Mohon tunggu...
Andhika Pradityo
Andhika Pradityo Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yg suka nulis dan otomotif. penggila muscle car dan mobil2 Amerika lainnya..seorang freelance writer...lg selesein tesis, sama lagi bikin novel horror :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tertunduk Malu

2 Mei 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sekarang lo salat. Mohon ampun dan berjanji nggak akan melakukan pekerjaan haram itu,” saran Aisyah. “Tapi gue malu,” ujarku. “Malu kenapa? Ama Allah nggak usah malu kali, Ran,” jawabnya. Akhirnya aku menyetujuinya. Setelah wudhu, aku salat. Selesai salat, dengan tertunduk malu aku memohon ampun atas kesalahanku selama ini. Aku tak tahu apakah Dia akan mengampuniku atau tidak. Aku hanya pasrah saja.

Penderitaanku tidak sampai begitu saja. Aku juga dinyatakan positif menderita HIV AIDS. Begitu juga dengan bayi yang sedang aku kandung. Lalu aku mendapat kabar kalau Ibuku meninggal karena kecelakaan lalu-lintas. Ya Allah cobaan ini terasa berat sekali, kataku dalam hati. Tapi aku harus tetap tegar dan terus menjalani hidup. Untung saja Aisyah tetap mendampingiku setiap saat. Sehingga aku bisa menata hidupku lagi.

Sekarang aku menjadi pengurus mesjid. Aku juga sudah memakai jilbab sebagai tanda aku sudah berubah dan ingin menjadi orang yang saleh dan selalu taat beragama dan selalu mengingat Allah. Selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun