Mohon tunggu...
Diki Septian
Diki Septian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bani Adam

Seorang manusia dari Bani Adam yang mempunyai mimpi besar untuk bisa bermanfaat untuk apapun yang ada di bumi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Burundi: Surga yang Serupa Neraka

9 Juni 2023   04:10 Diperbarui: 9 Juni 2023   05:18 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah kah teman teman merasakan bagaimana sejuknya udara di pagi hari dengan sebuah sajian pemandangan berupa pegunungan hijau dan langit biru yang sangat cerah, sembari menikmati secangkir kopi yang di padukan dengan hangatnnya sepiring pisang goreng, kemudian kicauan burung burung terdengar ramai hingga aliran sungai terdengar sangat tenang di telinga.

Indah bukan hari hari tersebut ? ya , saya rasa teman teman mungkin pernah mengalami hari hari tersebut, secara hari hari itu mungkin adalah hari hari yang sering kali di rasakan bagi orang orang yang tinggal di Indonesia .  

Kenapa hal tersebut bisa terjadi ? salah satu hal dasarnnya adalah karena Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis, sehingga hari hari tersebut bisa banyak sekali di rasakan oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia,  Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang memiliki iklim tropis, hal tersebut di dasari karena indonesia secara georafis di lalui oleh sebuah garis khatulistiwa, sehingga hal tersebut menimbulkan sebuah keseimbangan iklim yang terjadi di sebuah wilayah tersebut, dampak lainnya keberagaman flora hingga fauna memungkinkan tumbuh beragam di wilayah tersebut, tak lupa juga sumber daya alam pun ikut melimpah di wilayah tersebut, maka tak jarang wilayah wilayah yang di lalui oleh garis khatulistiwa banyak yang memilki sumber daya alam yang melimpah, bahkan sering kali di juluki sebagai surga nya dunia.

Namun ternyata tidak semua wilayah/ negara yang di lalui oleh khatulistiwa itu bisa memiliki suatu kehidupan lingkungan yang layaknnya seperti surga, hal ini bukan di sebabkan karena kurangnnya sumber daya alam , tetapi adanya beberapa faktor yang memang membuat sumber daya alam itu justru tidak bisa di nikmati atau di manfaatkan dengan baik sehingga tidak bisa menimbulkan suatu kehidupan yang indah.

Mari kita berkenalan dengan salah satu negara yang berada di daerah Afrika, yang memiliki geografis hampir sama dengan Indonesia, namun justru untuk kehidupannya berbeda drastis dengan Indonesia, tidak ada julukan Surga dunia di negara tersebut, justru yang ada hanya Julukan Neraka Dunia.

Negara itu adalah Burundi, salah satu negara yang berada di kawasan benua Afrika, yang terletak berada di tengah tengah Benua Afrika yang secara geografis di lalui oleh garis Khatulistiwa. Secara Ilmu Astronomi, Khatulistiwa adalah garis khayal yang mengelilingi bumi dan terletak melintang pada nol derajat yang kemudian membagi bumi menjadi dua belahan yang sama, yaitu belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, secara pembagian belahan bumi yang di lalui garis khatulistiwa memiliki presentase keseimbangan iklim yang sempura di  banding yang tidak di lalui,

Biasa belahan bumi yang di lalui oleh garis Khatulistiwa memiliki banyak presentase yang lebih banyak mendapatkan sinar matahari sehingga menyembabkan suatu daerah yang di lalui khatulistiwa cenderung ber iklim tropis dan hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim panas, kemudian biasanya kondisi wilayah yang memiliki iklim tropis biasannya memiliki tingkat keragaman sumber alam yang sangat banyak. 

Hal ini bisa di lihat dari salah satu contoh wilayah yang di lalui garis khatulistiwa, salah satunya adalah Negara Indonesia yang sudah tidak asing lagi di mata dunia tentang kekayaan hayati yang di miliki oleh Negara Indonesia, berbagai sumber daya alam banyak tersedia di wilayah Indonesia, makanan, hewan hingga hasil tambang bisa dengan mudah di peroleh di wilayah Indonesa ,  hal tersebut di dasari karena wilayah Indonesia secara geografis berada di dalam siklus garis khatulistiwa sehingga bisa memperoleh hal tersebut.

Di Belahan Dunia ini tidak hanya wilayah indonesia saja yang di memiliki kelebihan tersebut, banyak negara negara yang sama memiliki kelebihan dan memiliki keutungan di lalui oleh garis khatulistiwa, salah satu contohnnya adalah negara Burundi yang berada di wilayah benua Afrika, namun ternyata walaupun Burundi ini memiliki keuntungan dengan di lalui khatulistiwa, ternyata perihal nasib dan keadaannya cukup berbeda dengan apa yang terjadi di wilayah Indonesia.

Penyebab Konflik Etnis Burundi

Tahun 1962 Burundi Merdeka dari masa koloni Belgia dan menjadi negara sendiri , namun proses kemerdekaan itu tidak membuat Burundi menjadi lebih baik lagi dan cenderung memburuk, hal itu bermula dari pengaruh pertikaian dari etnis peduduk burundi yang dihuni oleh 3 etnis dintaranya  Thusi, Huti dan Twa, total populasi di burundi 85% itu berasal dari etnis hutu dan memiliki profesi sebagai petani, kemudian total penduduk  14% berasal dari etnis Thusi yang banyak berprofesi sebagai  peternak .

Etnis Thusi walaupun secara jumlah mereka ini lebih kecil tapi secara status sosial etnis Tuti ini kedudukannya jauh lebih tinggi dari pada etnis huti yang merupakan etnis mayoritas , menurut Boy times hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu

Faktor Sterogratype yang mana secara penampilan fisik  etnis Thusi  jauh lebih menarik, memiliki tubuh tinggi, kurus dan memiliki kulit yang lebih hitam, berbeda dengan etnis Huti yang memilki ciri fisik tinggi yang lebih pendek, gempal dan memiliki kulit yang lebih coklat, kemudian

Faktor ekonomi yang mana etnis Thusi jauh lebih berkecukupan karena berpropesi sebagai peternak, ketimbang etnis Huti yang hanya berprofesi sebagai petani. Kemudian hal ini di perburuk oleh aturan yang di buat oleh kolonial belgia, yang mana tolak ukur dari kekayaan seseorang itu harus terukur dari kepemilikan hewan ternak, dan mengelompokan orang orang yang mempunyai lebih dari 10 hewan ternak akan di angap sebagai orang Thusi dan yang kurang dari 10 akan di anggap sebagai orang Huti.

 Sehingga dari hal tersebut terciptalah sebuah kasta yang mana etnis Thusi jauh lebih tinggi ketimbang etnis Hutu yang mayoritas dan dari hukum kasta tersebut tercipta juga pembatasan pembatasan hak yang bisa di miliki, diantaranya hak hak pendidikan yang hanya di miliki oleh etnis Thusi saja dan etnis Huti hanya di perbolehkan untuk menjadi tenga kasar di bawah pemerintah koloni Belgia,  dari hal ini lah yang menjadikan cikal bakalnya terjadi beberapa konflik yang berlangsung di Burundi, yang mana penyebab intinya adalah berawal dari ketidak akuran dari etnis yang berada di Burundi yang itu pun tiada lain di sebabkan oleh aturan Kolonialisme yang membuat percikat ketikaakuran dari penghuni etnis yang berada di Burundi.

Sehingga sampai saat ini Burundi banyak mengalami masa konfik yang cukup sering setelah berhasil melaksanakan kemerdekaan, Negara Burundi di sinyalir memiliki riwayat konflik yang sangat lama dan banyak namun tetap bersumber dari pengaruh Etnis Thusi dan Huti, yang di mulai pada tahun 1966 -- hingga sedikit meredam di tahun 2005 pada kesepatakan Arusha, hingga saat ini konflik pemberontakan itu sebernarnnya masih terjadi walaupun dengan arus kekuatan yang tidak begitu besar seperti di era tahun 2005 kebelakang. 

Dampak Konflik Etnis Burundi

Dari hal Konflik itu lah yang menyebabkan kondisi Negara Burundi ini sangat buruk dan pemerintah tidak mementingkan dalam berbagai aspek, baik itu dalam pendidikan, sosial hingga ekonomi, sehingga menyebabkan Burundi sebagai Negara Paling Miskin Di Dunia, padahal Burundi ini memilki Sumber daya Alam yang sangat melimpah.

Lembah Subur  Burundi menjadi tempat ideal untuk berbagai tanaman komoditas seperti kopi, teh, pisang, jagung dan sebagainya. Dan 90% dari pendapatan berasal dari komoditas pertanian, kemudian hasil tambang di Burundi juga sangat melimpah  seperti material material langka yang hanya bisa ditambang di burundi. Namun ketersediaan Sumber Alam yang kaya di Burundi tidak bisa di manfaatkan secara baik dan tidak di rasakan oleh Masyarakatnya, bahkan Menurut  data GNI "Gross national income"  pada 2020 menyebutkan bahwa Burundi adalah negara termiskin di dunia dengan pendapatan perkapita (GNI USD 270) atau sekitar Rp.4.050.000/pertahunnya. 

Sangat tidak wajar melihat kondisi sumber daya alam yang di miliki tidak bisa membuat suatu kesejahteraan terhadap negarannya. Hal yang  menyebabkan Burundi memiliki kondisi ekonomi seperti ini adalah karena kondisi kesetabilan masyarakat di Burundi sangat buruk, yang ber akar mulai dari Konflik yang kemudian menjalur kesetiap aspek termasuk Pendidikan, Sosial dan Ekonomi.

     - Kondisi Sosial.

Kondisi Sosial masyarakat Burundi juga sangat memprihatinkan diantarannya per soal pernikahan, di Buruni banyak yang menormalisasi pernikahan di bawah umur, ada sekitar 20% perempuan Burundi  yang menikah di bawah usia 18 tahun, di tambah lagi angka kelahiran anak di Burundi sangat tinggi dalam satu keluarga di Burundi  rata-rata memilki  5 sampai 6 anak, hal itu sebetulnya jauh lebih baik karena pada sebelumnya rata rata satu keluarga Burundi memiliki sampai 30 anak.

Selain angka kelahiran bayi yang tinggi, angka kematian anak diburu ini juga ternyata sangat  bahkan jadi salah satu yang tertinggi di dunia, hal ini di dasari karena tingkat kesehatan secara umum di Burundi sangat rendah, banyak anak-anak yang kekurangan gizi, kemudian lingkungan yang  kotor menjadi tempat tinggalnya. Bahkan disinyalir sebagian keluarga di Burundi memiliki rumah yang hanya memiliki satu ruangan namun di pakai untuk bebagai fungsi yang banyak, baik itu masak,makan bahkan tidur. Selain itu juga rumah rumah di Burundi tidak memliki toilet dan sanitasi yang tidak baik,  dari hal itulah yang akhirnya menjadi sumber sarang penyakit, dan yang menjadi salah satu penyakit akademik paling mematikan di Burundi adalah malaria, hal ini di dasari karena tercatat banyak kematian yang terjadi karena penyebab dari  gigitan nyamuk.

     - Kondisi Ekonomi

Bidang ekonomi masyarakat Burundi kebanyakan memanfaatkan sepeda sebagai tranfortasi kebutuhan akomondasi, sepeda di Buruan hitungannya sepert barang mewah, mempunyai  sepeda di Burundi setara dengan kepemilikan mobil di Indonesia. Sepedah di Burundi biasanya dimanfaatkan  sebagai alat transportasi mulai dari jadi kendaraan pribadi, keluarga, jadi angkutan umum semacam kayak Ojek, dan kebanyakan di gunakan sebagai alat jasa untuk menarik hasil pertanian.

Infrastuktur jalanan di Burundi hanya baru 14 persen nya yang sudah di aspal dan sisanya ya masih jalan tanah, dan di sinyalir ternyata para pesepedah Burundi itu kebanyakan mengankut hasil pertanian ke berbagai provinsi dan kebanyakan trek nya memiliki jalur naik turun. Masyarakat Burudi sering melkukan hal tersebut karena ada kebutuhan ekonomi yang perlu mereka dapatkan, sehingga mereka tidak mempedulikan jarak, jalu, trak, hingga bawaan yang mereka bawa, bahkan biasa mereka membawa hasil pertanian itu bisa sampai 200 kg menaiki sepedah. 

Walaupun dengan tantangan yang sangat sulit itu, ternyata umah yang di hasilkan dari pekerjaan itu tidak sebanding dengan upah yang di berikan, Mereka cuma dibayar sekitar 1400 Franc Burundi, atau kurang lebih Sekitar Rp 10.000 Rupiah, padahal jarak yang merka lalui bisa sampai 30 km dalam sekali pemberangkatan.

    - Kondisi Pendidikan

Pendidikan di Burundi di katakan sangat kurang hingga sekarang, bahkan menurut UNICEF meskipun sekarang tingkat pendidikan dasar di sana meningkat tapi jumlah anak yang melanjutkan kependidikan tingkat selanjutnya rendah banget mandet di SD. Kemudian hal ini juga di perparah dengan kebijakan yang di buat oleh pemerintah Burundi yang sama sekali tidak mengutamakan pendidikan masyarakat nya.

 Sehingga hal ini yang menyebabkan masyarakat tidak teredukasi dan akhirnya di sana selalu muncul masalah-masalah baru salah satunya seperti permasalahan sebelumnya dan yang paling signifi kan masalah pemanfaatan sumber daya alam, yang mana sebelumnya di jelaskaan bahwa Burundi memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat banyak dan Masalah lainnya masyarakat Burundi tidak mengetahui  cara mengeksploitasi sumber daya alam, sehingga tanah subur yang mereka miliki tidak bisa menghasilkan kebermanfaatan lebih untuk mereka, bahkan di beberapa wilayah di Burundi mengalammi banjir parah. 

Hal itu di dasari karena kurangnya pendidikan di Burundi sehingga mayoritas masyarakat Burundi tidak memiliki keinginan untuk maju maju kalau dan merasa sudah nyaman menjadi ojek sepeda atau pengantar hasil Pertanian.

Faktor-faktor ini lah yang menjadikan Burundi ini akhirnya bukan hanya dinobatkan sebagai negara paling miskin di dunia, namun ternyata menjadi salah satu negara yang tidak bahagian dan negara paling kelaparan di dunia. Hal ini di sebabkan terhadap faktor utamnya adalah karena terjadinya sebuah konflik yang terjadi di Burundi, sehingga dari dulu hingga sekarang tidak ada unsur yang mempunyai satu tekad untuk mesejahterakan satu Burundi, memiliki satu tujuan sama walaupun mempunayi suatu perbedaan, karena pada dasarnnya secara luas, konflik memang tidak selalu ditandai dengan adanya kekerasan,  namun konflik memiliki kecenderungan untuk mengarah kepada hal-hal yang sifatnya merusak.

Sumber :

Cilliers, J. and K. Sturman. "The right intervention: enforcement challenges for the African Union." African Security Review, 2002.

Gueli, Lt Richard "Humanitarian Intervention in Africa: Towards A New Posture." Stellenbosch University Faculty of Military Science journal, 2003.

S.Octadia Cahya,Kumaran.com,"Konflik Etnis Burundi dan Upaya PBB dalam Menyelesaikannya",16,Januari,2023.

TheWoldBank,GNIPercapita,"PPP(currentintenational$)-Burundi",2020, https://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.PP.CD?locations=BI.

UNICEF, Education Burundi,2019, https://www.unicef.org/burundi/education.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun