Etnis Thusi walaupun secara jumlah mereka ini lebih kecil tapi secara status sosial etnis Tuti ini kedudukannya jauh lebih tinggi dari pada etnis huti yang merupakan etnis mayoritas , menurut Boy times hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu
Faktor Sterogratype yang mana secara penampilan fisik  etnis Thusi  jauh lebih menarik, memiliki tubuh tinggi, kurus dan memiliki kulit yang lebih hitam, berbeda dengan etnis Huti yang memilki ciri fisik tinggi yang lebih pendek, gempal dan memiliki kulit yang lebih coklat, kemudian
Faktor ekonomi yang mana etnis Thusi jauh lebih berkecukupan karena berpropesi sebagai peternak, ketimbang etnis Huti yang hanya berprofesi sebagai petani. Kemudian hal ini di perburuk oleh aturan yang di buat oleh kolonial belgia, yang mana tolak ukur dari kekayaan seseorang itu harus terukur dari kepemilikan hewan ternak, dan mengelompokan orang orang yang mempunyai lebih dari 10 hewan ternak akan di angap sebagai orang Thusi dan yang kurang dari 10 akan di anggap sebagai orang Huti.
 Sehingga dari hal tersebut terciptalah sebuah kasta yang mana etnis Thusi jauh lebih tinggi ketimbang etnis Hutu yang mayoritas dan dari hukum kasta tersebut tercipta juga pembatasan pembatasan hak yang bisa di miliki, diantaranya hak hak pendidikan yang hanya di miliki oleh etnis Thusi saja dan etnis Huti hanya di perbolehkan untuk menjadi tenga kasar di bawah pemerintah koloni Belgia,  dari hal ini lah yang menjadikan cikal bakalnya terjadi beberapa konflik yang berlangsung di Burundi, yang mana penyebab intinya adalah berawal dari ketidak akuran dari etnis yang berada di Burundi yang itu pun tiada lain di sebabkan oleh aturan Kolonialisme yang membuat percikat ketikaakuran dari penghuni etnis yang berada di Burundi.
Sehingga sampai saat ini Burundi banyak mengalami masa konfik yang cukup sering setelah berhasil melaksanakan kemerdekaan, Negara Burundi di sinyalir memiliki riwayat konflik yang sangat lama dan banyak namun tetap bersumber dari pengaruh Etnis Thusi dan Huti, yang di mulai pada tahun 1966 -- hingga sedikit meredam di tahun 2005 pada kesepatakan Arusha, hingga saat ini konflik pemberontakan itu sebernarnnya masih terjadi walaupun dengan arus kekuatan yang tidak begitu besar seperti di era tahun 2005 kebelakang.Â
Dampak Konflik Etnis Burundi
Dari hal Konflik itu lah yang menyebabkan kondisi Negara Burundi ini sangat buruk dan pemerintah tidak mementingkan dalam berbagai aspek, baik itu dalam pendidikan, sosial hingga ekonomi, sehingga menyebabkan Burundi sebagai Negara Paling Miskin Di Dunia, padahal Burundi ini memilki Sumber daya Alam yang sangat melimpah.
Lembah Subur  Burundi menjadi tempat ideal untuk berbagai tanaman komoditas seperti kopi, teh, pisang, jagung dan sebagainya. Dan 90% dari pendapatan berasal dari komoditas pertanian, kemudian hasil tambang di Burundi juga sangat melimpah  seperti material material langka yang hanya bisa ditambang di burundi. Namun ketersediaan Sumber Alam yang kaya di Burundi tidak bisa di manfaatkan secara baik dan tidak di rasakan oleh Masyarakatnya, bahkan Menurut  data GNI "Gross national income"  pada 2020 menyebutkan bahwa Burundi adalah negara termiskin di dunia dengan pendapatan perkapita (GNI USD 270) atau sekitar Rp.4.050.000/pertahunnya.Â
Sangat tidak wajar melihat kondisi sumber daya alam yang di miliki tidak bisa membuat suatu kesejahteraan terhadap negarannya. Hal yang  menyebabkan Burundi memiliki kondisi ekonomi seperti ini adalah karena kondisi kesetabilan masyarakat di Burundi sangat buruk, yang ber akar mulai dari Konflik yang kemudian menjalur kesetiap aspek termasuk Pendidikan, Sosial dan Ekonomi.
   - Kondisi Sosial.
Kondisi Sosial masyarakat Burundi juga sangat memprihatinkan diantarannya per soal pernikahan, di Buruni banyak yang menormalisasi pernikahan di bawah umur, ada sekitar 20% perempuan Burundi  yang menikah di bawah usia 18 tahun, di tambah lagi angka kelahiran anak di Burundi sangat tinggi dalam satu keluarga di Burundi  rata-rata memilki  5 sampai 6 anak, hal itu sebetulnya jauh lebih baik karena pada sebelumnya rata rata satu keluarga Burundi memiliki sampai 30 anak.