Mohon tunggu...
Dika Saputra
Dika Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Semester 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Saya adalah pribadi yang sering bersosial, pemikir serta aktif dalam berorganisasi juga aktif menyuarakan isu sosial dan pendidikan. Seringkali mengoperasikan media sosial dengan gaya saya sendiri, juga saya sangat komunikatif dan adaptif terhadap perubaha dan percepatan, seringkali dapat di ajak berdiskusi dan senang bertsnggung jawab dalam menebar kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaafkan

1 November 2024   19:57 Diperbarui: 1 November 2024   20:19 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Islam, memaafkan adalah tindakan yang dianjurkan dan dianggap sebagai bentuk kebaikan yang tinggi. Islam mengajarkan bahwa memaafkan bukan hanya memperbaiki hubungan dengan orang lain, tetapi juga menumbuhkan ketenangan jiwa serta menunjukkan kekuatan dan kebaikan hati. 

Menurut Dr. Robert Enright, seorang ahli dalam studi tentang pengampunan, memaafkan adalah proses emosional yang melibatkan keputusan sadar untuk melepaskan perasaan marah dan kebencian. Meskipun tidak mudah, memaafkan dapat mengurangi penderitaan psikologis dan membantu seseorang mengembangkan sikap empati dan kasih sayang. Penelitian juga menunjukkan bahwa individu yang mudah memaafkan cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah serta kualitas hidup yang lebih baik [Enright, Forgiveness is a Choice, 2001].

Menurut beberapa ayat dalam Al-Qur'an :

Surat Al-A'raf [ 7:199 ] : Jadilah Pemaaf, perintahlah ( orang-orang ) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya, agar berpegang teguh pada prinsip umum tentang moral dan hukum. 1. Sikap Pemaaf dan berlapang dada Allah swt menyuruh Rasul-Nya agar beliau memaafkan dan berlapang terhadap perbuatan, tingkah laku dan akhlak manusia dan janganlah beliau meminta dari manusia apa yang sangat sukar bagi mereka sehingga mereka lari dari agama. Sabda Rasullah saw: "Mudahkanlah, jangan kamu persulit dan berilah kegembiraan, jangan kamu susahkan". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa dan Muadz) Termasuk prinsip agama, memudahkan, menjauhkan kesukaran dan segala hal yang menyusahkan manusia. Demikian pula halnya dalam bidang budi pekerti manusia banyak dipengaruhi lingkungannya. Bahkan banyak riwayat menyatakan bahwa yang dikehendaki pemaafan di sini ialah pemaafan dalam bidang akhlak atau budi pekerti (Tafsir Ibn Katsir dalam tafsir ayat tersebut) Rasulullah berkata sehubungan dengan ayat ini: "Apakah ini ya Jibril? Jawab Jibril, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu agar memaafkan orang yang berbuat aniaya terhadapmu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu dan menyambung hubungan kepada orang yang memutuskannya." (Riwayat Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim, dari Ibn Ubay dari bapaknya) 2. Menyuruh manusia berbuat maruf (baik) Pengertian urf pada ayat ini adalah maruf. Adapun Maruf adalah adat kebiasaan masyarakat yang baik, yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam Al-Quran kata"maruf" dipergunakan dalam hubungan hukum-hukum yang penting, seperti dalam hukum pemerintahan, hukum perkawinan. Dalam pengertian kemasyarakatan kata "maruf" dipergunakan dalam arti adat kebiasaan dan muamalah dalam suatu masyarakat. Karena itu ia berbeda-beda sesuai dengan perbedaan bangsa, negara, dan waktu. Di antara para ulama ada yang memberikan definisi "maruf" dengan apa yang dipandang baik melakukannya menurut tabiat manusia yang murni tidak berlawanan dengan akal pikiran yang sehat. Bagi kaum Muslimin yang pokok ialah berpegang teguh pada nash-nash yang kuat dari Al-Quran dan Sunnah. Kemudian mengindahkan adat kebiasaan dan norma yang hidup dalam masyarakat selama tidak bertentangan dengan nash agama secara jelas. 3. Tidak mempedulikan gangguan orang jahil Yang dimaksud dengan orang jahil ialah orang yang selalu bersikap kasar dan menimbulkan gangguan-gangguan terhadap para Nabi, dan tidak dapat disadarkan. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya, agar menghindarkan diri dari orang-orang jahil, tidak melayani mereka, dan tidak membalas kekerasan mereka dengan kekerasan pula. [ Tafsir Tahlili ]

Surat An-Nur [ 24:22 ] : Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah; dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Salah satu bentuk godaan setan adalah mencarikan dalih agar seseorang enggan membantu orang lain. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam kesalehan beragama serta keutamaan akhlak yang luhur dan kelapangan rezeki di antara kamu, wahai orang-orang yang beriman, bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kerabat-nya, orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah hanya karena orang-orang itu pernah berbuat kesalahan kepadanya atau membuat pribadinya tersinggung. Sebaiknya mereka berbesar hati dengan tetap mengulurkan bantuan, dan hendaklah mereka memaafkan orang yang pernah melukai hatinya, dan berlapang dada sehingga dapat membuka lembaran baru dalam hubungan mereka. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampuni kesalahan dan kekurangan kamu? Tentu kamu suka. Karena itu, maafkanlah mereka agar Allah memaafkan dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun sehingga akan menghapus dosa kamu, Maha Penyayang dengan mencurahkan nikmat lebih banyak lagi kepada kamu. [ Tafsir Wajiz ]

Surat Asy-Syu'ara [ 42:43 ] : Akan tetapi, sungguh siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang sabar dan memaafkan perbuatan jahat yang dilakukan orang lain atas dirinya, sedangkan ia sanggup membalasnya, mereka itu telah melakukan sesuatu yang utama dan mereka itu berhak menerima pahala yang banyak. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki mencaci maki Abu Bakar, sedangkan Nabi duduk bersamanya, tersenyum, begitu banyak caci maki itu sehingga Abu Bakar membalas caci maki tersebut. Kemudian Nabi marah dan bangun dari duduknya, lalu Abu Bakar mengikutinya dan berkata, "Ya Rasulullah, dia telah mencaci makiku sedangkan engkau duduk (melihatnya), ketika aku membalas caci makinya engkau marah dan bangkit (meninggalkanku)." Rasul kemudian menjawab, "Sesungguhnya (ketika engkau dicaci) malaikat ada bersamamu membalas caci maki orang tersebut, ketika engkau membalas caci maki itu, hadirlah setan (disitu), maka aku tidak mau duduk bersama setan." Kemudian Rasul bersabda, Ya Abu Bakar, ada 3 hal yang semuanya benar, yaitu: 1. Seorang hamba dianiaya, lalu dia memaafkan penganiayanya itu, maka ia akan dimuliakan Allah dan dimenangkan atas musuhnya. 2. Seorang laki-laki yang memberikan suatu pemberian dengan maksud mengeratkan hubungan silaturahmi akan diberi Allah tambahan rezeki yang banyak. 3. Orang-orang yang minta-minta dengan maksud memperkaya diri akan dikurangi Allah rezekinya. [ Tafsir Tahlili ]

Dalam Hadist :

Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat). [ HR Muslim ]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun