Berbagai media menyoroti  tentang tingginya angka stunting di wilayah Kota Bandung. Angka 7 % untuk kota Bandung, apalagi di Kabupaten dan Kota lain di Jawa Barat. Mengapa, karena penyebabnya diduga akibat kekurangan gizi kronis. Padahal ketersediaan gizi berkaitan masalah sosial ekonomi. Padahal Kota Bandung memiliki status sosial ekonomi lebih baik dari wilayah lain di Jawa Barat.
Program pencegahan stunting menjadi salah satu prioritas kemenkes. Penyebabnya karena masih tingginya angka stunting di Indonesia. Pertanyaannya adalah apa itu stunting dan mengapa tidak boleh?
Menjawab pertanyaan itu gampang-gampang susah. Stunting berdasarkan pengertian kemenkes didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh kembang pada seribu hari awal kehidupan. Kondisi ini ditandai dengan adanya tinggi badan dan berat badan yang kurang dibanding usianya.
Kondisi ini diduga berkaitan dengan asupan gizi yang tidak tepat selama masa kehamilan dan balita. Hingga solusinya juga semakin rumit karena melibatkan banyak hal. Terutama masalah sosial ekonomi keluarga.
Stunting diduga jadi masalah demografi di kemudian hari. Anak-anak dengan masalah stunting memiliki kualitas pribadi yang lebih buruk daripada anak-anak normal. Baik dari segi fisik maupun intelektual jauh tertinggal. Daya kompetitifnya sangat kurang.
Di lain sisi, banyak masyarakat yang mempertanyakan argumentasi tersebut. Banyak sekali tokoh masyarakat yang secara fisik tidak terlalu tinggi namun memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi. Contohnya adalah salah satu mantan presiden kita, Profesor BJ Habibi. Selain beliau juga ada Napoleon Bonaparte, tokoh penakluk dari Perancis. Beliau terkenal sering menggunakan sepatu berhak tinggi untuk menutupi kekurangannya dalam tinggi badan. Jadi apa salahnya stunting?
Pertanyaan lain yang cukup miris juga muncul dari masyarakat kalangan ekonomi lemah. Mereka bukannya tidak paham tentang stunting. Tapi kesulitan ekonomi membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Padahal sebetulnya banyak sekali tokoh yang berasal dari keluarga kekurangan di masa kecil, kurang gizi, sukses di masa dewasa. Steve Jobs contohnya. Pendiri perusahaan Aple tersebut berasal dari imigran Syria yang sangat kekurangan. Dalam biografinya beliau bercerita betapa sulit kehidupan di masa kecil, sebelum diadopsi oleh keluarga Amerika.
Ada tokoh lain yang akrab dengan kita, mantan Presiden Soeharti. Semua sangat tahu bagaimana sulit kehidupan masa kecilnya, ketika harus tinggal dengan kakeknya. Berbagi makanan dengan adik-adiknya. Satu butir telur biasa dibagi bersama.
Menjawab argumentasi-argumentasi tersebut sangat sulit. Harus sangat bijak, salah-salah malah tidak peduli dengan kondisi stunting. Bayangkan berapa besar kerugian demografi yang harus ditanggung negara di masa depan.
Menjawab argumentasi pertama, banyak tokoh penting yang tidak tinggi. Betul, memang tokoh - tokoh penting tersebut tidak memiliki tinggi di atas rata-rata. Namun bisa dipastikan mereka tidak mengalami stunting di masa anak-anak mereka. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kecerdasannya di atas rata-rata. Ini tidak mungkin dialami oleh anak-anak yang mengalami stunting.
Stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan tinggi badan. Tetapi juga perkembangan otak anak dan ini jauh lebih penting. Tinggi badan seseorang dapat dikoreksi dengan gizi dan latihan fisik yang cukup. Namun untuk perkembangan otak sangat sulit. Usia hingga tiga tahun dianggap sebagai golden period bagi perkembangan otak. Meski penelitian mutakhir menunjukkan sel otak dapat tetap tumbuh hingga lanjut usia. Namun perkembangannya tidak seoptimal masa ini.
Menjawab argumentasi kedua. Stunting karena kondisi gizi buruk. Argumentasi ini tidak sepenuhnya benar. Bahkan di masa pandemi ini justru banyak terpatahkan. Tumbuh kembang anak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan gizi semata.
Salah satu yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah adanya growth hormon atau hormon pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Sedangkan pelepasannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas hipotalamus. Yaitu bagian otak yang mempengaruhi fungsi emosi.
Pelepasan growth hormon juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lain. Diantaranya keteraturan aktivitas tubuh atau apa yang kita kenal sebagai siklus sirkadian. Siklus sirkadian adalah siklus aktivitas tubuh atau biasa juga disebut jam tubuh. Artinya rutinitas tubuh beraktivitas dan beristirahat. Gangguan siklus sirkadian artinya gangguan pola tidur dan beraktivitas.
Hal ini dibuktikan dengan temuan kelahiran bayi-bayi yang mengalami stunting pada saat terjadinya flu spanyol di Eropa. Begitu juga dengan bayi-bayi yang lahir di masa pandemi ini. Data dari rumah sakit-rumah sakit di Amerika dan Inggris menunjukkan gejala serupa.
Temuan bayi-bayi stunting di masa pandemi sekarang dan flu spanyol dahulu bukan karena adanya infeksi. Kondisi ini terutama disebabkan oleh kecemasan yang dialami para ibu hamil. Kecemasan yang mengganggu siklus sirkadian mereka. Akibatnya pelepasan growth hormon jadi terhambat.
Growth hormon juga dipengaruhi oleh kadar gula darah. Penurunan kadar gula darah mengakibatkan pelepasan growth hormon pada saat beristirahat. Pelepasan growth hormon akan merangsang pelepasan hormon glukagon dan kortisol. Kedua hormon ini sangat erat berkaitan dengan proses autofagi. Sedangkan autofagi adalah proses penting dalam regenerasi sel.
Tak heran jika dalam kisah-kisah teladan, banyak diceritakan ibu hamil yang rajin berpuasa atau yang bersabar dalam kemiskinan, melahirkan anak-anak yang cerdas dan kuat. Contohnya, yaitu Steve Jobs dan Presiden Soeharto. Â Jadi tidak benar stunting disebabkan oleh kurang gizi semata. Justru yang lebih dominan adalah faktor emosi ibu. Emosi positif dan siklus sirkadian yang terjaga merangsang pelepasan growth hormon untuk mencegah stunting.
Cegah stunting itu penting. Mencegah stunting, artinya menciptakan generasi yang lebih kuat, lebih cerdas dan lebih kompetitif di masa depan. Generasi yang menjadi modal utama pembangunan sebuah bangsa
Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H