Mohon tunggu...
Diki Yakub Subagja
Diki Yakub Subagja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang Kota Tangerang Selatan

Mahasiswa Fakultas Hukum yang senang dengan perkembangan isu Sosial, Politik dan Hukum yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Raja & Ratu Bersengketa Soal Tahta, Rakyat di Mana?

27 Agustus 2024   16:25 Diperbarui: 27 Agustus 2024   16:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untungnya, pada tanggal 22 Agustus 2024 kemarin berbagai gabungan dari unsur masyarakat merespon gerakan manuver politik si "Raja Jawa" itu dengan melakukan aksi demonstrasi di berbagai wilayah untuk menghentikan gerakan manuver politiknya.

Meskipun pada saat itu masyarakat berhasil menghentikan manuver politiknya, namun masyarakat tetap harus waspada dengan manuver politik si "Raja Jawa" selanjutnya.

Kejadian menarik terjadi di wilayah Provinsi Banten, dimana disitu biasanya menjadi tempat kontestasi dari berbagai keturunan dinasti, yaitu dari keluarga Atut Chosiyah, Jayabaya dan Dimyati.

Dalam Pemilihan Kandidat Calon Gubernur Banten sempat mengalami drama politik yang mencuat kepada media massa yaitu tentang "Ratu Banten Melawan Raja Jawa". Kejadian tersebut bermula dari Airin Rachmy Diany yang merupakan kader Golkar dan Adik Ipar dari Ratu Atut tidak diberikan rekomendasi oleh DPP Partai Golkar untuk menjadi Calon Gubernur Banten.

Justru, DPP Partai Golkar pada hari Senin (26/8) itu malah memberikan rekomendasi kepada pasangan Andra Soni dan Dimyati Natakusumah karena mereka adalah bagian dari proyek politik pusat untuk memperkuat dan mempermulus jalan KIM Plus di berbagai wilayah.

Mengetahui hal itu, sontak Airin langsung melakukan manuver dengan masuk kedalam partai oposisi yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan di deklarasikan pada saat bersamaan dengan rekomendasi DPP Golkar kepada Andra Soni dan Dimyati.

Manuver Airin itu menjadi simbol "Ratu yang Menolak Tunduk" terhadap hegemoni si "Raja Jawa" yang ingin memperluas jaringan kekuasaannya. Yang pada akhirnya, Manuver Airin tersebut memperoleh hasil positif pada hari selasa (27/8), dimana DPP Golkar berubah sikap untuk kembali menyatakan dukungannya kepada Airin karena merupakan kader partainya.

Dari peristiwa tersebut menggambarkan bahwasanya pada era politik saat ini ada seorang Raja dan Ratu yang sedang berebut Tahta. Namun, bila kita pertanyakan bersama, sebenarnya Tahta itu milik siapa? dan fungsi dari Tahta itu untuk siapa? Tentu Tahta itu milik rakyat dan untuk rakyat! Tapi kemana rakyat hari ini?

Kita sebagai rakyat yang berdaulat atas kemerdekaan negara ini apakah akan terus menjadi penonton dan saksi bisu dari peristiwa perebutan kekuasaan oleh beberapa kelompok keluarga saja? Atau kita akan mengambil tindakan bersama supaya rakyat diberikan kesempatan yang sama? Tentu itu kembali kepada pilihan hati nurani dan akal sehat kita masing-masing.

Namun, apabila masyarakat tidak pernah mengambil peran yang sangat strategis dalam setiap kesempatan, maka peran tersebut akan diambil alih oleh beberapa kelompok kekuasaan yang rakus akan segala hal.

Apakah kita sebagai rakyat akan tetap diam ketika melihat saudara-saudari kita yang masih kelaparan, tidak bisa sekolah, tidak mendapatkan layanan kesehatan, tidak mempunyai tempat tinggal bahkan menjadi kacung di tanah warisan orang tua mereka sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun