Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kematian Seekor Kambing Betina

14 April 2019   21:02 Diperbarui: 14 April 2019   21:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cecen si Kambing kampung dan kambing lainnya hidup sangat bahagia. Mereka  seumur hidup tidak pernah diikat dan dikurung oleh Tuannya. Menjalani rutinitas di sekitaran  jalan raya tanpa rasa takut di tabrak oleh para pengendara. Suatu hari Cecen dan keluarganya pergi keliling jalan raya mencari rumput-rumput di tepi jalan untuk di makan. 

"Ayo anak-anak, kita menuju ke jalan seberang untuk mencari rumput hijau."

Kemudian ke dua anaknya mengikuti Cecen. Penuh keberanian Cecen menyebrang jalan, meskipun motor dan mobil melintasi jalur tersebut. Cecen dan keluarganya tidak mempedulikan kesibukan manusia. 

Karena yang dipikirkan Cecen dan keluarganya hanya makan rumput yang hijau. Akhirnya sampai di sebrang jalan. Rumput yang hijau siap untuk di lahap oleh para kambing. 

Dari kejauhan Cecen melihat kelompok kambing lainnya yang juga melahap rumput. Kedua anak Cecen sangat  kegirangan, mereka berlari dan melompat --lompat di atas rumput. Setelah  keluarga Cecen kenyang, Cecen putuskan untuk mengajak anaknya berjalan di rel kereta api yang difungsikan manusia untuk menjemur pakaian.

Cecen kecewa  melihat tumpukan sampah yang berserakan di sekiataran  rel kereta api karena ulah manusia. 

"Anak-anakku, kalian jangan sampai memakan sampah plastik tersebut," Cecen berhenti sejenak dan berbicara di depan kedua anaknya.

"Tapi pak, di dalam plastik itu kami menemukan sisa makanan yang lezat," sahut si Popo, Popo adalah kakak dari si Pipi, Popo memiliki bulu putih dan bercak-bercak hitam di perut buncitnya

"Makanan itu lebih enak dari rumput pak," si Pipi kecil yang masih berumur 2 bulan pun ikut-ikutan berbicara.

"Bapak akan memberitahukan pada kalian, bahwa hanya rumput yang  cocok untuk kita makan, jika ada antara kita yang makan sampah plastik itu, maka bersiaplah sakit dan ujung-ujungnya mati karena keracunan plastk," tegas pak Cecen.

Ketiga anak kambing langsung kaget dan menatap ketakutan satu sama lain.

"Saya tidak mau mati keracunan pak," sahut si Pipi

Melihat sekitar perjalanan tidak ditumbuhi rumput hijau, si Popo pun bertanya, "Pak, kenapa disekeliling kita tidak ada rumput yang hijau tumbuh Pak?" sambil menatap keheranan.

"Itu adalah salah satu bahaya plastik bagi lingkungan, karena plastik tidak bisa terurai meskipun sudah bertahun-tahun, karena proses yang lama itu plastik mencemari tanah dan akhirnya tanah seperti yang  kita lihat sekarang, kering, dan mematikan tumbuhan," dan mereka pun melanjutkan langkahnya menelusuri rel kereta api.

Terik matahari panas sudah tidak dihiraukan lagi oleh segerombolon keluarga kecil Cecen. Cecen selalu mengajarkan anaknya untuk tidak merusak dan menggangu kehidupan manusia. Tapi si kecil pipi yang masih nakal sering menginjak kain jemuran manusia.

 Sampai akhirnya kami semua berlarian karena wanita berbadan gemuk mengejar kami, "Awas kalian kambing, nanti saya perintahkan Tuan kalian mengurung kalian di dalam kandang," ujar wanita tersebut yang jauh di belakang kami. 

Cecen dan anaknya ngos-ngosan untuk kabur. Untunglah Wanita gemuk itu tidak mengejar lagi ucap si Popo yang selalu melihat kebelakang. Cecen pun menuju sebuah pohon rindang.untuk bisa beristirahat dengan ke tiga anaknya "Pipi jangan diulangi kejadian seperti tadi!!" ucap sang bapak

"Kamu mau nanti kita dikurung dalam kandang dan tidak akan merasakan kebebasan seperti ini" ujar Popo yang berusaha mengatur pernapasannya
Si Pipi pun menundukkan kepalanya, 

"Maafkan Pipi, Pak, kakak, besok Pipi tidak akan mengulanginya lagi," ucap sesalnya.

"Jika kita hidup tidak menggangu ketenangan orang lain maka hidup kita akan bahagia dan tidak akan merasa  ketakutan" ingat itu untuk kita semua, paham?" tegas Cecen.

Sembari beristirahat di bawah pohon rindang. Angin yang berhembus menjatuhkan dedanaun pohon kering yang kadang menimpa bulu-bulu kambing yang sedang tertidur pulas. Ketika mereka tertidur pulas, terdengar suara minta tolong dari kejauhan. 

"Tolong, tolong, siapapun itu tolong aku" suara menjerit yang penuh kepanikan.

 Cecen yang tertidur pulas tidak menghiraukan suara tersebut. Sampai akhirnya suara itu semakin nyaring dan sampai di daun telinga Cecen .

Teriakan "Tolong, Tolong", membuka mata Cecen dan kedua anaknya. Cecen dan anaknya langsung berdiri karena ketakutan dan terkejut. Akhirnya kambing berjenggot panjang yang sudah tua itu tepat di hadapan keluarga Cecen. 

"Maafkan saya Tuan, saya telah menggangu kalian" ucap kambing tua tersebut.

"Ada apa kambing tua, sepertinya kau sangat kepanikan?" ujar Cecen

Dengan wajah gelisah kambing tua menjawab "Istriku  tidak berdaya sekarang, karena makan sesuatu."

"Kalau begitu mari kita lihat" jawab Cecen dan langsung mengikuti kambing tua yang bersedih.

Diperjalanan, Kambing tua  tak henti-hentinya menyesal karena telah membawa istrinya di lokasi yang banyak tumpukan sampah.  Sampai akhirnya kami sampai dan keadaan istri kambing tersebut sudah sekarat.

Upaya Cecen dan kambing tua untuk membantu hanya sia-sia. Kambing betina tadi sudah tidak bernapas lagi dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Langsung kambing tua memeluk istrinya dan Cecen bersama anaknya berusaha menegarkan Kambing tua yang berkabung.

"Saya yakin istri Saya sudah menelan kantong plastik sialan itu!!" Sebelumnya sudah saya katakan padanya kalau kantong palstik itu berbahaya  kalau sempat kita makan, andai saja manusia tidak membuang sampah di sembarang tempat, mungkin istri saya tidak akan mati seperti ini" getir si Kambing tua yang meratapi kematian istrinya.

"Sabar kambing tua, jadikan ini pelajaran dan pengalaman untuk kita semua, bahwa kita hidup harus menjaga lingkungan dan tidak boleh mencemari alam. Kita sebagai binatang tidak boleh terpedaya oleh plastik. Semoga manusia  sadar bahwa harus membuang sampah  pada tempatnya kalau tidak dia akan ditimpa musibah bagi hidupnya, sekarang saja coba kita lihat bahwa tanah di beberapa titik tidak subur lagi   dan kelak kalau dibiarkan seperti ini maka bumi bisa marah" sahut si Cecen dan kemudian memeluk si Kambing tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun