“Sekarang lo salat. Mohon ampun dan berjanji nggak akan melakukan pekerjaan haram itu,” saran Aisyah. “Tapi gue malu,” ujarku. “Malu kenapa? Ama Allah nggak usah malu kali, Ran,” jawabnya. Akhirnya aku menyetujuinya. Setelah wudhu, aku salat. Selesai salat, dengan tertunduk malu aku memohon ampun atas kesalahanku selama ini. Aku tak tahu apakah Dia akan mengampuniku atau tidak. Aku hanya pasrah saja.
Penderitaanku tidak sampai begitu saja. Aku juga dinyatakan positif menderita HIV AIDS. Begitu juga dengan bayi yang sedang aku kandung. Lalu aku mendapat kabar kalau Ibuku meninggal karena kecelakaan lalu-lintas. Ya Allah cobaan ini terasa berat sekali, kataku dalam hati. Tapi aku harus tetap tegar dan terus menjalani hidup. Untung saja Aisyah tetap mendampingiku setiap saat. Sehingga aku bisa menata hidupku lagi.
Sekarang aku menjadi pengurus mesjid. Aku juga sudah memakai jilbab sebagai tanda aku sudah berubah dan ingin menjadi orang yang saleh dan selalu taat beragama dan selalu mengingat Allah. Selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H