Situasi digerbong padat padahal nomor tempat duduk tercantum di Tiket.
Kereta api ekspres yang saya naiki pagi ini padat sekali, tiap stasiun selalu ada penumpang naik, kategori kereta yang saya naiki ini patas, namun tidak dapat dipungkiri kepadatannya seperti yang bisa pembaca lihat dalam foto yang saya ambil dari dalam gerbong. Padahal logikanya “apabila tiket dibatasi, maka kereta api tidak akan penuh”. Namun melihat dari minimnya pengawasan tiket disetiap stasiun berimplikasi pada ketidaknyamanan penumpang yang sudah mengorbankan membeli tiket Rp 8000,-. Saya juga tahu gitu mending gak usah membeli tiket. Di tiket yang saya beli tercantum nomor tempat duduk EKO 5, 19 E.
Bukan berburuk sangka. Menurut asumsi saya, melihat dari kepadatan (orang yang sudah membeli tiket) yang menunggu pada peron di stasiun Serang pagi itu menurun 25% dari yang saya amati sebelum adanya sistem pembatasan tiket.
Jumlah gerbong kereta api yang saya naiki pagi itu tepatnya ada 8 rangkaian dengan total kursi per rangkaian 4 (A, B, C, D) dikali 18 atau 19 baris atau sekitar 72 s/d 90 total penumpang per rangkaian gerbong. Berarti kurang lebih besarnya ada 720 penumpang didalamnya. Kereta api sudah overload sejak saya naik dari stasiun Serang. Masih ada 4 stasiun yang kereta api harus singgah diantaranya Walantaka, Cikeusal, Catang dan Jambu Baru, barulah sampai Rangkasbitung.
Melihat sudah penuhnya kereta yang saya tumpangi itu membuat saya berasumsi bahwa pembatasan tiket KA Lokal Patas Merak hanya menurunkan beberapa persen total keseharian penumpang yang naik sebelum tiket dibatasi (menurunkan kisaran 28% s/d 40% total penumpang per stasiun). Sehingga meskipun dibatasi, tetap saja kereta api ekonomi ini akan penuh, berbeda halnya dengan KA Kalimaya dan KA Rangkas Jaya yang pernah saya naiki 3 hari sebelumnya.
Tak terlepas dari itu, penumpang tak bertiket merenggut hak penumpang yang membeli tiket. Ini hanyalah suatu analisis melihat langsung dari keadaan lapangan. Dan data yang digunakan hanya perkiraan.
Sungguh ironis, transportasi sejuta umat yang harusnya bisa menjadi alternatif masa depan malah belum bisa dikelola secara maksimal. Semoga kedapannya PT KAI bisa berbenah dalam membangun transportasi kereta api yang nyaman, aman dan tertib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H