Mohon tunggu...
Dikdik Kodarusman
Dikdik Kodarusman Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Peminat kajian autofagi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bumi Ibu Pertiwi

28 Juli 2022   10:58 Diperbarui: 28 Juli 2022   11:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika yang lain dengan tuhan yang bisa didatangi di rumahnya dan tertinggal di rumahnya. Tidak hadir dalam perdagangannya, tidak hadir dalam pemerintahannya, tidak hadir dalam percintaannya, tidak hadir dalam kehidupannya. Biarkan tuhan ada di rumahnya, dan jika sempat kami akan berkunjung ke rumahnya. 

Para pemberani tidak mau itu. Mereka tidak mau tuhan yang terbatas, tuhan yang terkurung di rumahnya, tuhan yang terpenjara oleh berbagai dogma. Dogma yang diciptakan oleh orang-orang yang mengaku mewakilinya, yang mengaku memahaminya, yang mengaku mengenalnya, yang mengaku melayani kebutuhannya. 

Para pemberani tidak mau itu. Mereka menginginkan wujud TUHAN yang hadir setiap saat, yang selalu terlihat setiap saat,  yang selalu bisa dirasakan keberadaanNYa, yang tidak pernah timbul dan tenggelam 

Inilah yang diinginkan para pemberani. Inilah yang diinginkan Ibrahim, Abraham, Brahm atau apapun versinya saat berada di tengah keheningan gurun. Inilah yang diinginkannya saat menolak matahari sebagai wujud TUHAN, menolak bulan, menolak bintang, menolak gunung, menolak petir, menolak angin, menolak semuanya yang timbul tenggelam. Menolak semua yang datang dan pergi. Hingga akhirnya dia menangis tersedu lalu menjatuhkan wajahnya ke BUMI. " IBU, mengapa selama ini aku melalaikanMU, padahal aku hidup di atas diriMU, aku hidup dari diriMU, tubuhku berasal dariMU,  kelak tubuhku ini akan dikembalikan padaMU", 

Sang Pemberani terus tersungkur dan menangis. Haru bahagia telah berjumpa dengan wujud TUHAN. Menyatu dengan wujud TUHAN. Penyatuan yang dikenal dengan sebutan sujud. Warisan paling berharga bagi umat manusia dari Sang Pemberani, Bapak Semua Bangsa. 

Sayang warisan lestari tapi tak dikenal maknanya. Makna penyatuan dengan wujud TUHAN. Wujud TUHAN yang selalu hadir. Wujud TUHAN yang selalu bisa dirasakan keberadaanNYA. Wujud TUHAN yang tidak datang dan pergi. Wujud TUHAN, BUMI IBU PERTIWI. 

DariNYA kita berasal. Kita hidup di atas diriNYa. Kita bernafas dalam diriNYA. Kita akan kembali tidur, beristirahat diharibaanNYA. IBU 

SALAM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun