Iya, gen memiliki sifat dasar survival. Mempertahankan eksistensinya sejak mulai terbentuk dari sekumpulan asam amino. Tanpa rasa terancam gen, tidak akan pernah terjadi replukasi sel. Tidak akan terjadi perkembangan evolusi mahluk hidup sekompleks saat ini. Semuanya dari rasa takut. Rasa yang mendasari semua bentuk kehidupan di bumi.Â
Dengan takut manusia mengenal TUHAN. Tapi perkembangan kecerdasan manusia tetap ada batasnya. Manusia sulit mendefinisikan TUHANnya. Manusia membutuhkan wujud TUHAN.Â
Kebutuhan yang secara indah disampaikam Musa di gunung Sinai. Kebutuhan yang diceritakan dalam kisah pencarian TUHAN oleh Ibrahim, Abraham, Brahm atau apapun versinya.Â
Musa bukannya tidak paham akan ide abstrak TUHAN. Dia hidup ditengah keturunan Israel yang telah mengenal ide TUHAN. Dia pernah hidup di tengah bangsa Mesir yang memiliki ide TUHAN yang beragam. Tapi kebutuhannya akan wujud, akan rupa mendesak SEMESTA untuk mewujudkan keinginannya. Musa melihat TUHAN dalam wujud api suci yang tidak menghanguskan. Yang membuatnya hilang kesadaran.Â
Abraham, Ibrahim, Brahm atau apapun versinya memiliki kebutuhan yang sama. Membutuhkan wujud TUHAN. Wujud TUHAN yang dicari ditengah keheningan gurun pasir. Ditengah tempat yang paling membuat seseorang sangat ketakutan, sangat merasa terancam, saat merasa sendiri dan kesepian.Â
Padang pasir dan puncak gunung adalah dua tempat dimana manusia bisa merasakan rasa takut yang paling hebat. Rasa kesendirian, rasa kesepian, rasa keterasingan. Hanya para pemberani yang mampu melakukan itu. Mereka yang berani memisahkan diri dari kelompoknya. Mereka yang meninggalkan rasa aman saat berada dalam kelompoknya. Mereka yang berani keluar kotak nyaman yang bernama keyakinan.Â
Itu yang dilakuka Ibrahim, Musa, Sidharta, Isa, Muhammad dan masih banyak lagi. Keluar dari kotak yang bernama rasa aman dan nyaman.Â
TUHAN tidak akan memperlihatkan diriNYA pada para pengecut yang bersembunyi di dalam kelompoknya, di dalam komunitasnya, di dalam kotak keyakinannya, di dalam zona aman dan nyaman.Â
TUHAN hanya akan memperlihatkan DIRI pada para pemberani. Pada mereka yang berani keluar dari kelompoknya, berani keluar dari komunitasnya, berani keluar dari kotak keyakinannya, berani keluar dari zona aman dan nyamanÂ
TUHAN hanya ingin berdua dengan para pemberani. Menghilangkan semua sekat, semua hijab, semua tabir, semua batasan yang menghalangi para pemberani dengan DIRINYA. Hanya dengan cara itu kebersamaan menjadi penyatuan. Dua menjadi SATU. Satu menjadi TIADA.Â
Itu yang dilakukan para pemberani seperti Ibrahim, Musa, Sidharta, Isa, Muhammad dan masih banyak lainnya. Di saat yang lain merasa aman dan nyaman dengan tuhan yang ada di mesjid, yang ada di gereja, yang ada di pura, yang ada di sinagog, yang ada di kelenteng, yang ada di patung dewa-dewi, para pemberani justru meninggalkan semua itu.Â