Mohon tunggu...
diko siadari
diko siadari Mohon Tunggu... Administrasi - Creator

"TIME IS MONEY"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Filosofi Budaya Batak Toba Dalam Dunia Pendidikan

15 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 15 Januari 2025   14:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: gogle/shutterstock))

 

 (Sumber: Canva.com))
 (Sumber: Canva.com))

 (Sumber:Canva.com))
 (Sumber:Canva.com))

ABSTRAK

Kelompok etnik Batak Toba mempunyai filosofi budaya dalam membimbing kehidupan mereka, untuk menggapai filosofi tersebut mereka melaksanakan pendidikan karena mereka sadar bahwa pendidikan merupakan anak tangga dalam mencapai filosofi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: mengkaji filososfi budaya Batak Toba dalam membentuk pola pikir Kelompok etnik Batak Toba terhadap pentingnya dunia pendidikan. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan pendeskripsian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka sebagai bahan literatur yang dapat menyajikan data dan disertai dokumen pendukung yang menjadi referensi penting dalam kajian ini. Hasil penelitian diketahui bahwa filosofi budaya kelompok etnik Batak Toba dapat dikatakan tertuju pada daya dan upaya mencapai kepemilikan sahala dan pemahaman tentang manusia rajawi. Yang tertuang pada sahala adalah hagabeon (memiliki keturunan), hasangapon (kehormatan yang dicapai lewat pendidikan, dan pengalaman), dan hamoraon (kekayaan). Dan dalam konsep manusia rajawi tertuang kemerdekaan dalam mengembangkan diri, keleluasaan dalam membangun visi dan mengejar ambisi hidup. Dalam mencapai nilai hagabeon, hasangapon, hamoraon dan ambisi hidup adalah dengan menjalani pendidikan guna membentuk pola pikir yang baik dan mendapatkan pengetahuan. Sehingga tidak mengherankan bahwa, pendidikan pada kelompok etnik Batak cukup berkembang dan maju.

 PENDAHULUAN

Negara Indonesia mempunyai ber- bagai macam suku atau etnik yang ting- gal saling berdampingan, dimana Indo- nesia adalah negara yang kaya akan bu- daya serta adat istiadat dari Sabang sam- pai Merauke dan setiap daerah memiliki nilai dan norma tersendiri yang berlaku secara umum untuk membentuk karakter masyarakatnya sesuai dengan kebuda- yaannya. Kesatuan hidup manusia dan sa- ling berinteraksi antar sesama menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama disebut masyarakat  (Koentjaraningrat,  2015:

116). Selanjutnya Jenks (2008: 9-10) mengatakan, kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup suatu kelompok dan menghadirkan suatu kondisi per- kembangan intelektual dan moral di dalam masyarakat. Budaya terbentuk dari sekelompok orang terorganisasi yang mempunyai tujuan, keyakinan dan nilai- nilai yang sama, dan diukur melalui pengaruhnya pada motivasi.

Kebudayaan ada karena adanya ke- lompok etnik, yang dimana kebudayaan menuntun atau membimbing kehidupan kelompok etnik tersebut. Di Indonesia kelompok etnik yang menonjol dan sang- at dikenal oleh kelompok etnik lainnya adalah kelompok etnik Batak Toba ka- rena mereka mempunyai kompleks "har- ga diri" yang ditafsirkan sebagai keingin- an untuk menjadi "nomor satu". Hal ini dapat dilihat bahwa kelompok etnik Ba- tak Toba hidup dengan cara berpindah- pindah untuk mempertahankan kehidupan mereka dan mencari kemakmuran di tem- pat lain (Kraemer dalam Pelly, 2013: 123).

Kelompok etnik Batak-Toba dari Sumatera bagian Utara adalah salah satu sub-etnis dari Etnis Batak, yang terdiri dari Toba, Karo, Simalungun, Man- dailing, Angkola, dan Pakpak. Dalam perkembangannya, masyarakat Batak- Toba masuk dalam klasifikasi wilayah Batak bagian Selatan seturut dengan Angkola dan Mandailing (Sibeth dalam Siagian, 2017). Kelompok etnik Batak Toba sebagai bagian dari kelompok etnik Batak yang mempunyai filosofi budaya, yang dimana filosofi ini akan menuntun dan menjadi pedoman kelompok etnik Batak Toba dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat dari arsitektur rumah adat etnik Batak Toba, dimana rumah adat etnik Batak Toba adalah hal terluar dari kebudayaan kelompok etnik Batak Toba yang dapat kita lihat secara jelas. Atap rumah etnik Batak Toba memiliki atap depan yang lebih tinggi daripada atap yang di belakang. Hal itu mengandung filosofi bahwa anak seharusnya lebih tinggi dari- pada orang tua, yang dalam falsafat Batak-nya panangkokhon ma ianakhon sian natorasna. Artinya, anaklah yang harus dikedepankan, agar lebih maju mengharumkan nama orang tua (Purba et al., 2017: 220). Filosofi ini menuntun agar anak berhasil dan mau berjuang di dalam kehidupannya sehingga harkat martabat keluarga terangkat dari usaha si anak. Filosofi lainnya yang sering diku- mandangkan oleh kelompok etnik Batak Toba adalah Hamoraon (Kekayaan), Hagabeon (banyak keturunan), dan Ha- sangapon (kehormatan) (Simanjuntak, 2011: 142)

Filosofi tersebut tertanam di setiap pola pikir kelompok etnik Batak Toba yang dimana mereka harus dapat melak- sanakan nilai dari filosofi budaya kelom- pok etnik tersebut. Untuk mendapatkan tujuan tersebut, kelompok etnik Batak Toba mengutamakan pendidikan dan melaksanakannya dalam menggapai tuju- an pandangan hidup tersebut. Dengan pendidikan, kelompok etnik Batak Toba mengakui bahwa mereka akan dapat melaksankan tujuan dari filosofi atau ni- lai budaya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun