Meskipun aku telah jauh dari ayahku, perkataannya yang selalu diucapkan ketika masih di rumah ternyata masih juga aku dengarkan. Namun, ada hal yang berbeda. Perkataan itu tidak lagi aku dengarkan setiap minggunya karena ayahku jarang ada di rumah ketika aku melakukan panggilan suara. Jadinya aku hanya berbicara dengan anggota keluargaku yang lain.
Jarak yang jauh antara aku dan ayahku tak menjadi penghalang bagi ayahku untuk tetap menjadi pejuang dalam hiduku. Selama aku berkuliah secara tatap muka, ia tetap memperhatikan segala sesuatu yang aku butuh dalam proses perkuliahan. Terkadang aku tak perlu mengeluarkan suara, ayahku sudah mengetahui apa maksudku jika kau menanyakannya. Terkadang tentang uang jajan, uang buku, atau uang perkuliahan lainnya. semua itu diperhatikannya hingga aku menyelesaikan tugas akhirku. Â
Perjuangan ayahku tidak berakhir sampai di tugas akhirku, namun ia tetap berjuang untuk dapat menghadiri prosesi wisudaku. Di tengah nilai perekonomian yang semakin tinggi banyak hal yang harus diusahakan. Termasuk bagaimana ia harus mencari uang untuk membeli tiket keberangkatan untuk menghadiri wisudaku. Katanya, ia akan berusaha untuk dapat hadir dalam prosesi wisudaku karena hal ini hanya terjadi sekali dalam 4 tahun aku menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan. Itulah yang menjadi motivasi baginya untuk dapat menghadiri wisudaku.
Hari ini, tepatnya tanggal 17 Mei 2024 aku mengikuti setiap prosesi wisuda. Dalam prosesi ini, aku di dampingi oleh ayahku dan juga kakakku. Aku sangat berbahagia akan semua ini. sesuatu yang tidak aku harapkan ternyata sudah dipikirkan oleh orang tuaku. Sungguh sesuatu yang sangat berharga, momen sekali dalam 4 tahun perjuanganku akhirnya bisa dihadiri oleh keluargaku meskipun tak lengkap. Terima kasih Tuhan, dan terima kasih buat semuanya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H