Mohon tunggu...
Dika Raihan Batara
Dika Raihan Batara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

kuda hitam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Flexing bagi Kesehatan Mental

2 November 2023   20:01 Diperbarui: 2 November 2023   20:05 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Kelas sosial adalah sekelompok orang yang mempunyai kesamaan kualifikasi dan persamaan. Kelas sosial adalah kelompok berdasarkan status sosial. Status sosial seringkali menjadi perdebatan yang menimbulkan banyak pendapat karena dianggap positif dan negatif.

Gaya hidup seseorang diukur dari seluruh aktivitas yang dilakukan, sebagai berikut:

 1.Aktivitas.

 Orang melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktu, uang, hobi, dan pekerjaan yang mereka sukai dan lakukan secara teratur. Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan  melihat aktivitas yang sering dilakukannya. Sering berbuat baik akan membuktikan bahwa seseorang mempunyai akhlak yang baik.

 2. Minat

 Merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang terhadap hal tertentu. Minat didasarkan pada apa yang dianggap sebagai kesenangan. Jika Anda menganggapnya tidak menyenangkan sejak awal, akan sulit membangkitkan minat.

 3. Pendapat tentang diri sendiri dan orang lain.

 Masing-masing sudut pandang mempunyai sudut pandangnya masing-masing berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Masing-masing perspektif mempunyai ciri khasnya masing-masing. Pendapat dari sudut pandang yang diperoleh akan memudahkan dalam mengevaluasi gaya hidup seseorang.

 4.Karakter dasar.

 Karakter dasar adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap individu dalam kehidupan. Seperti tingkat pendidikan yang dicapai, tempat tinggal seseorang dan pendapatannya. Kepribadian sangat dipengaruhi oleh apa yang diamati. Jika pengamatannya baik, maka akan muncul karakter yang baik.

Flexing menyebabkan perubahan yang mengarah ke arah negatif dan perubahan persepsi nilai-nilai kehidupan dan fungsi dari sebuah barang atau benda. Barang yang digunakan dilihat tidak lagi berdasarkan fungsi tetapi berdasarkan merk atau simbol. Munculnya minat untuk sekedar ikut ikutan konten flexing dapat memicu orang lain untuk berperilaku konsumtif meskipun dengan status ekonomi yang pas-pasan (Pakpahan dan Yoesgiantoro, 2023). Selain hal tersebut, kebiasaan flexing terlalu sering akan menimbulkan masalah sosial, biasanya para pelaku flexing hanya fokus pada pamer kekayaan dan keglamoran sehingga empati terhadap orang lain semakin berkurang dan kepedulian terhadap lingkungannya semakin menurun. Kecenderungan masyarakat umum untuk mengikuti  konten flexing dari influencer berdampak buruk pada kesehatan mental. Flexing bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental berupa rasa cemas yang dirasakan para pengikutnya karena tidak mampu mengikuti konten yang sengaja disebarkan oleh influencer atau biasa disebut dengan  FOMO (Fear of Missing Out).  Masyarakat yang tidak dapat membeli barang bermerek atau barang mewah lainnya di media sosial akan merasa cemas dan rendah diri sehingga menurunkan rasa percaya diri. Jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan stres bahkan risiko depresi (Pakpahan dan Yoesgiantoro, 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun