan tangan atau properti yang digunakan. Suara yang dihasilkan dari musik (techno) sering kalioverlap dengan suara aktor, dikarenakan aktor tidak menggunakan bantuan mic.Itulah kendala seorang aktor jika bermain di out door tanpa menggunakan alat bantu, dengan kondisi vokal yang tidak sesuai atau memadai.

Pertunjukan Karnaval Seni dihadiri oleh semua partisipan ISI Padang Panjang, karena tidak hanya dimeriahkan oleh angkatan '16 saja. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 22-23 April lalu dan diselenggarakan dengan meriah dan acara tersebut ditutup oleh pertunjukan kolaborasi seluruh mahasiswa dari tiap-tiap jurusan di ISI Padang Panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun