Bocornya data diri pribadi memungkinkan pelaku sering menjual kepada perusahaan marketing yang kemudian menggunakannya untuk mengirimkan berbagai bentuk spam, baik melalui pesan singkat, telepon, atau email.
Hal ini sering terjadi pada diri kita atau orang terdekat kita, dan sangat mengganggu, disisi lain dapat menjadi pintu masuk bagi serangan phising dan penipuan lainnya.
4. Digunakan untuk melakukan penipuan
Sering kali dilakukan ketika pelaku memiliki data pribadi korbannya yang cukup lengkap, maka penipu akan menelepon kita dan berpura pura seolah kenal kita, lalu si penipu dapat membuka akses ke akun keuangan pribadi, seperti akun bank, kartu kredit, atau bahkan mengambil pinjaman atas nama orang lain. Penipuan ini bisa berdampak serius pada kondisi finansial dan kehidupan pribadi korban.
5. Data diri bisa digunakan untuk mencuri uang di rekening korban
Hal seperti ini sering terjadi kepada orang tua / lansia , Informasi seperti nomor rekening bank, nomor kartu kredit, dan data verifikasi lainnya dapat digunakan oleh pelaku kejahatan untuk mengakses dan mencuri uang dari rekening korban. akibatnya bisa menyebabkan kerugian finansial yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk pulih kembali.
6. Data diri bisa dicuri sebagai identitas palsu pelaku kriminal
Biasanya pekerja gelap, imigran gelap dan pelaku kriminal dapat menggunakan identitas curian untuk menjalankan aktivitas ilegalnya, menghindari penangkapan, atau menipu pihak berwenang. Hal ini tidak hanya membahayakan pemilik data asli tetapi juga mempersulit upaya penegakan hukum untuk menangkap pelaku sebenarnya.
      Tak berhenti disitu, peran perusahaan dan instansi pemerintah juga dibutuhkan untuk memperkokoh arsitektur data digital. Perusahaan dan instansi yang menghimpun data pribadi masyarakat harus bijak dan bertanggung jawab dalam mengelola data yang mereka miliki. Perusahaan dapat merekrut orang-orang yang berkapabilitas untuk mengelola basis data mereka sehingga hacker tidak dengan mudah melakukan aksi pencurian data.
Kita sebagai pemilik data juga dapat melakukan pencegahan dalam meningkatkan literasi keamanan data digital, seperti mengecek akun secara rutin, tidak menggunakan kata sandi yang sama di setiap akun atau membuat sandi yang rumit dan tanda spesial, bijak dalam membagikan data pribadi (KTP, e-mail, dan lain sebagainya), dan berhati-hati dalam mengunjungi situs atau mengunduh aplikasi yang berbau penipuan atau phising. Perlu diingat, data pribadi merupakan hal privasi yang harus bisa sama-sama kita jaga dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H