Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kematian Seekor Kambing Betina

14 April 2019   21:02 Diperbarui: 14 April 2019   21:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya tidak mau mati keracunan pak," sahut si Pipi

Melihat sekitar perjalanan tidak ditumbuhi rumput hijau, si Popo pun bertanya, "Pak, kenapa disekeliling kita tidak ada rumput yang hijau tumbuh Pak?" sambil menatap keheranan.

"Itu adalah salah satu bahaya plastik bagi lingkungan, karena plastik tidak bisa terurai meskipun sudah bertahun-tahun, karena proses yang lama itu plastik mencemari tanah dan akhirnya tanah seperti yang  kita lihat sekarang, kering, dan mematikan tumbuhan," dan mereka pun melanjutkan langkahnya menelusuri rel kereta api.

Terik matahari panas sudah tidak dihiraukan lagi oleh segerombolon keluarga kecil Cecen. Cecen selalu mengajarkan anaknya untuk tidak merusak dan menggangu kehidupan manusia. Tapi si kecil pipi yang masih nakal sering menginjak kain jemuran manusia.

 Sampai akhirnya kami semua berlarian karena wanita berbadan gemuk mengejar kami, "Awas kalian kambing, nanti saya perintahkan Tuan kalian mengurung kalian di dalam kandang," ujar wanita tersebut yang jauh di belakang kami. 

Cecen dan anaknya ngos-ngosan untuk kabur. Untunglah Wanita gemuk itu tidak mengejar lagi ucap si Popo yang selalu melihat kebelakang. Cecen pun menuju sebuah pohon rindang.untuk bisa beristirahat dengan ke tiga anaknya "Pipi jangan diulangi kejadian seperti tadi!!" ucap sang bapak

"Kamu mau nanti kita dikurung dalam kandang dan tidak akan merasakan kebebasan seperti ini" ujar Popo yang berusaha mengatur pernapasannya
Si Pipi pun menundukkan kepalanya, 

"Maafkan Pipi, Pak, kakak, besok Pipi tidak akan mengulanginya lagi," ucap sesalnya.

"Jika kita hidup tidak menggangu ketenangan orang lain maka hidup kita akan bahagia dan tidak akan merasa  ketakutan" ingat itu untuk kita semua, paham?" tegas Cecen.

Sembari beristirahat di bawah pohon rindang. Angin yang berhembus menjatuhkan dedanaun pohon kering yang kadang menimpa bulu-bulu kambing yang sedang tertidur pulas. Ketika mereka tertidur pulas, terdengar suara minta tolong dari kejauhan. 

"Tolong, tolong, siapapun itu tolong aku" suara menjerit yang penuh kepanikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun