Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. Al-Isra' : 85)
Dalam ayat tersebut jelas disebutkan bahwasannya manusia hanya diberi pengetahuan tentang ruh hanya sedikit saja, dalam artian tidak secara keseluruhan. Hal ini membuat saya berpikir bahwasannya di luar pengetahuan yang sedikit itu (yang diterima oleh umat Islam), terdapat salah satunya pengetahuan tentang ruh manusia yang bereinkarnasi sebagaimana apa yang ditafsirkan dalam pemahaman manusia wilayah Timur, agama Buddha sebagai salah satunya. Karena sesungguhnya dalam ayat tersebut yang maha lebih tahu urusan ruh hanyalah Tuhan, sebagai representasi bahwa semua ini adalah rahasia Tuhan yang pasti akan ada hikmah luar biasa dibalik itu semua.
Menilik pada ajaran-ajaran agama tersebut pada intinya akan mengerucut pada pemahaman bahwa manusia terlahir ke dunia mempunyai amanah dan tanggungjawab untuk senantiasa melakukan kebaikan di muka bumi yang akhirnya akan bermuara pada kedamaian dan keselamatan.
Islam mengajarkan, bahwasannya orang yang shaleh dan taqwa akan dijanjikan Allah masuk ke dalam Surga (Jannah), sebaliknya orang yang berbuat kejahatan dan berbuat kerusakan di muka bumi akan dimasukkan-Nya ke dalam Neraka. Sedangkan dalam agama lain, misalnya agama Buddha, seseorang yang berbuat kebaikan selaras dengan ajaran dari sang Buddha kelak akan mencapai nirwana. Lain halnya dengan orang yang sebaliknya, maka ia akan terlahir kembali (punarbawa) untuk menderita kembali sebagai akibat karma buruk pada masa kehidupan sebelumnya.
Untuk menghadapi derasnya arus kehidupan dunia, lahirlah suatu konsep hidup yang dalam agama-agama Timur ada yang disebut dengan istilah dhamma atau dharma yang artinya sendiri lebih luas daripada agama.
Sederhananya, dharma merupakan suatu kewajiban yang melekat dalam diri manusia yang aturannya diatur dengan aturan-aturan kebenaran. Hal ini dapat dikatakan sebagai jawaban manusia dari eksistensi dirinya tatkala manusia berpikir mengenai sesuatu yang ada di sekelilingnya. Seperti halnya mengapa cabai rasanya pedas?, mengapa buah mangga rasanya manis?, antara jenis mangga yang satu dengan yang lainnya berbeda pula masing-masing rasanya. Itulah yang disebut dengan dharma. Sehingga kemudian manusia semakin mengenali dirinya dan menghubungkan dirinya dengan Tuhan, karena dari sana manusia menyadari dharmanya sebagai seorang hamba.
Sedangkan agama Islam---dalam menghadapi derasnya kehidupan---dikenal istilah abdun (hamba, penyembah) (Q.S. ad-Dzaariyat: 56) dan khalifah sebagai tugas dan tanggungjawab manusia di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah: 30). Ayat tersebut bisa menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk semakin mengenali dirinya akan tugas dan tanggungjawabnya di muka bumi.
Kesimpulannya, Islam memandang bahwasannya pada dasarnya semua manusia itu sama, mereka bersama-sama terlahir ke dunia, menghadapi derasnya arus kehidupan roda dunia yang terus berjalan. Akan tetapi hal demikian kemudian memunculkan sebuah pertanyaan baru, mengapa manusia itu berbeda-beda?. Sekali lagi al-Qur'an menjawab dalam surah al-Hujurat ayat 13 :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujurat :13)
Selanjutnya dalam surah al-Baqarah ayat 148 dikatakan :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al-Baqarah : 148)