Mohon tunggu...
Diki Zakaria
Diki Zakaria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Pemula yang masih belajar

Teruslah Menulis, maka engkau akan dikenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Baru Hijriah, Pengantin Muda Baru, dan Akhirnya Jadi Duda Janda Muda

6 September 2020   00:42 Diperbarui: 6 September 2020   00:33 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Judul yang sangat membuat saya bahagia dan tak lama langsung menulis ini. Tak bisa dimungkuri di era millenial yang serba cepat dengan arus informasi maupun arus lain seperti berita artikel, essay sampai hasil penelitian orang lain begitu cepat bisa kita temukan. Namun ingat, alat hanyalah alat yang bagaikan dua mata pisau.

Saya berangkat dari fenomena pengaruh akun media sosial di beberapa platform yang semakin masif menyebar dakwah untuk segera menikah di usia muda dengan dalih melaksanakan "Sunnah Nabi"  lalu "Mending Nikah Daripada Zina".

Belum sampai sana ada Pepatah yang lebih wow menurut saya, yakni "Jangan Takut Nikah, toh rezeki sudah ada yang ngatur. Nanti malah berkali lipat Rezekinya jika sudah menikah" itulah beberapa temuan saya selama ini makin meningkatnya pengaruh akun dakwah ini. Lalu timbul lah pertanyaan "Memang salah ya Nikah Muda? kan itu ibadah juga". 

Tak lama setelah itu munculah narasi, "Emang enak nikah muda, mending kayak Gue bebas jomblo".  Di sini saya tak berusaha memihak namun narasi itu bertujuan untuk mengkritisi fenomena Hijrah yang berlanjut untuk nikah muda. Memang wajar dengan lawan kritis tersebut, mengingat dampak dari nikah muda itu begitu terasa di kalangan anak muda yang semakin "Bernafsu" untuk menikah muda. 

Karena kita tak bisa menutup mata, bahwa laporan terkini dari berbagai sumber media berita maupun lembaga pemerintah yakni Mentri Agama bahwa peningkatan pernikahan usia muda begitu pesat beriringan pula dengan angkat perceraian yang tinggi pula. 

Sedikit info bahwa dari sebuah kota mengatakan angka peningkatan perceraian meningkat tiga kali lipat Gais. Sungguh fenomena yang membuat saya B aja sih. 

Karena saya sudah menemukan peristiwa begini dilingkungan saya tinggal begitu banyak janda-janda gemes yang padahal baru melahirkan karen ditinggal suami. atau istri yang menggugat suami karena alasan ekonomi. ya, ekonomi adalah faktor yang sangat tinggi yang menjadi faktor pendorong untuk bercerai. 

Mengingat faktor yang satu ini menempati posisi pertama di Indonesia yang menjadikan rumah tangga "Hancur". Padahal ekonomi gak berbuat apa-apa loh, kok disalahin?? hahay.

Oke lanjut, lalu kenapa ini bisa terjadi? jawabannya adalah kesiapan dan kematangan mental pasangan muda yang membuat ini semua terjadi. Saya tak pernah menyalahkan orang untuk menikah di usia muda. 

Saya juga tak pernah menyalahkan akun pesbuk yang gencar untuk mendakwahkan nikah muda. Salah satunya Motivator nikah Setia Furqon Khalid, Jujur saat SMA saya pernah beberpa kali ikut seminar beliau karena gak ada kerjaan aja dan hampir terjebak pada Seminar yang Toxic dan menyesatkan. 

Namun di sini saya hanya ingin mengungkap kenapa orang bisa begitu banyak yang bercerai. Karena itu tadi si pasangan inilah yang bermasalah sebenarnya. 

Pernikahan yang dipahami hanya lewat drama korea atau sinetron Dillan dan kawannya membuat CINTA (Baca : Bucin) adalah motor penggerak dalam membangun paradigma ini. 

Tentu jelas kesiapan masing-masing pasangan sangat diperlukan dengan pemahaman dan penguatan mental yang kuat pula. Akan tetapi kita telah terkecoh dengan sisi romantisme masa lalu ayah dan bunda saat menjalin kasih yang indah dan menyenankan. Padahal era nya sekarang jauh berbeda. 

Mental anak zaman sekarang yang gak sabaran, suka main TIKTOK dan pengen cepat-cepat membuat si pasangan muda ini lupa bahwa segala sesuatunya itu harus disiapkan. 

Tentu hal utama yang harus disiapkan adalah ILMU, untuk solat aja yang prakteknya tak sampai 10 menit ini kita butuh belajar ngajinya bertahun tahun. Apalagi pernikahan yang pelaksanaanya seumur hidup hidup? Bisa lah anda simpulkan. 

Lalu berikutnya adalah masalah Sunnah atau ibadah ini sangatlah bahaya jika disalah artikan. padahal makna yang sesungguhnya yakni ibadah beserta ilmunya harus siap lalu ibadah itu bukan hanya satu gais. Melainkan banyak sekali bentuk ibadah yang bisa kita jalani. 

Merawat anak yatim, sekolah/belajar ke jenjang yang lebih tinggi, naik haji, membantu oran tua membelikan garam ke warung, bantuin baca artikel ini agar banyak yang baca dan lainnya. 

Lalu berikutnya rezeki, padahal sudah jelas tiap manusia sudah diberikan Rezekinya masing-masing. Nah makna ini yang sebenarnya kita harus kritisi. 

Dalam QS Ar-Rad ayat 11 sudah jelas, bahwa Alloh SWT tak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu yang mengubahnya. Makna ini bisa kita dapat pahami, kalo kita gak berusaha ya kita gak akan berubah. masalahnya anak muda now itu kerjaan belum kuat (Serabutan) dan belum stabil apalagi finansial dan mental. Akan sangat berbahaya jika ini hanya diyakini dengan taqlid buta. Bahwa segala sesuatu nya itu mesti di pahami secara mendalam.

Lalu yang terakhir ada jargon "Untuk menghindari ZIna", ya kalo kalo hanya sekedar mengindari Zina ya gampang. Bukan dengan Nikah Muda tapi Mati muda.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun