Bagi pelajar ataupun mahasiswa, pernahkah kalian mengeluh ketika awal pandemi Covid-19 karena segala hal dilaksanakan secara online?
Semisal pertemuan di kelas, ujian, pembayaran iuran sekolah atau SPP, bahkan pengumpulan tugas dilakukan secara online.Â
Lalu banyak yang mengeluh tidak dapat menyerap materi dengan baik karena pembelajaran dilakukan melalui cloud meeting.Â
Segala hal menjadi terbatas. Banyak yang memberontak ingin melanggar segala peraturan yang diberlakukan Pemerintah untuk menanggulangi pandemi ini.Â
Namun pada akhirnya, semua pelajar ataupun mahasiswa mulai terbiasa. Mereka mulai nyaman dengan keadaan yang sedang terjadi.Â
Tahukah kamu, semua ini bisa diprediksi melalui sudut pandang sosiologi?
Dalam pendekatan struktural fungsional yang dipopulerkan oleh Talcott Parsons, masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan.Â
Hubungan dalam masyarakat akan bersifat ganda, timbal balik, dan mutualisme.Â
Pada dasarnya, suatu sistem cenderung mengarah pada equilibrium dan memiliki sifat yang dinamis.Â
Jadi, segala disfungsi sosial atau penyimpangan sosial pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui proses adaptasi dan proses institusional.
Pada kasus ini, masyarakat perlahan akan beradaptasi dengan perubahan kondisi sosial yang ada.Â
Dan pada akhirnya, masyarakat akan merasa bahwa pandemi Covid-19 ini bukanlah apa-apa.Â
Semakin berjalannya waktu, masyarakat juga akan berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang serius yang sedang terjadi.
Begitu juga yang terjadi pada pelajar dan mahasiswa di Indonesia setelah kasus pertama positif Covid-19 yang terkonfirmasi pada awal Maret 2019.Â
Setelah lebih dari tiga tahun hidup berdampingan dengan virus ini, pelajar dan mahasiswa mulai merasa nyaman dengan keadaan yang membuat kegiatan pembelajaran dilakukan secara online, sekalipun pada awalnya mereka menolak.
Melihat kondisi saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencabut status pandemi Covid-19 di Indonesia sejak 2 Maret 2022, tepat tahun ketiga setelah Indonesia mulai menghadapi virus ini.Â
Hal ini dikarenakan jumlah kasus positif Covid-19 telah menurun sangat drastis.Â
Meskipun begitu, WHO belum mencabut status pandemi Covid-19 dunia, karena masih banyak negara yang belum berdamai dengan virus ini.
Berdasarkan kondisi sekarang, Pemerintah berani untuk mengembalikan keadaan seperti semula, termasuk bagi pekerja dan pelajar.Â
Pemerintah berusaha untuk membuat segala kegiatan belajar mengajar di Indonesia menjadi offline kembali.Â
Namun, bukannya disambut dengan antusias, banyak pelajar dan mahasiswa justru mengeluh dengan keputusan ini.
Padahal pada awal pandemi, mereka sangat tidak setuju apabila kegiatan pembelajaran dilakukan secara online.
Itulah yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan pendekatan struktural fungsional.Â
Masyarakat, termasuk pelajar, yang awalnya menganggap pandemi ini sebagai suatu disfungsi sosial, kemudian secara perlahan berdamai dan beradaptasi dengan kondisi ini, lalu hasil akhirnya adalah pandemi Covid-19 dianggap sebagai sesuatu yang normal dalam masyarakat.
Meskipun begitu, setiap bagian masyarakat diharap untuk mematuhi segala hal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, termasuk para pelajar.Â
Bagaimanapun, pendidikan merupakan hal yang krusial bagi masa depan Negara. Untuk itu, diharapkan setiap pelajar dan mahasiswa berkontribusi besar dalam perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H